Siapakah Raden Sabur yang sebelumnya bertemu Kertamalaki, Remibara dan juga Dafina…?Dialah penjelmaan Prabu Sembara, sebelumnya keduanya sudah berunding soal ini. Eyang Sabur yang ternyata separu mahluk lelembut dan separu manusia ini meminta agar Prabu Sembara menyadarkan saudara tirinya Ratu Sri Asih, agar berhenti mengacau kehidupan umat manusia, karena mereka berbeda alam.Eyang Sabur yang terlanjur betah berada di dunia manusia sudah tak bernafsu lagi dengan ikut terlibat bentrokan, baginya sudah tak jaman di usianya yang ternyata lebih dari 120 tahunan (padahal sebelumnya Kertamalaki sempat mengira masih 70 tahunan) harus mengeluarkan tangan kejam.“Baginda prabu serupai lah aku, yakni Raden Sabur di dunia Lelembut!” Eyang Sabur lalu menjelaskan siapa sosok dirinya di dunia alam gaib tersebut, sehingga Prabu Sembara tak kagok lagi menyerupai wajah Raden Sabur.Kemudian selama 2 hari 2 malam, Eyang Sabur memberikan ilmu-ilmu khusus buat Prabu Sembara, sehingga kini sang maharaja
Setelah berpelukan kembali dengan Putri Remi atau Ratu Sri Asih, Prabu Sembara memejamkan mata dan bersiulan.Dalam sekejab dia kembali ke alam manusia dan menyaksikan pertempuran yang makin hebat antara pasukan Kerajaan Hilir Sungai dengan pasukan Ki Basarah dari kerajaan Borneo Timur.Pasukan Ki Basarah ternyata terkepung oleh tiga pasukan besar, selain Kerajaan Hilir Sungai juga ada pasukan Kerajaan Borneo Tengah dan pasukan Pangeran Adityawarman yang sudah di bantu pasukan Kadipaten Tawelong.Setelah kini pasukan siluman dari negeri Lelembut tak lagi ikut membantu, kini pasukan Ki Basarah tak punya kekuatan lagi, kini posisi mereka bak anak tikus, terjepit dan tak bisa keluar lagi.Prabu Burman dan Pangeran Adityawarma bahkan Panglima Jenderal Dalman terlihat bahu membahu membabati pasukan Ki Basarah yang semakin lama semakin habis.Dan saat menoleh ke arah lain, Prabu Sembara geleng-geleng kepala saat melihat Remibara sangat ganas membabati pasukan Ki Basarah, beda dengan Kertama
Remibara menatap kekasihnya ini, rasa sayangnya memang sudah sampai ke ubun-ubun, semenjak sama-sama terjebak ke alam lelembut.Andai tak sungkan dengan abangnya Pengeran Kertamalaki, pingin rasanya setiap saat Remibara berada di sisi Dafina dan tentu saja melampiaskan rasa sayangnya. Itulah sebabnya dua sejoli ini seakan enggan berpisah dan maunya bersama terus.Saat ini…!Remibara pun mengangguk dan ia pun menggandeng tangan Dafina untuk pergi dari sana, sebelumnya dia sudah pamit dengan Prabu Burman dan Pangeran Adityawarman juga dengan Panglima Jenderal Dalman, dengan alasan ingin menuntaskan dendam pribadinya.Ketiganya tentu saja berpesan agar Remibara hati-hati dan kapan pun mau datang ke tiga kerajaan ini akan di terima dengan tangan terbuka.Bahkan baik Prabu Burman maupun Pangeran Adityawarman yang sebentar lagi jadi Raja Tawelong sudah menyiapkan jabatan khusus buat Remibara ini. Tinggal Remibara pilih mau mengabdi di mana kelak.Sebelumnya, setelah Prabu Sembara berpindah
Prabu Sembara tak bisa mencegah Remibara yang kini sudah jauh meninggalkannya bersama kekasihnya Dafina.Dengan alasan masih ada urusan pribadi yang harus di tuntaskan, Remibara izin untuk merantau lagi, dia janji akan pulang ke Istana kelak bersama Dafina.Sambil mengelus jenggot tipisnya, Maharaja ini menganggukan kepala, dia hanya berpesan agar Remibara jangan terlalu lama merantau.Tak lama kemudian dengan kesaktiannya, Prabu Sembara pun juga melompat bahkan lebih cepat dari Remibara tadi, ke arah yang berlawanan. Karena Istana Hilir Sungai berada di arah Timur, sedangkan kepergian Remibara dan Dafina ke arah Barat.Kebahagian jelas terpancar dari wajah kedua sejolli ini, kini keduanya sudah tak sungkan-sungkan lagi bermesraan.Dunia seakan jadi milik berdua, namun setiap kali sudah akan lepas kontrol, Dafina sangat pintar berkelit dan dia bilang sebelum semua misi pribadi Remibara tuntas, mereka tak boleh melakukan hubungan suami istri.Remibara menghormati keputusan kekasihnya,
Setelah mandi dan kini sudah bersih, Jalina dan Jalini justru mengembalikan baju ganti yang tadi diberikan Dafina, karena mereka mempunyai baju ganti sendiri, yang ternyata diam-diam mereka sembunyikan di semak-semak.Tentu saja keanehan ini tidak di sadari Remibara, karena ia terbawa hati penasaran, kenapa sampai kedua gadis ini terjebak di lumpur hisap ini. dan kenapa kedua lengan mereka sampai buntung begitu.Saat itu Dafina sedang memetik buah buat dia dan Remibara makan, karena tempat ini memang sangat banyak buah-buahan yang masak.Di saat yang sama kedua gadis ini berbincang dengan Remibara, keduanya dengan berurai airmata mengisahkan kalau pelaku pembuntungan lengan mereka justru guru mereka sendiri yakni Nyai Dina.“Ibu guru marah karena ketahuan bersama kamu Remibara dan menuduh kami sengaja menyusupkan kamu ke dalam sarang kami, makanya kami di hukum, juga ketahuan kita lama bersama di penginapan itu bercinta bertiga siang malam!” cerita Jalini menambahkan.Entah kenapa uca
Remibara makin kaget karena dia mulai tenggelam ke dalam lumpur hisap hingga sampai ke pinggangnya, kiri kanannya api mulai berkobar sehingga kubangan lumpur ini sangat panas.Remibara bahkan merasakan badannya bak terbakar dan kondisinya makin mengkhawatirkan. Bajunya basah oleh keringat yang mengucur deras keluar, karena api terus berkobar. Apalagi Remibara mencium seperti bau minyak yang sengaja di tumpahkan di sekitar telaga hisap ini, sehingga api makin membesar membakar tempat yang tadi sepintas bak halaman rumput.Remibara lalu berusaha tenang, kini anak panah sudah berhenti menyerangnya, justru bahaya besar menghadangnya, yakni kobaran api yang makin membesar tersebut.“Hmm…kurang ajar, ternyata aku sudah di tipu mentah-mentah Jalina dan Jalini, ini pasti rencana jahat Ki Jantra,” batin Remibara gemas.Dalam keadaan begitu, Remibara lalu teringat siulan yang diajarkan Eyang Sabur. Tak ada pilihan lain, karena daya sedot sangat kuat, semakin Remibara bergerak, maka tubuhnya m
Begitu serangan kedua orang berjanggut ini datang, secara dahsyat Remibara langsung mengerahkan jurus membetot sukma yang sangat dahsyat, akibatnya dua jurus milik dua pria berjanggut ini bak menembus sesuatu yang dalam dan membuat mereka terhanyut.Kaget bukan main kedua pria ini, sehingga mereka langsung mengerahkan tenaga dalamnya sekuatnya untuk menarik kembali tenaga dalam mereka ini. Tapi justru tenaga dalam mereka terus membanjir keluar tanpa bisa di cegah.Saat bersamaan serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus datang, tapi disinilah kehebatan Remibara yang sudah menguasai betul jurus membetot sukma ini.Secara tak terduga, dia mengarahkan tenaga dalam milik dua pria berjanggut ini untuk menangkis serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus, lalu di tambahkannya dengan jurus yang baru dia latih, yakni Jurus Siulan.Terdengarlah bunyi ledakan dahsyat, karena panas ketemu panas, dua jagoan 5 Setan Meratus bagai terkena petir di siang bolong, mereka langsung berkelonjotan, sisa yang 3 o
Remibara sengaja tak terburu-buru mencari satu-satunya lagi musuhnya yang tertinggal, yakni Ki Sohail, dia tak begitu memusingkan 3 orang anggota Setan Meratus yang berhasil kabur.Remibara tahu ketiganya sudah terkena pukulannya yang sangat ampuh, yakni Jurus Siulan yang sangat panas. Kalau mereka tak berhasil menemukan tabib ampuh selevel Ki Sasak, dapat dipastikan ketiganya akan tewas.Sepanjang jalan keluar dari hutan indah tapi mengandung sesuatu yang mengerikan ini, Remibara kaget menemukan kantong-kantong berisi uang atau koin emas yang berceceran, dia lalu mengumpulkannya.“Koin-koin ini kan yang di kumpulkan para 10 wanita muda itu, kenapa pada berceceran di mana-mana, di mana mereka kini…?” pikir Remibara keheranan sendiri.Saat melihat ada gaun yang tertahan di sebatang pohon di bagian lumpur hisap, barulah Remibara menepuk jidatnya.“Hadeuhh, aku lupa mengantar mereka ke luar dari taman hutan lumpur hisap ini, mereka semua pasti jadi korban lumpur-lumpur maut ini. Sebab me
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma