Begitu serangan kedua orang berjanggut ini datang, secara dahsyat Remibara langsung mengerahkan jurus membetot sukma yang sangat dahsyat, akibatnya dua jurus milik dua pria berjanggut ini bak menembus sesuatu yang dalam dan membuat mereka terhanyut.Kaget bukan main kedua pria ini, sehingga mereka langsung mengerahkan tenaga dalamnya sekuatnya untuk menarik kembali tenaga dalam mereka ini. Tapi justru tenaga dalam mereka terus membanjir keluar tanpa bisa di cegah.Saat bersamaan serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus datang, tapi disinilah kehebatan Remibara yang sudah menguasai betul jurus membetot sukma ini.Secara tak terduga, dia mengarahkan tenaga dalam milik dua pria berjanggut ini untuk menangkis serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus, lalu di tambahkannya dengan jurus yang baru dia latih, yakni Jurus Siulan.Terdengarlah bunyi ledakan dahsyat, karena panas ketemu panas, dua jagoan 5 Setan Meratus bagai terkena petir di siang bolong, mereka langsung berkelonjotan, sisa yang 3 o
Remibara sengaja tak terburu-buru mencari satu-satunya lagi musuhnya yang tertinggal, yakni Ki Sohail, dia tak begitu memusingkan 3 orang anggota Setan Meratus yang berhasil kabur.Remibara tahu ketiganya sudah terkena pukulannya yang sangat ampuh, yakni Jurus Siulan yang sangat panas. Kalau mereka tak berhasil menemukan tabib ampuh selevel Ki Sasak, dapat dipastikan ketiganya akan tewas.Sepanjang jalan keluar dari hutan indah tapi mengandung sesuatu yang mengerikan ini, Remibara kaget menemukan kantong-kantong berisi uang atau koin emas yang berceceran, dia lalu mengumpulkannya.“Koin-koin ini kan yang di kumpulkan para 10 wanita muda itu, kenapa pada berceceran di mana-mana, di mana mereka kini…?” pikir Remibara keheranan sendiri.Saat melihat ada gaun yang tertahan di sebatang pohon di bagian lumpur hisap, barulah Remibara menepuk jidatnya.“Hadeuhh, aku lupa mengantar mereka ke luar dari taman hutan lumpur hisap ini, mereka semua pasti jadi korban lumpur-lumpur maut ini. Sebab me
Hingga 6 bulanan yang lalu Ki Jarot datang bersama 5 anak buahnya, isu peta harta karun inilah yang membuat Ki Jarot yang ternyata seorang terpelajar di Kotaraja Bajama, mau datang jauh-jauh ke sini.Magnet harta karun memang membuat siapapun yang gila harta rela datang jauh-jauh, bahkan mengorbankan nyawa untuk mencapai tujuan itu.Ki Jarot bukanlah pria biasa, dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat, selama ini dia pernah lama jadi murid di padepokan besar, Bangkui Hirang, sejak berusia 10 tahun dan walaupun sudah tak mondok di sana lagi.Karena ada aturan di padepokan itu, kalau sudah 15 tahun belajar di sana, maka dianggap tamat, walaupun aturan padepokan tetap harus di junjung tinggi selamanya, atau terikat sebagai murid sampai kapanpun.5 temannya yang juga anak buahnya tentu saja semangat untuk ikut mencari harta karun itu, ke 5 temannya ini ternyata teman nongkrong Ki Jarot selama ini. Tak ada yang tahu, kalau selama di padepokan itu, Ki Jarot seorang murid yang taat dan penuru
Remibara kini berhati-hati, karena ia tahu Dafina bukan gadis sembarangan, apalagi saat bersamanya hampir 1,5 bulanan yang lalu, gadis cantik yang suka bergaun merah ini meningkat sekali ilmu silatnya.Sebab Remibara sering membimbing Dafina melatih ilmu-ilmu silatnya, yang terutama secara tak sengaja di peroleh dari Eyang Sabur, sehingga kesaktian dara jelita ini meningkat pesat.Remibara lalu menajamkan pendengarannya, dia kaget saat Ki Jarot terlihat sudah kenal lama dengan Dafina, termasuk ibunda Dafina, Nyai Dawina.“Jadi Dafina malam ini mau nginap di sini, boleh banget…kangen…(sampai kalimat ini Remibara tak mendengar jelas lagi, karena saat itu terdengar suara anak buah Ki Jarot memanggil sang kepala kampung ini).”“Aku juga lama nggak ketemu, terakhir dulu aku ke padepokan ibu kamu, kamu masih kecil, sekarang, woww…!” puji Ki Jarot.“Ahh Ki Jarot bisa aja, aku juga kaget dan pangling liat Ki Jarot sekarang, lebih wibawa,” puji Dafina.Remibara tiba-tiba saja timbul cemburu, d
Jelang tengah malam, Remibara pamit dengan Ki Pani, Ki Nono dan Sampo dengan sebuah rencana besar. Soal peta harta karun, mereka sepakat paling aman berada di Remibara, karena mereka takut bernasib buruk seperti Ki Parleh.Apalagi kini makin banyak saja pendekar-pendekar sakti yang aneh berdatangan ke Kampung Bangkirai ini, sehingga keadaan di kampung tersebut makin menegangkan.Apesnya ketiganya juga tak paham soal peta harta karun itu, sehingga saat melihat gambar atau coretan-coretan di peta itu, semuanya merasa bingung sendiri, inilah yang membuat ketiganya sepakat biarlah peta itu di simpan Remibara.Atas saran ketiganya juga, Remibara di minta balik lagi ke rumah yang disediakan Ki Jarot, agar rencana mereka tak diketahui oleh cicit pentolan rampok tersebut.Sekaligus Remibara bisa memantau perkembangan di rumah Ki Jarot, rumah besar ini dulunya merupakan tempat tinggal Ki Parleh, tapi di klaim Ki Jarot sebagai warisan kakek buyutnya dan kini dia rampas kembali.Jelang pagi Remi
Saat Ki Sohail berucap begitu pada muridnya Ki Jarot, Remibara sudah menjauh dari sana, dia sengaja tidak mau turun tangan langsung melawan musuh besarnya itu, karena terlalu banyak misteri yang harus ia pecahkan terlebih dahulu.5 anak buah Ki Jarot langsung bergerak mencari Remibara, tapi Ki Sohail dan Ki Jarot kini ikut menyusul, tapi mereka hanya menemukan kamar yang kosong, Remibara sudah tak berada di sana lagi.Ki Sohail dan Ki Jarot kini berunding berdua di sebuah ruangan membahas peta harta karun Ki Jambrong.Ki Jarot ternyata sangat cerdik, dia sempat menyalin peta itu dan kini bersama gurunya mereka mempelototi salinan peta tersebut.“Kalau dilihat dari peta ini, agaknya harta karun yang di simpan itu berada di sebuah terowongan yang berada di bibir jurang. Tapi yang jadi masalah, bibir jurang yang mana? tanda ini menunjukan ke arah timur, tapi bibir jurang di sini sangat banyak, ini yang sangat membingungkan!” cetus Ki Jarot.Ki Jarot mengisap cerutunya sambil menatap sali
Remibara mulai berpikir cepat bagaimana agar tubuh mereka tak terjatuh ke dalam dasar jurang yang sangat dalam dan belum terlihat dasarnya ini.Saat melihat akar yang lumayan besar dan tubuh mereka masih meluncur deras, dengan nekat Remibara menggenjot tubuhnya dan menangkap akar itu.Beruntung akar itu sangat ulet, lengannya kirinya menangkap erat tubuh Dafina, tapi tangan kanannya mencengkram akar sebesar lengan itu.Bukkkk…tubuh Remibara terbentur dinding jurang yang merupakan batu cadas, untungnya tubuh Remibara dan sudah terlindungi tenaga dalam yang sangat hebat, sehingga benturan itu tak membuat dia cedera atau terluka.Untuk sesaat Remibara memejamkan mata, lalu melihat ke atas, tak tampak lagi bibir jurang, yang ada hanya halimun saja.Saat menoleh ke bawah, kembali Remibara menghela nafas, tak terlihat dasar jurang, juga hanya terlihat halimun tipis, ini menandakan posisi mereka masih sangat tinggi di atas jurang ini. Kini Remibara menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari
Dafina menghentikan makan daun ajaib itu dan memandang aneh wajah kekasihnya ini, walaupun agak gelap, tapi karena sama-sama sakti, keduanya bisa melihat dengan jelas wajah masing-masing.Dafina tiba-tiba merasa aneh, tubuhnya terasa hangat dan lama-lama dia merasa ada sesuatu yang ‘mesra’ melanda tubuhnya.Remibara pun sama, tadi saat memamah daun ajaib sebelum merecoki Dafina, ia sempat tertelan dan perasaan Remibara juga mulai tak karuan.“Dafina…ini…ini efeknya…badan kita berasa panas…!” suara Remibara mulai terputus-putus, sesuatu yang aneh dan kuat seakan butuh penyaluran saat ini juga.“Itu ya…aduhh apakah ini berbahaya Remibara…kok aku berasa panas..dan..dan…!” Remibara menangkap tangan Dafina, dipikirnya gadis cantik ini akan jatuh, karena Dafina terlihat goyang-goyang.Tapi bukannya jatuh, Dafina malah memeluk Remibara dan pelukannya makin erat, Dafina bukan hanya memeluk, tanpa sadar mulut gadis jelita ini mencari wajah Remibara dan tanpa bisa di cegah, diapun melumat bibir
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma