“Para warga Desa Kabut saat ini sudah tidak menganggap hamba sebagai kepala desa mereka lagi, apapun yang hamba perintahkan dan sarankan tidak lagi mereka perdulikan. Itu semua disebabkan karena para warga desa dipengaruhi oleh Kerajaan yang berada di balik kabut di ujung Selatan itu, yang mulia.” tutur Wirya. “Kerajaan? Di sebalik kabut di ujung Selatan itu terdapat Kerajaan?” makin terkejut Arga Sentanu mendengarnya, hingga dia berdiri dari duduknya. “Benar yang mulia, Kerajaan itu lah yang telah mempengaruhi para warga desa untuk bergabung dan tidak mau lagi tunduk dan patuh dalam kepemimpinan hamba sebagai kepala desa serta Kerajaan Mutiara Selatan ini. Mereka disediakan berbagai macam kebutuhan, bahkan diberi uang logam emas dalam jumlah yang banyak hingga mereka tidak lagi mau menggarap sawah.” tutur Wirya. “Aneh, sudah lama Kerajaan Mutiara Selatan ini berdiri baru kali ini saya mendengar ada Kerajaan lain di ujung Selatan sana. Apakah perkataanmu bisa dipercaya, Wirya?” uja
“Jangan hukum kami Tuan, kami mengakui kesalahan kami. Ampuni juga para suami kami yang kini menjadi prajurit di Kerajaan dibalik kabut itu.” mohon salah seorang perempuan warga desa yang ditangkap itu.“Kalian beruntung memiliki Raja yang arif dan bijaksana, hingga kami di utus ke sini tidak diperkenankan menghukum apalagi membunuh kalian. Begitu pula dengan suami-suami kalian yang kini menjadi prajurit di Kerajaan itu, sedapat mungkin kami tidak melukai mereka!” tutur Rakabima.“Pasukan..! Sebagian kalian coba mendekat ke arah kabut di sana, amati apakah bisa ditembus atau tidak?! Sebagian lagi tetap di sini!” perintah Rakabima pada prajuritnya.Sekitar 200 orang prajurit berkuda bergerak ke arah kabut di ujung Selatan itu, sementara ratusan lainnya tetap berada di kawasan utara desa bersama para perempuan dan anak-anak yang digiring ke sana. Baru tiba separuh perjalanan pasukan berkuda prajurit Kerajaan Mutiara Selatan itu diserang, ratusan prajurit Kerajaan Hantu muncul dari balik
“Ya, saya melihat mereka muncul tiba-tiba dan menghancurkan serangan dari para prajurit dari arah kabut. Terima kasih, saudara-saudaraku.” ucap Arga Sentanu yang telah turun dari kereta kudanya berdiri di hadapan Arya dan ketiga sahabatnya. “Sama-sama yang mulia, yakin sudah jika kami telah menolong pihak yang benar. Karena sikap yang rendah hati yang mulia tunjukan, menandakan jika yang mulia sosok Raja yang baik.” tutur Arya. “Terima kasih saudaraku, kamu terlalu memuji. Oh ya, saya Arga Sentanu Raja Kerajaan Mutiara Selatan dan ini Panglima serta para prajurit istana.” ucap Arga Sentanu sembari memperkenalkan diri. “Nama saya Arya Mandu, dan ini ketiga sahabat saya. Benggala, Yuda Tirta serta Dewa Bola Api. Apa sebenarnya yang telah terjadi yang mulia, hingga para prajurit di sebalik kabut di sana itu menyerang?” tanya Arya sembari memperkenalkan diri pula dan ketiga sahabatnya. “Seorang kepala desa bernama Wirya melapor kepada saya tadi siang di istana, bahwasanya Desa Kabut i
Saat itu pula pandangan mereka tak lagi tertutup dan melihat di sebalik kabut itu ratusan prajurit Kerajaan Hantu, berjejer di depan sebuah bangunan menyerupai istana Kerajaan. Karena tembok gaib mereka berhasil dijebol, para prajurit Kerajaan Hantu itu dikerahkan untuk menyerang Peri Salju dan ketiga sahabat Arya yang berada dibarisan depan sementara Arya masih di udara dengan posisi duduk bersila. Melihat serangan itu Arga Sentanu langsung memerintahkan seluruh prajurit Kerajaan Mutiara Selatan termasuk Panglima membantu Peri Salju dan ketiga sahabat Arya itu dari serangan ratusan prajurit Kerajaan Hantu, maka terjadilah pertempuran yang sangat sengit di kawasan Selatan Negeri Peri itu. Benggala, Yuda Tirta dan Dewa Bola Api bergabung dengan Panglima serta prajurit Kerajaan Mutiara Selatan menghadapi ratusan prajurit Kerajaan Hantu, sementara Arya yang telah turun melesat menghadang Hantu Bermuka Dua karena dia yang menggunakan mahkota dan ditebak sebagai Raja. Sedangkan Peri Salj
“Arga Setanu, Arya. Saya musti kembali ke istana sebentar lagi malam akan tiba, saya mohon diri.” sambung Peri Salju, Arga Sentanu kembali memberi salam hormatnya sementara Arya anggukan kepala sembari tersenyum. Sebelum melesat dengan kuda putih bersayap tunggangannya Peri Salju melambaikan tangan serta sempatkan arahkan tatapan dan senyuman manisnya pada Arya, sang pendekar pun membalas senyuman itu dengan getaran hati yang muncul secara tiba-tiba. “Baiklah, sekarang kita berkumpul di istana Kerajaan! Seluruh warga Desa Kabut yang ditangkap dan sekarang mereka telah sadarkan diri dari pengaruh jahat Kerajaan Hantu, saat ini juga dibebaskan namun kalian tetap harus ikut ke istana!” seru Arga Sentanu. “Baik yang mulia, terima kasih.” ucap para warga desa yang bergabung dengan Kerajaan Hantu itu, sembari sembah sujud akan pengampunan dari Raja mereka yang arif dan bijaksana itu. “Begitu pula untuk saudara Arya dan para sahabat, kami harap sudi sekiranya ikut kami ke istana Kerajaan
Namun hingga kini tidak ada yang berani menentang ke pemimpinan kejam Boma Santa, baik dari pihak dalam istana maupun rakyat dalam wilayah kekuasaannya. Bagi rakyat yang tak mau patuh akan diusir dari pemukiman, hingga beberapa orang dari mereka yang memang tidak sanggup mendapat penyiksaan memilih pergi dari desanya dan memasuki serta menetap di kawasan kekuasaan Kerajaan lain. Nun di sebelah Utara negeri di atas awan itu tepatnya di depan sebuah istana megah, seekor burung rajawali besar turun di halaman istana itu. Di atas rajawali terlihat perempuan cantik berpakaian jingga, ia kemudian turun dari punggung rajawali besar itu lalu rajawali tunggangan perempuan cantik itu pun kembali melayang terbang meninggalkan halaman istana yang ia singgahi. Sosok perempuan cantik berpakaian jingga tidak lain adalah Peri Ratu yang tengah melangkah menuju istana salju di hadapannya, tentu saja kedatangan Peri Ratu hendak menemui pemilik istana itu yaitu Peri Salju. Karena seluruh pengawal istan
“Sudah dua hari kita di istana ini, Arya. Apakah belum ada tanda-tanda kita musti melanjutkan pengembaraan kita ke arah mana lagi?” tanya Benggala yang saat itu tengah duduk santai bersama Arya dan kedua sahabatnya yang lain di sebuah ruangan terbuka yang di depannya terdapat berbagai macam jenis bunga serta kolam pemandian istana. “Saya juga heran kenapa hati saya belum memberikan sesuatu petunjuk untuk kita melangkah selanjutnya? Justru hati saya berkata, kalau kita musti menunggu sesuatu di istana ini.” tutur Arya. “Menunggu sesuatu? Apa itu Arya? Apakah masih ada permasalahan yang musti diselesai di kawasan Selatan Negeri Peri ini?” kali ini Yuda Tirta yang bertanya. “Entahlah, saya juga bingung kenapa hati saya tetap bersikeras meminta kita berada di istana ini. Padahal saya rasa permasalahan terbesar telah kita hadapi dan selesaikan dengan menumpas Kerajaan Hantu di ujung Selatan Desa Kabut, apakah mungkin Baginda Arga Sentanu masih ada yang ingin kita bantu urusannya? Saya
“Ya, karena perintah yang datang dari Peri Ratu hanya untuk membawamu saja.” jawab Peri Salju. “Apakah Benggala dan Yuda Tirta bisa dibawa serta? Karena mereka sudah lama ingin kembali ke negeri asalnya itu.” tanya Arya kembali. “Di samping saya hanya di perintahkan menjemputmu saja, kuda tunggangan saya juga tidak memungkinkan untuk membawa kedua sahabatmu itu ikut serta.” ujar Peri Salju. “Jika begitu maafkan saya Peri Salju, saya pun tidak dapat ikut bersamamu jika kedua sahabat saya yang ingin kembali ke negeri asalnya ini tidak dapat dibawa serta.” tutur Arya. “Hemmm, dia bukan saja ksatria yang tangguh tapi juga memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Aku semakin kagum padamu, Arya.” gumam Peri Salju dalam hati. “Baiklah, saya akan berusaha membawa kedua sahabatmu ini ikut serta ke negeri di atas awan. Namun sebelumnya saya terlebih dahulu akan kembali meminta bantuan pada Peri Ratu, karena tunggangan saya hanya bisa membawa satu orang saja berserta saya. Sementara denga
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa