Selesai makan sampai puas, keduanya kini keluar dari rumah makan ini, Sembrana berencana mengajak Putri Mila ke kampung Marawis, karena remaja ini bermaksud menyelidiki di mana sarang para perampok yang dulu menewaskan ibundanya.Bayangan wajah kepala rampok yang saat itu berniat memperkosa ibunya tak pernah lenyap dalam batinnya.’Dendam membara benar-benar tertanama dalam hatinya, tanpa siapapun tahu, bahkan K Balongin yang dia anggap guru pun tak bisa menebak isi hatinya, sebab saat itu Sembrana betul-betul tekun berlatih, tanpa mau menyinggung soal kematian ibundanya.Namun, keduanya tak sadar, saat ini mereka sedang berada di sebuah wilayah kekuasaan Kesultanan Surata, yang terletak di bagian Barat Pulau Borneo. Itu setelah Putri Mila membaca nama wilayah ini di sebuah prasasti, yakni bertuliskan Negara Pahong, Kesultanan Surata.Sementara Kampung Marawis berada di wilayah Kadipaten Solak dan masih masuk wilayah Kerajaan Hilir Sungai, Sembrana selama ini hanya berpatokan pada a
Penampilan kakek ini rada aneh, biarpun sudah tua walaupun belum tua benar antara 50-53 tahunan, tapi pakaiannya mentereng dan dimulutnya tak pernah lepas dari cangklong.Sebagai orang muda yang tahu tata krama, Sembrana langsung memberi hormat, dia tak mau di anggap kurang ajar.“Aku Sembrana dan adiku Mila memberi hormat buat orang tua gagah!” Sembrana merangkapkan tangannya ke dada, sedangkan dua begal yang benjol dahinya terlihat menyingkir dan hanya melihat.Mereka kini sadar, baru gadis cilik ini saja mudah mengalahkan mereka, apalagi remaja yang terlihat pendiam dan serius ini.“He-he…bagus, kamu anak muda tahu adat, sedikit banyak mengurangi kejengkelanku,” cetus si kakek ini dengan gaya yang pongah, dia agaknya menganggap remeh kemampuan Sembrana dan Putri Mila.“Huhh udah bangkotan, gayanya sok banget!” cetus Putri Mila cuek, hingga si kakek ini langsung mendelik marah, kaget dengan keceriwisan mulut Putri Mila.“Hmm…moga mulut ceriwis kamu sehebat ucapanmu nona cilik, nihh
Sembrana menghela nafas untuk meredakan debaran di jantung, pengerahan tenaga dalam yang baru saja menewaskan Pendekar Cangklong benar-benar menguras tenaga dalamnya.“Wuihhh abang hebat bangetttt…pukulan beracun abang bikin si bangkotan langsung mati,” ceplos Putri Mila sambil memegang tangan Sembrana.“Sudahlah Mila, ayo kita lanjutin perjalanan…!”“Sembrana…tuan pendekar tunggu dulu…!” si muka pucat langsung menahan langkah Sembrana dan Putri Mila.“Iya ada apa..?” saat bicara begitu Sembrana sempat melirik, dua begal yang di hajar Putri Mila tadi terlihat pelan-pelan pergi dari tempatnya.Namun Sembrana membiarkan, karena dirinya tak punya urusan dengan para begal ini.“Kenalkan nama saya Dahor, saya sangat kagum dengan kehebatan tuan pendekar Sembrana, kalau boleh tahu, siapa kah nama julukan tuan pendekar ini,”Dahor terlihat menjura menyatakan hormatnya, diikuti 4 anak buahnya, sehingga Sembrana pun terpaksa membalas penghormatan ini.“Ehmmm….panggil saja Pendekar Beracun, nahh
Keduanya kini melompat ke daratan di pinggir sungai besar ini, Sembrana konsentrasi memasang telinganya, untuk mengetahui siapa penjahat yang telah berbuat keji terhadap semua penumpang dan juga nakhoda kapal sungai ini.Saat sibuk menoleh ke kiri dan kanan, tiba-tiba…singgg berturut-turut melayang 5 buah pisau kecil ke arah Sembrana.Pisau-pisau kecil sangat cepat menuju ke arahnya. Tapi secepat kilat dengan entengnya Sembrana mampu menangkis serangan gelap itu hingga runtuh ke tanah.Tapi itu semua hanya sesaat, tiba-tiba kembali meluncur lagi puluhan anak panah, bunyi desingannya membuat Sembrana dan Putri Mila harus melompat secepat kilat, karena anak-anak panah ini sepertinya beracun, karena tercium bauk mirip cuka, menyengat sekali.Dan benar saja, saat anak panah itu kena daun, daun itu terlihat layu dan mengering, bahkan ada semacam asap tipis di daun tersebut.“Hati-hati Mila, jangan sampai terkena, panah ini beracun!” Sembrana memberi peringatan buat adik angkatnya ini.“Kur
Kini Kona mulai meloloskan baju atas Sembrana, saat remaja ini akan menggetuk kepala wanita tak tahu malu ini, tiba-tiba di depan gua si baju hijau dan baju kuning sudah tiba.“Hmm…kamu Kona berani banget, ayoo bawa tawanan ini ke markas, sebelum si Nyai tahu perbuatan kamu, hukuman berat akan menanti kamu kelak!”Si baju hijau langsung memberi peringatan pada si Kona si baju merah. Kona terlihat sangat kecewa, dia lalu bangkit dan mendatangi dua rekannya.Kedua rekannya terlihat terbelalak mendengar bisikan Kona. Terlihat si baju hijau dan baju kuning bimbang dan sesekali melihat ke arah Sembrana yang masih pura-pura pingsan.Namun syaraf ditubuh remaja ini terlihat mulai tegang dan dia tak mau jadi mainan ketiganya. Tapi Sembrana lalu menajamkan pendengarannya.Tiba-tiba ketiga orang ini langsung tegang, saat mendengar suara seperti siulan. Sembrana oun juga mendengar bunyi siulan itu, kentara sekali mengandung tenaga dalam yang hebat di balik siulan tersebut.“Hadeuh sudahlah lupak
Sembrana lalu pergi dari sana, karena kembali dia harus menahan mangkel di hati, karena Nyai Rumpi dan si pangeran itu melanjutkan bermesraan, bahkan bunyi berciuman pun sampai kericupan, hingga bikin jakun remaja ini naik turun lagi.Sembrana lalu bermaksud kembali ke kamar di mana tadi dia di tawan, namun dia terpaksa menahan langkahnya, di lihatnya ada 5 orang di sana dan terdengar ribut, karena melihat dua kawannya tertotok dan tahanan hilang dari kamar.Sembrana mengendap-ngendap mencari jalan keluar, saat itulah ia melihat ada seorang wanita berjalan santai seorang diri, seperti sedang berpatroli.Dengaan gerakan yang sangat cepat dan tidak menimbulkan suara, kecuali desir angin, Sembrana lalu dia menangkapnya.Wanita berbaju abu-abu ini adalah salah satu anak buah Nyai Rumpi, malam ini dia bertugas patroli dan tak menduga bakal di sergap Sembrana. Wanita ini tak sempat berteriak, tubuhnya yang lunglai dipondong Sembrana lalu berlari luar biasa cepatnya sangat jauh dari sarang
Setelah kenyang makan ayam panggang dan buah-buahan segar, dengan petunjuk Nyi Adora, Sembrana kini menuju ke sarang Perompak Sungai Mahayan.Bukan jalan yang mudah, sangat banyak jebakan-jebakan yang ternyata sengaja di buat para perompak.Sembrana sangat tertolong dengan Nyi Adora yang hapal jebakan-jebakan yang di buat para perompak, karena selama 6 bulanan ini dia belajar di padepokan Nyai Rumpi.Nyi Adora juga bilang selama ini Nyai Rumpi dan Ki Bado, kepala perompak itu saling bersaing dan sering bentrok, karena sama-sama ingin kuasai kawasan Hutan Pahang ini, yang memiliki kawasan sangat luas ini. Apalagi kawasan Hutan Pahang di lewati Sungai Mahayan yang luas dan jadi lalu lintas perdagangan antara dua kerajaan, yakni Kerajaan Hilir Sungai dan Kerajaan Surata atau kini Kesultanan Surata, bahkan juga Kerajaan Barito Barat.Sehingga sungai yang sangat luas dan menyambung ke Sungai Barito dan bermuara ke Laut Jawa itu jadi kawasan ekonomi yang maju dan ramai. Namun seiring de
“Hebat…masih muda tapi sudah memiliki kesaktian yang luar biasa, cepat bawa dia ke tahanan, ikat tangan dan kakinya agar tak bisa membebaskan diri, kuburkan yang mati dan kita akan siksa remaja ini!” perintah Ki Bado, yang langsung dituruti anak buahnya.Tubuh Sembrana yang pingsan langsung di lemparkan begitu saja di dalam sebuah tahanan, tangan dan kakinya di ikat sebuah tali tali yang alot dan kuat.Bahkan lebih kuat dari besi sekalipun, karena tali ini terbuat dari akar yang di beri ramuan khusus dan biasa digunakan untuk mengikat gajah atau harimau dewasa.Kini sarang perompak ini langsung sunyi kembali, puluhan anak buah Ki Bado bersantai sambil berjaga sangat ketat.Mereka rame memperbincangkan kehebatan Sembrana yang nekat menyatroni sarang mereka seorang diri, bahkan menewaskan 3 orang rekan-rekannya.Karena beranggapan Sembrana hanya sendirian, mereka jadi lengah dan malah kini aseek minum arak hingga mabuk, sehingga penjagaan tak begitu ketat.Apalagi pas malam hari cuaca