Kita kembali ikuti perjalanan Sembrana dan Putri Mila yang sempat kita tinggalkan, setelah di tinggalkan Ki Balongin dan membakar tiga kitab sesuai pesan kakek sakti itu, keduanya kini mulai mencari kampung terdekat, dengan maksud akan mencari pakaian dan mencari makanan enak.Putri Mila lah bilang sudah bosan makan daging bakar dan dedaunan serta buah, dia ingin sekali makan enak dan mau cari baju-baju yang indah.Sembrana tentu saja kasian dan mengiyakan keinginan Putri Mila ini, ia sadar selama lebih dari 3 tahunan ini, adiknya ini makan apa adanya dan pakaian pun compang camping.Setelah berjalan hampir 3 hari, mereka akhirnya menemukan sebuah kampung yang sangat ramai, bahkan sudah mirip kota.Sembrana ternyata masih memiliki 5 koin perak, tapi dia kaget saat Putri Mila bilang, gelangnya masih ada dan akan dia jual buat membeli pakaian baru.“Jangan Mila, pakai uang ku saja dulu, sayang kalau perhiasan kamu di jual, kan itu pemberian orang tuamu!”“Tenang abangku sayang, ini pemb
Selesai makan sampai puas, keduanya kini keluar dari rumah makan ini, Sembrana berencana mengajak Putri Mila ke kampung Marawis, karena remaja ini bermaksud menyelidiki di mana sarang para perampok yang dulu menewaskan ibundanya.Bayangan wajah kepala rampok yang saat itu berniat memperkosa ibunya tak pernah lenyap dalam batinnya.’Dendam membara benar-benar tertanama dalam hatinya, tanpa siapapun tahu, bahkan K Balongin yang dia anggap guru pun tak bisa menebak isi hatinya, sebab saat itu Sembrana betul-betul tekun berlatih, tanpa mau menyinggung soal kematian ibundanya.Namun, keduanya tak sadar, saat ini mereka sedang berada di sebuah wilayah kekuasaan Kesultanan Surata, yang terletak di bagian Barat Pulau Borneo. Itu setelah Putri Mila membaca nama wilayah ini di sebuah prasasti, yakni bertuliskan Negara Pahong, Kesultanan Surata.Sementara Kampung Marawis berada di wilayah Kadipaten Solak dan masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai, Sembrana selama ini hanya berpatokan pada a
Penampilan kakek ini rada aneh, biarpun sudah tua walaupun belum tua benar antara 50-53 tahunan, tapi pakaiannya mentereng dan dimulutnya tak pernah lepas dari cangklong.Sebagai orang muda yang tahu tata krama, Sembrana langsung memberi hormat, dia tak mau di anggap kurang ajar.“Aku Sembrana dan adiku Mila memberi hormat buat orang tua gagah!” Sembrana merangkapkan tangannya ke dada, sedangkan dua begal yang benjol dahinya terlihat menyingkir dan hanya melihat.Mereka kini sadar, baru gadis cilik ini saja mudah mengalahkan mereka, apalagi remaja yang terlihat pendiam dan serius ini.“He-he…bagus, kamu anak muda tahu adat, sedikit banyak mengurangi kejengkelanku,” cetus si kakek ini dengan gaya yang pongah, dia agaknya menganggap remeh kemampuan Sembrana dan Putri Mila.“Huhh udah bangkotan, gayanya sok banget!” cetus Putri Mila cuek, hingga si kakek ini langsung mendelik marah, kaget dengan keceriwisan mulut Putri Mila.“Hmm…moga mulut ceriwis kamu sehebat ucapanmu nona cilik, nihh
Sembrana menghela nafas untuk meredakan debaran di jantung, pengerahan tenaga dalam yang baru saja menewaskan Pendekar Cangklong benar-benar menguras tenaga dalamnya.“Wuihhh abang hebat bangetttt…pukulan beracun abang bikin si bangkotan langsung mati,” ceplos Putri Mila sambil memegang tangan Sembrana.“Sudahlah Mila, ayo kita lanjutin perjalanan…!”“Sembrana…tuan pendekar tunggu dulu…!” si muka pucat langsung menahan langkah Sembrana dan Putri Mila.“Iya ada apa..?” saat bicara begitu Sembrana sempat melirik, dua begal yang di hajar Putri Mila tadi terlihat pelan-pelan pergi dari tempatnya.Namun Sembrana membiarkan, karena dirinya tak punya urusan dengan para begal ini.“Kenalkan nama saya Dahor, saya sangat kagum dengan kehebatan tuan pendekar Sembrana, kalau boleh tahu, siapa kah nama julukan tuan pendekar ini,”Dahor terlihat menjura menyatakan hormatnya, diikuti 4 anak buahnya, sehingga Sembrana pun terpaksa membalas penghormatan ini.“Ehmmm….panggil saja Pendekar Beracun, nahh
Keduanya kini melompat ke daratan di pinggir sungai besar ini, Sembrana konsentrasi memasang telinganya, untuk mengetahui siapa penjahat yang telah berbuat keji terhadap semua penumpang dan juga nakhoda kapal sungai ini.Saat sibuk menoleh ke kiri dan kanan, tiba-tiba…singgg berturut-turut melayang 5 buah pisau kecil ke arah Sembrana.Pisau-pisau kecil sangat cepat menuju ke arahnya. Tapi secepat kilat dengan entengnya Sembrana mampu menangkis serangan gelap itu hingga runtuh ke tanah.Tapi itu semua hanya sesaat, tiba-tiba kembali meluncur lagi puluhan anak panah, bunyi desingannya membuat Sembrana dan Putri Mila harus melompat secepat kilat, karena anak-anak panah ini sepertinya beracun, karena tercium bauk mirip cuka, menyengat sekali.Dan benar saja, saat anak panah itu kena daun, daun itu terlihat layu dan mengering, bahkan ada semacam asap tipis di daun tersebut.“Hati-hati Mila, jangan sampai terkena, panah ini beracun!” Sembrana memberi peringatan buat adik angkatnya ini.“Kur
Kini Kona mulai meloloskan baju atas Sembrana, saat remaja ini akan menggetuk kepala wanita tak tahu malu ini, tiba-tiba di depan gua si baju hijau dan baju kuning sudah tiba.“Hmm…kamu Kona berani banget, ayoo bawa tawanan ini ke markas, sebelum si Nyai tahu perbuatan kamu, hukuman berat akan menanti kamu kelak!”Si baju hijau langsung memberi peringatan pada si Kona si baju merah. Kona terlihat sangat kecewa, dia lalu bangkit dan mendatangi dua rekannya.Kedua rekannya terlihat terbelalak mendengar bisikan Kona. Terlihat si baju hijau dan baju kuning bimbang dan sesekali melihat ke arah Sembrana yang masih pura-pura pingsan.Namun syaraf ditubuh remaja ini terlihat mulai tegang dan dia tak mau jadi mainan ketiganya. Tapi Sembrana lalu menajamkan pendengarannya.Tiba-tiba ketiga orang ini langsung tegang, saat mendengar suara seperti siulan. Sembrana oun juga mendengar bunyi siulan itu, kentara sekali mengandung tenaga dalam yang hebat di balik siulan tersebut.“Hadeuh sudahlah lupak
Sembrana lalu pergi dari sana, karena kembali dia harus menahan mangkel di hati, karena Nyai Rumpi dan si pangeran itu melanjutkan bermesraan, bahkan bunyi berciuman pun sampai kericupan, hingga bikin jakun remaja ini naik turun lagi.Sembrana lalu bermaksud kembali ke kamar di mana tadi dia di tawan, namun dia terpaksa menahan langkahnya, di lihatnya ada 5 orang di sana dan terdengar ribut, karena melihat dua kawannya tertotok dan tahanan hilang dari kamar.Sembrana mengendap-ngendap mencari jalan keluar, saat itulah ia melihat ada seorang wanita berjalan santai seorang diri, seperti sedang berpatroli.Dengaan gerakan yang sangat cepat dan tidak menimbulkan suara, kecuali desir angin, Sembrana lalu dia menangkapnya.Wanita berbaju abu-abu ini adalah salah satu anak buah Nyai Rumpi, malam ini dia bertugas patroli dan tak menduga bakal di sergap Sembrana. Wanita ini tak sempat berteriak, tubuhnya yang lunglai dipondong Sembrana lalu berlari luar biasa cepatnya sangat jauh dari sarang
Setelah kenyang makan ayam panggang dan buah-buahan segar, dengan petunjuk Nyi Adora, Sembrana kini menuju ke sarang Perompak Sungai Mahayan.Bukan jalan yang mudah, sangat banyak jebakan-jebakan yang ternyata sengaja di buat para perompak.Sembrana sangat tertolong dengan Nyi Adora yang hapal jebakan-jebakan yang di buat para perompak, karena selama 6 bulanan ini dia belajar di padepokan Nyai Rumpi.Nyi Adora juga bilang selama ini Nyai Rumpi dan Ki Bado, kepala perompak itu saling bersaing dan sering bentrok, karena sama-sama ingin kuasai kawasan Hutan Pahang ini, yang memiliki kawasan sangat luas ini. Apalagi kawasan Hutan Pahang di lewati Sungai Mahayan yang luas dan jadi lalu lintas perdagangan antara dua kerajaan, yakni Kerajaan Hilir Sungai dan Kerajaan Surata atau kini Kesultanan Surata, bahkan juga Kerajaan Barito Barat.Sehingga sungai yang sangat luas dan menyambung ke Sungai Barito dan bermuara ke Laut Jawa itu jadi kawasan ekonomi yang maju dan ramai. Namun seiring de
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma