Remibara kini berhati-hati, karena ia tahu Dafina bukan gadis sembarangan, apalagi saat bersamanya hampir 1,5 bulanan yang lalu, gadis cantik yang suka bergaun merah ini meningkat sekali ilmu silatnya.Sebab Remibara sering membimbing Dafina melatih ilmu-ilmu silatnya, yang terutama secara tak sengaja di peroleh dari Eyang Sabur, sehingga kesaktian dara jelita ini meningkat pesat.Remibara lalu menajamkan pendengarannya, dia kaget saat Ki Jarot terlihat sudah kenal lama dengan Dafina, termasuk ibunda Dafina, Nyai Dawina.“Jadi Dafina malam ini mau nginap di sini, boleh banget…kangen…(sampai kalimat ini Remibara tak mendengar jelas lagi, karena saat itu terdengar suara anak buah Ki Jarot memanggil sang kepala kampung ini).”“Aku juga lama nggak ketemu, terakhir dulu aku ke padepokan ibu kamu, kamu masih kecil, sekarang, woww…!” puji Ki Jarot.“Ahh Ki Jarot bisa aja, aku juga kaget dan pangling liat Ki Jarot sekarang, lebih wibawa,” puji Dafina.Remibara tiba-tiba saja timbul cemburu, d
Jelang tengah malam, Remibara pamit dengan Ki Pani, Ki Nono dan Sampo dengan sebuah rencana besar. Soal peta harta karun, mereka sepakat paling aman berada di Remibara, karena mereka takut bernasib buruk seperti Ki Parleh.Apalagi kini makin banyak saja pendekar-pendekar sakti yang aneh berdatangan ke Kampung Bangkirai ini, sehingga keadaan di kampung tersebut makin menegangkan.Apesnya ketiganya juga tak paham soal peta harta karun itu, sehingga saat melihat gambar atau coretan-coretan di peta itu, semuanya merasa bingung sendiri, inilah yang membuat ketiganya sepakat biarlah peta itu di simpan Remibara.Atas saran ketiganya juga, Remibara di minta balik lagi ke rumah yang disediakan Ki Jarot, agar rencana mereka tak diketahui oleh cicit pentolan rampok tersebut.Sekaligus Remibara bisa memantau perkembangan di rumah Ki Jarot, rumah besar ini dulunya merupakan tempat tinggal Ki Parleh, tapi di klaim Ki Jarot sebagai warisan kakek buyutnya dan kini dia rampas kembali.Jelang pagi Remi
Saat Ki Sohail berucap begitu pada muridnya Ki Jarot, Remibara sudah menjauh dari sana, dia sengaja tidak mau turun tangan langsung melawan musuh besarnya itu, karena terlalu banyak misteri yang harus ia pecahkan terlebih dahulu.5 anak buah Ki Jarot langsung bergerak mencari Remibara, tapi Ki Sohail dan Ki Jarot kini ikut menyusul, tapi mereka hanya menemukan kamar yang kosong, Remibara sudah tak berada di sana lagi.Ki Sohail dan Ki Jarot kini berunding berdua di sebuah ruangan membahas peta harta karun Ki Jambrong.Ki Jarot ternyata sangat cerdik, dia sempat menyalin peta itu dan kini bersama gurunya mereka mempelototi salinan peta tersebut.“Kalau dilihat dari peta ini, agaknya harta karun yang di simpan itu berada di sebuah terowongan yang berada di bibir jurang. Tapi yang jadi masalah, bibir jurang yang mana? tanda ini menunjukan ke arah timur, tapi bibir jurang di sini sangat banyak, ini yang sangat membingungkan!” cetus Ki Jarot.Ki Jarot mengisap cerutunya sambil menatap sali
Remibara mulai berpikir cepat bagaimana agar tubuh mereka tak terjatuh ke dalam dasar jurang yang sangat dalam dan belum terlihat dasarnya ini.Saat melihat akar yang lumayan besar dan tubuh mereka masih meluncur deras, dengan nekat Remibara menggenjot tubuhnya dan menangkap akar itu.Beruntung akar itu sangat ulet, lengannya kirinya menangkap erat tubuh Dafina, tapi tangan kanannya mencengkram akar sebesar lengan itu.Bukkkk…tubuh Remibara terbentur dinding jurang yang merupakan batu cadas, untungnya tubuh Remibara dan sudah terlindungi tenaga dalam yang sangat hebat, sehingga benturan itu tak membuat dia cedera atau terluka.Untuk sesaat Remibara memejamkan mata, lalu melihat ke atas, tak tampak lagi bibir jurang, yang ada hanya halimun saja.Saat menoleh ke bawah, kembali Remibara menghela nafas, tak terlihat dasar jurang, juga hanya terlihat halimun tipis, ini menandakan posisi mereka masih sangat tinggi di atas jurang ini. Kini Remibara menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari
Dafina menghentikan makan daun ajaib itu dan memandang aneh wajah kekasihnya ini, walaupun agak gelap, tapi karena sama-sama sakti, keduanya bisa melihat dengan jelas wajah masing-masing.Dafina tiba-tiba merasa aneh, tubuhnya terasa hangat dan lama-lama dia merasa ada sesuatu yang ‘mesra’ melanda tubuhnya.Remibara pun sama, tadi saat memamah daun ajaib sebelum merecoki Dafina, ia sempat tertelan dan perasaan Remibara juga mulai tak karuan.“Dafina…ini…ini efeknya…badan kita berasa panas…!” suara Remibara mulai terputus-putus, sesuatu yang aneh dan kuat seakan butuh penyaluran saat ini juga.“Itu ya…aduhh apakah ini berbahaya Remibara…kok aku berasa panas..dan..dan…!” Remibara menangkap tangan Dafina, dipikirnya gadis cantik ini akan jatuh, karena Dafina terlihat goyang-goyang.Tapi bukannya jatuh, Dafina malah memeluk Remibara dan pelukannya makin erat, Dafina bukan hanya memeluk, tanpa sadar mulut gadis jelita ini mencari wajah Remibara dan tanpa bisa di cegah, diapun melumat bibir
Dafina terus mengintip dan Ki Parleh terlihat tetap bersikukuh dan akhirnya akibat menderita pukulan-pukulan itu kuat dari 5 orang itu, sehingga Ki Parleh pingsan.Lalu 5 orang anak buah Ki Jarot ini pergi dari kamar itu dan membiarkan Ki Parleh yang terlihat pingsan begitu.Saat keluar kamar yang mirip gudang ini, ke lima nya sengaja tak mengunci pintu, di pikir Ki Parleh tak akan bisa kabur karena masih pingsan dan terikat di sebuah tiang.Dafina lalu pelan-pelan masuk setelah melihat lima orang anak buah Ki Jarot sudah jauh dan terdengar mereka sedang aseek menengak arak.Dafina mengurut-urut tubuh Ki Parleh, hingga pria tua itu siuman. Walaupun penerangan di ruangan ini tak begitu terang, namun Ki Parleh bukanlah pria lemah, sehingga dia kaget saat melihat ada wanita cantik bergaun merah, yang terlihat menolong dengan membuka ikatan lengan dan kakinya.“Siapa kamu nona..?”“Nanti saja kita bicara Ki Parleh, yang utama aku ingin menyelamatkan aki dulu, setelah aman baru kita bicara
Dengan hati berdebar-debar, Dafina dan Remibara mulai memeriksa sekitar itu, tak ada yang aneh dari tempat ini, hanya ada tanaman merambat termasuk daun ajaib yang terlihat tak banyak di sekitar itu.Remibara menggunakan kayu sepanjang lengan mengorek-ngorek sekitar itu, tapi tak menemukan apa yang mereka maksud. Tapi Remibara tak putus asa, apalagi Dafina terus memberi semangat.Saat mengorek-ngorek itu, tongkat yang Remibara pegang seperti membentur sebuah peti kecil terbuat dari kayu.“Sayang, ini agaknya sebuah peti, kamu minggir dulu, aku mau menggali tanah lembek ini” seru Remibara sambil berjongkok, Dafina ikutan kaget dan berdebar, lalu menyingkir satu langkah ke samping.Lalu Remibara menyingsingkan lengan bajunya dan mulai menggali dengan tangannya ke tanah yang lembek tersebut.Setelah di angkat, peti segi empat berukuran hanya 20 centimeteran, keduanya lalu duduk sambil menghadap peti yang terbuat dari kayu ulin, yang memang tahan lama apalagi kalau ditanam di dalam tanah
Perjalanan menuju ke Istana Pasir Berlumpur kembali di tempuh keduanya dengan sangat cepat. Walaupun kadang diselingi dengan istirahat dan pastinya bak bulan madu keduanya selalu melepas rindu dan sekaligus memperdalam ilmu kanuragan, khususnya bagi Dafina yang kini makin hebat saja kesaktiannya, karena di bimbing Remibara.Setiap kali bercinta dan memakan daun ajaib yang saat itu tersisa 10 lembar dan dipetik semua oleh Dafina, maka kekuatan Dafina makin naik drastis.Namun Remibara memberi peringatan agar kekasihnya ini jangan terlalu sering memakan daun ajaib itu, takut ber efek tak baik, sehingga Dafina selama 3 mingguan ini baru memakan 1 lembar.Setelah hampir 3 minggu, mereka kini sudah berada di kaki bukit Istana Pasir Berlumpur tersebut, keduanya memandang kagum ke arah bukit ini, agaknya Ki Jantra mempunyai jiwa seni yang luar biasa.Sebab bisa memilih tempat ini sebagai rumah tinggal. “Sayang…bagaimana kalau kelak kita tinggal di sini saja, aku sangat menyukai tempat ini…!”