Prabu Sembara tak bisa mencegah Remibara yang kini sudah jauh meninggalkannya bersama kekasihnya Dafina.Dengan alasan masih ada urusan pribadi yang harus di tuntaskan, Remibara izin untuk merantau lagi, dia janji akan pulang ke Istana kelak bersama Dafina.Sambil mengelus jenggot tipisnya, Maharaja ini menganggukan kepala, dia hanya berpesan agar Remibara jangan terlalu lama merantau.Tak lama kemudian dengan kesaktiannya, Prabu Sembara pun juga melompat bahkan lebih cepat dari Remibara tadi, ke arah yang berlawanan. Karena Istana Hilir Sungai berada di arah Timur, sedangkan kepergian Remibara dan Dafina ke arah Barat.Kebahagian jelas terpancar dari wajah kedua sejolli ini, kini keduanya sudah tak sungkan-sungkan lagi bermesraan.Dunia seakan jadi milik berdua, namun setiap kali sudah akan lepas kontrol, Dafina sangat pintar berkelit dan dia bilang sebelum semua misi pribadi Remibara tuntas, mereka tak boleh melakukan hubungan suami istri.Remibara menghormati keputusan kekasihnya,
Setelah mandi dan kini sudah bersih, Jalina dan Jalini justru mengembalikan baju ganti yang tadi diberikan Dafina, karena mereka mempunyai baju ganti sendiri, yang ternyata diam-diam mereka sembunyikan di semak-semak.Tentu saja keanehan ini tidak di sadari Remibara, karena ia terbawa hati penasaran, kenapa sampai kedua gadis ini terjebak di lumpur hisap ini. dan kenapa kedua lengan mereka sampai buntung begitu.Saat itu Dafina sedang memetik buah buat dia dan Remibara makan, karena tempat ini memang sangat banyak buah-buahan yang masak.Di saat yang sama kedua gadis ini berbincang dengan Remibara, keduanya dengan berurai airmata mengisahkan kalau pelaku pembuntungan lengan mereka justru guru mereka sendiri yakni Nyai Dina.“Ibu guru marah karena ketahuan bersama kamu Remibara dan menuduh kami sengaja menyusupkan kamu ke dalam sarang kami, makanya kami di hukum, juga ketahuan kita lama bersama di penginapan itu bercinta bertiga siang malam!” cerita Jalini menambahkan.Entah kenapa uca
Remibara makin kaget karena dia mulai tenggelam ke dalam lumpur hisap hingga sampai ke pinggangnya, kiri kanannya api mulai berkobar sehingga kubangan lumpur ini sangat panas.Remibara bahkan merasakan badannya bak terbakar dan kondisinya makin mengkhawatirkan. Bajunya basah oleh keringat yang mengucur deras keluar, karena api terus berkobar. Apalagi Remibara mencium seperti bau minyak yang sengaja di tumpahkan di sekitar telaga hisap ini, sehingga api makin membesar membakar tempat yang tadi sepintas bak halaman rumput.Remibara lalu berusaha tenang, kini anak panah sudah berhenti menyerangnya, justru bahaya besar menghadangnya, yakni kobaran api yang makin membesar tersebut.“Hmm…kurang ajar, ternyata aku sudah di tipu mentah-mentah Jalina dan Jalini, ini pasti rencana jahat Ki Jantra,” batin Remibara gemas.Dalam keadaan begitu, Remibara lalu teringat siulan yang diajarkan Eyang Sabur. Tak ada pilihan lain, karena daya sedot sangat kuat, semakin Remibara bergerak, maka tubuhnya m
Begitu serangan kedua orang berjanggut ini datang, secara dahsyat Remibara langsung mengerahkan jurus membetot sukma yang sangat dahsyat, akibatnya dua jurus milik dua pria berjanggut ini bak menembus sesuatu yang dalam dan membuat mereka terhanyut.Kaget bukan main kedua pria ini, sehingga mereka langsung mengerahkan tenaga dalamnya sekuatnya untuk menarik kembali tenaga dalam mereka ini. Tapi justru tenaga dalam mereka terus membanjir keluar tanpa bisa di cegah.Saat bersamaan serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus datang, tapi disinilah kehebatan Remibara yang sudah menguasai betul jurus membetot sukma ini.Secara tak terduga, dia mengarahkan tenaga dalam milik dua pria berjanggut ini untuk menangkis serangan Ki Jantra dan 5 Setan Meratus, lalu di tambahkannya dengan jurus yang baru dia latih, yakni Jurus Siulan.Terdengarlah bunyi ledakan dahsyat, karena panas ketemu panas, dua jagoan 5 Setan Meratus bagai terkena petir di siang bolong, mereka langsung berkelonjotan, sisa yang 3 o
Remibara sengaja tak terburu-buru mencari satu-satunya lagi musuhnya yang tertinggal, yakni Ki Sohail, dia tak begitu memusingkan 3 orang anggota Setan Meratus yang berhasil kabur.Remibara tahu ketiganya sudah terkena pukulannya yang sangat ampuh, yakni Jurus Siulan yang sangat panas. Kalau mereka tak berhasil menemukan tabib ampuh selevel Ki Sasak, dapat dipastikan ketiganya akan tewas.Sepanjang jalan keluar dari hutan indah tapi mengandung sesuatu yang mengerikan ini, Remibara kaget menemukan kantong-kantong berisi uang atau koin emas yang berceceran, dia lalu mengumpulkannya.“Koin-koin ini kan yang di kumpulkan para 10 wanita muda itu, kenapa pada berceceran di mana-mana, di mana mereka kini…?” pikir Remibara keheranan sendiri.Saat melihat ada gaun yang tertahan di sebatang pohon di bagian lumpur hisap, barulah Remibara menepuk jidatnya.“Hadeuhh, aku lupa mengantar mereka ke luar dari taman hutan lumpur hisap ini, mereka semua pasti jadi korban lumpur-lumpur maut ini. Sebab me
Hingga 6 bulanan yang lalu Ki Jarot datang bersama 5 anak buahnya, isu peta harta karun inilah yang membuat Ki Jarot yang ternyata seorang terpelajar di Kotaraja Bajama, mau datang jauh-jauh ke sini.Magnet harta karun memang membuat siapapun yang gila harta rela datang jauh-jauh, bahkan mengorbankan nyawa untuk mencapai tujuan itu.Ki Jarot bukanlah pria biasa, dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat, selama ini dia pernah lama jadi murid di padepokan besar, Bangkui Hirang, sejak berusia 10 tahun dan walaupun sudah tak mondok di sana lagi.Karena ada aturan di padepokan itu, kalau sudah 15 tahun belajar di sana, maka dianggap tamat, walaupun aturan padepokan tetap harus di junjung tinggi selamanya, atau terikat sebagai murid sampai kapanpun.5 temannya yang juga anak buahnya tentu saja semangat untuk ikut mencari harta karun itu, ke 5 temannya ini ternyata teman nongkrong Ki Jarot selama ini. Tak ada yang tahu, kalau selama di padepokan itu, Ki Jarot seorang murid yang taat dan penuru
Remibara kini berhati-hati, karena ia tahu Dafina bukan gadis sembarangan, apalagi saat bersamanya hampir 1,5 bulanan yang lalu, gadis cantik yang suka bergaun merah ini meningkat sekali ilmu silatnya.Sebab Remibara sering membimbing Dafina melatih ilmu-ilmu silatnya, yang terutama secara tak sengaja di peroleh dari Eyang Sabur, sehingga kesaktian dara jelita ini meningkat pesat.Remibara lalu menajamkan pendengarannya, dia kaget saat Ki Jarot terlihat sudah kenal lama dengan Dafina, termasuk ibunda Dafina, Nyai Dawina.“Jadi Dafina malam ini mau nginap di sini, boleh banget…kangen…(sampai kalimat ini Remibara tak mendengar jelas lagi, karena saat itu terdengar suara anak buah Ki Jarot memanggil sang kepala kampung ini).”“Aku juga lama nggak ketemu, terakhir dulu aku ke padepokan ibu kamu, kamu masih kecil, sekarang, woww…!” puji Ki Jarot.“Ahh Ki Jarot bisa aja, aku juga kaget dan pangling liat Ki Jarot sekarang, lebih wibawa,” puji Dafina.Remibara tiba-tiba saja timbul cemburu, d
Jelang tengah malam, Remibara pamit dengan Ki Pani, Ki Nono dan Sampo dengan sebuah rencana besar. Soal peta harta karun, mereka sepakat paling aman berada di Remibara, karena mereka takut bernasib buruk seperti Ki Parleh.Apalagi kini makin banyak saja pendekar-pendekar sakti yang aneh berdatangan ke Kampung Bangkirai ini, sehingga keadaan di kampung tersebut makin menegangkan.Apesnya ketiganya juga tak paham soal peta harta karun itu, sehingga saat melihat gambar atau coretan-coretan di peta itu, semuanya merasa bingung sendiri, inilah yang membuat ketiganya sepakat biarlah peta itu di simpan Remibara.Atas saran ketiganya juga, Remibara di minta balik lagi ke rumah yang disediakan Ki Jarot, agar rencana mereka tak diketahui oleh cicit pentolan rampok tersebut.Sekaligus Remibara bisa memantau perkembangan di rumah Ki Jarot, rumah besar ini dulunya merupakan tempat tinggal Ki Parleh, tapi di klaim Ki Jarot sebagai warisan kakek buyutnya dan kini dia rampas kembali.Jelang pagi Remi