“Saya mengerti Arya, moga nanti kamu juga menemukan cara untuk kembali ke negeri asalmu setelah menyelesaikan tugas di negeri di atas awan itu. Dengan semua pengalaman yang saya dapatkan selama mengikutimu mengembara, saya akan jadikan pedoman untuk menjaga dan selalu menegakan kebenaran di negeri ini.” ujar Dewa Bola Api dengan penuh semangat. “Nah, itu yang aku mau darimu. Jadilah sosok ksatria, pembela negeri di mana pun kamu berada di kawasan Negeri Peri ini.” tutur Arya menambah semangat pada diri Dewa Bola Api. “Saudara Dewa Bola Api, jika saudara berkenan saudara bisa tinggal di istana ini dan akan saya angkat menjadi Panglima tertinggi didampingi Rakabima selaku Panglima Kerajaan.” tawar Arga Sentanu. “Terima kasih yang mulia atas tawaran kedudukan tinggi itu, akan tetapi seperti yang telah saya tekadkan di diri tadi saya akan menjadi pengembara di negeri ini seperti yang kerap saya lakukan bersama Arya dan kedua sahabat lainnya. Yang mulia juga tak perlu kuatir, jika saya
“Oh, tidak jauh lagi. Tidak beberapa lama lagi, kita akan tiba di istana salju.” jawab Peri Salju. “Istana Salju?” Arya nampak bengong. “Ya istana itu adalah kediaman saya dengan sejumlah abdi, pengawal serta prajurit yang juga berasal dari para Peri dan istana salju itu berada di kawasan ujung Utara negeri di atas awan.” tutur Peri Salju menjelaskan. “Oh begitu?” ujar Arya yang masih memeluk erat pinggang Peri cantik itu. Sementara tak jauh di sebelah mereka, Peri Ratu yang berada di atas punggung rajawali raksasa merasa iri melihat Peri Salju dipeluk begitu erat dan hangatnya oleh sang pendekar. Begitu pula Benggala dan Yuda Tirta, mereka berdua tersenyum-tersenyum sendiri. “Pemuda dari negeri 1.500 tahun itu, memiliki tubuh yang nyaris sempurna. Di samping memiliki ilmu kanuragan yang mempuni, dia juga sangat tampan. Para perempuan di negeri di atas awan, pastinya nanti akan terpesona bila melihatnya. Tidak biasanya Peri Salju sebahagia ini, kalau pun dulu banyak sekali para pa
“Saya adalah putra sulung dari Prabu Sapta Wiruga Raja Kerajaan Permata Timur. Saat Ayahanda memutuskan akan mewariskan tahta Kerajaan itu kepada saya, saudara tiriku yang bernama Boma tidak terima. Dia bekerja sama dengan seorang perempuan penyihir, lalu di minuman saya ia masukan semacam ramuan dan dengan ramuan itu perempuan tua itu dapat menyihir saya berubah menjadi sosok Harimau Putih seperti ini. Saya diburu oleh seluruh prajurit istana, karena dikira harimau yang akan memangsa dan membuat gaduh di istana. Saya berlari lalu terperosot ke dalam sebuah lubang besar dan tak ku sadari lubang itulah yang membuat tubuhku terdampar di Negeri Peri.” tutur Benggala panjang lebar. “Kamu tidak usah berkecil hati dan sedih, saya telah dapat menyimpulkan bahwasanya wujudmu akan dapat kembali ke wujud semula jika perempuan penyihir itu memberikan penangkal ramuan yang telah kau minum itu.” tutur Peri Ratu. “Dan kau tidak perlu cemas sahabatku, saya akan membantumu untuk merebut kembali tah
“Iya Arya, saya senang dapat membantu membawa kalian ke negeri di atas awan ini. Oh ya, saya punya beberapa buah kereta kuda yang dapat kalian pakai untuk perjalanan ke arah Timur sana.” ujar Peri Salju sembari menawarkan sebuah kereta kuda kepada mereka... “Oh tidak usah yang mulia Peri Salju, jika yang mulia memiliki seekor kuda sebaiknya itu saja untuk digunakan Yuda Tirta sebagai tunggangan. Sementara Arya, biar saya yang akan membawanya dengan naik di punggung saya.” tutur Benggala. “Baiklah, itu kudanya. Kamu bisa mempergunakan itu sebagai tungganganmu, Yuda.” ujar Peri Salju sembari menunjuk ke arah seorang prajurit istana salju yang membawa seekor kuda menghampiri mereka. “Terima kasih yang mulia.” ucap Yuda Tirta. “Saya, pamit Peri Salju. Moga suatu waktu kita bertemu kembali.” tutur Arya setengah berbisik sembari menggenggam jemari lentik Peri cantik itu, kemudian melepasnya saat Benggala memintanya untuk naik ke atas punggung Harimau Putih itu. Peri Salju tentunya gemb
“Saya merasa terpanggil untuk menyelesaikan semua permasalahan ini, apakah kalian mengizinkan kami untuk berada di Desa Embun ini hingga masalah ini selesai? Kami dengan senang hati akan membantu Desa Embun ini, menuntaskan dan mengungkap para pelaku dari komplotan perampok itu.” tutur Arya, sembari menanyakan kesediaan para warga Desa Embun itu menerima tawaran baik sang pendekar. “Apakah nanti tidak merepotkan saudara Arya? Dan apakah nanti saudara tidak kuatir jika permasalahan itu justru menimbulkan hal yang membahayakan diri, seperti halnya ditangkap dengan fitnahan dari para prajurit istana?” Galang balik bertanya dan merasa kuatir akan diri Arya dan sahabatnya jika melibatkan diri atas permasalahan yang tengah dihadapi Desa Embun itu. “Kalian tidak perlu kuatir, saya telah terbiasa menghadapi permasalahan seperti ini. Dan ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi, nanti komplotan perampok itu akan leluasa setiap waktu membuat onar di desa ini. Apapun resikonya nanti, bi
“Breeeeeeeet..! Blaaaaaaaaam..! Bruuuuuuuuk..!” beberapa orang di antara mereka terluka goresan cakar Benggala, dan terkena ledakan dari panah api Yuda Tirta. Sementara Arya kembali melepaskan tendangan cepat dengan melambungkan tubuhnya ke udara, hingga sisa dari rombongan berkuda itu kembali terpental dan jatuh tersungkur mencium tanah. Mendapatkan hal itu seluruh rombongan berkuda itu lekas-lekas berdiri kemudian melompat ke punggung kuda masing-masing bersiap melarikan diri dari halaman kedai, Arya yang menyadari hal itu kembali melesat ke udara. “Taaaaaaaaaaap..!” salah seorang dari mereka berhasil ia tangkat dari ditarik jatuh dari kudanya, sementara yang lain dibiarkan kabur begitu saja. “Breeeeeeeeeet..! Ampun Tuan! Jangan bunuh saya!” seru salah seorang dari rombongan berkuda yang tertangkap itu, setelah Arya menyetak paksa topeng yang ia kenakan. Beberapa para warga desa yang menonton perkelahian di pinggir halaman terkejut melihat wajah pria yang ditangkap Arya itu, d
“Apa kamu yakin Arya, para prajurit Kerajaan Bangkala akan datang ke desa ini lagi mencari keberadaan Kandika dan membebaskannya?” tanya Benggala setengah berbisik karena posisi mereka berjarak 8 tombak dari rumah Kandika yang disekap itu. “Saya yakin sekali, karena Panglima tentu tidak ingin perbuatan buruknya selama ini terbongkar. Kita tunggu saja di sini, begitu para prajurit itu menemukan rumah tempat Kandika di sekap kita baru bertindak.” tutur Arya pada kedua sahabatnya itu. Dalam aksinya para prajurit suruhan Panglima Kerajaan Bangkala untuk membebaskan Kandika yang ditawan di Desa Embun menyebar dan di bagi beberapa kelompok, hal itu dimaksudkan untuk memudahkan mereka menemui tempat Kandika disekap. Setelah mengetahui rumah di mana Kandika disekap, kelompok prajurit melaporkan pada kelompok lainnya dan mereka pun berkumpul bersiap melakukan pembebasan Kandika dengan melumpuhkan para penjaga yang berada di depan rumah penyekapan itu. Para penjaga itu tidak lain beberapa or
“Seperti yang telah kita rencanakan sejak kita berhasil menangkap salah seorang dari rombongan perampok yang ternyata prajurit Kerajaan Bangkala, sekarang juga kita berangkat ke istana Kerajaan menemui sekaligus melaporkan pada Prabu Bangkala tentang kejadian yang kerap melanda desa ini.” tutur Arya, para warga desa serta Galang mendengarkan langkah yang akan diambil oleh sang pendekar. “Dengan bukti yang ada bersama kita ini yaitu Kandika, Panglima Kerajaan yang menjadi otak kerusuhan selama ini tidak dapat lagi mengelak. Dia lah yang musti bertanggung jawab atas keresahan warga Desa Embun selama ini, serta desa-desa lain yang juga menjadi korban perampokan.” sambung Arya. “Baik Arya, kami seluruh warga Desa Embun siap ke istana Kerajaan Bangkala saat ini juga.” ujar Galang penuh semangat disertai anggukan seluruh warga desa yang akan ikut ke istana Kerajaan Bangkala. “Ayo, kita berangkat sekarang!” seru Arya. Para warga desa yang di pimpin Galang segera bergerak meninggalkan ked
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa