Remibara makin kaget karena dia mulai tenggelam ke dalam lumpur hisap hingga sampai ke pinggangnya, kiri kanannya api mulai berkobar sehingga kubangan lumpur ini sangat panas.Remibara bahkan merasakan badannya bak terbakar dan kondisinya makin mengkhawatirkan. Bajunya basah oleh keringat yang mengucur deras keluar, karena api terus berkobar. Apalagi Remibara mencium seperti bau minyak yang sengaja di tumpahkan di sekitar telaga hisap ini, sehingga api makin membesar membakar tempat yang tadi sepintas bak halaman rumput.Remibara lalu berusaha tenang, kini anak panah sudah berhenti menyerangnya, justru bahaya besar menghadangnya, yakni kobaran api yang makin membesar tersebut.“Hmm…kurang ajar, ternyata aku sudah di tipu mentah-mentah Jalina dan Jalini, ini pasti rencana jahat Ki Jantra,” batin Remibara gemas.Dalam keadaan begitu, Remibara lalu teringat siulan yang diajarkan Eyang Sabur. Tak ada pilihan lain, karena daya sedot sangat kuat, semakin Remibara bergerak, maka tubuhnya m
Begitu serangan kedua orang berjanggut ini datang, secara dahsyat Remibara langsung mengerahkan jurus membetot sukma yang sangat dahsyat, akibatnya dua jurus milik dua pria berjanggut ini bak menembus sesuatu yang dalam dan membuat mereka terhanyut.Kaget bukan main kedua pria ini, sehingga mereka langsung mengerahkan tenaga dalamnya sekuatnya untuk menarik kembali tenaga dalam mereka ini. Tapi justru tenaga dalam mereka terus membanjir keluar tanpa bisa di cegah.Saat bersamaan serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus datang, tapi disinilah kehebatan Remibara yang sudah menguasai betul jurus membetot sukma ini.Secara tak terduga, dia mengarahkan tenaga dalam milik dua pria berjanggut ini untuk menangkis serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus, lalu di tambahkannya dengan jurus yang baru dia latih, yakni Jurus Siulan.Terdengarlah bunyi ledakan dahsyat, karena panas ketemu panas, dua jagoan 5 Setan Meratus bagai terkena petir di siang bolong, mereka langsung berkelonjotan, sisa yang 3 o
Remibara sengaja tak terburu-buru mencari satu-satunya lagi musuhnya yang tertinggal, yakni Ki Sohail, dia tak begitu memusingkan 3 orang anggota Setan Meratus yang berhasil kabur.Remibara tahu ketiganya sudah terkena pukulannya yang sangat ampuh, yakni Jurus Siulan yang sangat panas. Kalau mereka tak berhasil menemukan tabib ampuh selevel Ki Sasak, dapat dipastikan ketiganya akan tewas.Sepanjang jalan keluar dari hutan indah tapi mengandung sesuatu yang mengerikan ini, Remibara kaget menemukan kantong-kantong berisi uang atau koin emas yang berceceran, dia lalu mengumpulkannya.“Koin-koin ini kan yang di kumpulkan para 10 wanita muda itu, kenapa pada berceceran di mana-mana, di mana mereka kini…?” pikir Remibara keheranan sendiri.Saat melihat ada gaun yang tertahan di sebatang pohon di bagian lumpur hisap, barulah Remibara menepuk jidatnya.“Hadeuhh, aku lupa mengantar mereka ke luar dari taman hutan lumpur hisap ini, mereka semua pasti jadi korban lumpur-lumpur maut ini. Sebab me
Hingga 6 bulanan yang lalu Ki Jarot datang bersama 5 anak buahnya, isu peta harta karun inilah yang membuat Ki Jarot yang ternyata seorang terpelajar di Kotaraja Bajama, mau datang jauh-jauh ke sini.Magnet harta karun memang membuat siapapun yang gila harta rela datang jauh-jauh, bahkan mengorbankan nyawa untuk mencapai tujuan itu.Ki Jarot bukanlah pria biasa, dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat, selama ini dia pernah lama jadi murid di padepokan besar, Bangkui Hirang, sejak berusia 10 tahun dan walaupun sudah tak mondok di sana lagi.Karena ada aturan di padepokan itu, kalau sudah 15 tahun belajar di sana, maka dianggap tamat, walaupun aturan padepokan tetap harus di junjung tinggi selamanya, atau terikat sebagai murid sampai kapanpun.5 temannya yang juga anak buahnya tentu saja semangat untuk ikut mencari harta karun itu, ke 5 temannya ini ternyata teman nongkrong Ki Jarot selama ini. Tak ada yang tahu, kalau selama di padepokan itu, Ki Jarot seorang murid yang taat dan penuru
Remibara kini berhati-hati, karena ia tahu Dafina bukan gadis sembarangan, apalagi saat bersamanya hampir 1,5 bulanan yang lalu, gadis cantik yang suka bergaun merah ini meningkat sekali ilmu silatnya.Sebab Remibara sering membimbing Dafina melatih ilmu-ilmu silatnya, yang terutama secara tak sengaja di peroleh dari Eyang Sabur, sehingga kesaktian dara jelita ini meningkat pesat.Remibara lalu menajamkan pendengarannya, dia kaget saat Ki Jarot terlihat sudah kenal lama dengan Dafina, termasuk ibunda Dafina, Nyai Dawina.“Jadi Dafina malam ini mau nginap di sini, boleh banget…kangen…(sampai kalimat ini Remibara tak mendengar jelas lagi, karena saat itu terdengar suara anak buah Ki Jarot memanggil sang kepala kampung ini).”“Aku juga lama nggak ketemu, terakhir dulu aku ke padepokan ibu kamu, kamu masih kecil, sekarang, woww…!” puji Ki Jarot.“Ahh Ki Jarot bisa aja, aku juga kaget dan pangling liat Ki Jarot sekarang, lebih wibawa,” puji Dafina.Remibara tiba-tiba saja timbul cemburu, d
Jelang tengah malam, Remibara pamit dengan Ki Pani, Ki Nono dan Sampo dengan sebuah rencana besar. Soal peta harta karun, mereka sepakat paling aman berada di Remibara, karena mereka takut bernasib buruk seperti Ki Parleh.Apalagi kini makin banyak saja pendekar-pendekar sakti yang aneh berdatangan ke Kampung Bangkirai ini, sehingga keadaan di kampung tersebut makin menegangkan.Apesnya ketiganya juga tak paham soal peta harta karun itu, sehingga saat melihat gambar atau coretan-coretan di peta itu, semuanya merasa bingung sendiri, inilah yang membuat ketiganya sepakat biarlah peta itu di simpan Remibara.Atas saran ketiganya juga, Remibara di minta balik lagi ke rumah yang disediakan Ki Jarot, agar rencana mereka tak diketahui oleh cicit pentolan rampok tersebut.Sekaligus Remibara bisa memantau perkembangan di rumah Ki Jarot, rumah besar ini dulunya merupakan tempat tinggal Ki Parleh, tapi di klaim Ki Jarot sebagai warisan kakek buyutnya dan kini dia rampas kembali.Jelang pagi Remi
Saat Ki Sohail berucap begitu pada muridnya Ki Jarot, Remibara sudah menjauh dari sana, dia sengaja tidak mau turun tangan langsung melawan musuh besarnya itu, karena terlalu banyak misteri yang harus ia pecahkan terlebih dahulu.5 anak buah Ki Jarot langsung bergerak mencari Remibara, tapi Ki Sohail dan Ki Jarot kini ikut menyusul, tapi mereka hanya menemukan kamar yang kosong, Remibara sudah tak berada di sana lagi.Ki Sohail dan Ki Jarot kini berunding berdua di sebuah ruangan membahas peta harta karun Ki Jambrong.Ki Jarot ternyata sangat cerdik, dia sempat menyalin peta itu dan kini bersama gurunya mereka mempelototi salinan peta tersebut.“Kalau dilihat dari peta ini, agaknya harta karun yang di simpan itu berada di sebuah terowongan yang berada di bibir jurang. Tapi yang jadi masalah, bibir jurang yang mana? tanda ini menunjukan ke arah timur, tapi bibir jurang di sini sangat banyak, ini yang sangat membingungkan!” cetus Ki Jarot.Ki Jarot mengisap cerutunya sambil menatap sali
Remibara mulai berpikir cepat bagaimana agar tubuh mereka tak terjatuh ke dalam dasar jurang yang sangat dalam dan belum terlihat dasarnya ini.Saat melihat akar yang lumayan besar dan tubuh mereka masih meluncur deras, dengan nekat Remibara menggenjot tubuhnya dan menangkap akar itu.Beruntung akar itu sangat ulet, lengannya kirinya menangkap erat tubuh Dafina, tapi tangan kanannya mencengkram akar sebesar lengan itu.Bukkkk…tubuh Remibara terbentur dinding jurang yang merupakan batu cadas, untungnya tubuh Remibara dan sudah terlindungi tenaga dalam yang sangat hebat, sehingga benturan itu tak membuat dia cedera atau terluka.Untuk sesaat Remibara memejamkan mata, lalu melihat ke atas, tak tampak lagi bibir jurang, yang ada hanya halimun saja.Saat menoleh ke bawah, kembali Remibara menghela nafas, tak terlihat dasar jurang, juga hanya terlihat halimun tipis, ini menandakan posisi mereka masih sangat tinggi di atas jurang ini. Kini Remibara menoleh ke kanan dan kiri, untuk mencari