Hhhh . . . hhh . . .hhh
Bai Lu terlihat berlari begitu cepat ketika ia berusaha untuk menghindari dari serangan para gumiho, yang sejak tadi tak pernah lelah untuk mengejarnya. Napasnya yang tersendat-sendat, membuatnya beberapa kali mulai terlihat kehilangan arah, dan hampir terjatuh beberapa kali, saat para gumiho itu berusaha untuk menangkapnya."Aishhhh, kenapa mereka masih saja terus mengejarku!!" Bai Lu terus saja berlari dan berusaha untuk menghindari kejaran dari para gumiho itu, di mana para gumiho atau siluman rubah berekor sembilan itu, secara terus-menerus mengejarnya tanpa lelah.Sambil melirik ke arah belakang beberapa kali, Bai Lu semakin mempercepat langkah kakinya."Tinggalkan aku sendirian!!" teriaknya begitu keras hingga membuatnya tanpa sengaja tersandung sebuah batu besar yang berada di depannya, dan terjatuh tepat di atas tanah yang penuh dengan genangan air.Brukkk . . . Bai Lu terjatuh menelungkup di atas tanah berair itu. Seluruh tubuhnya basah kuyup, wajahnya pun berlumuran lumpur, hingga membuatnya tak sengaja memakan tanah hitam yang penuh dengan kotoran itu."Serahkan batu merah suci itu kepadaku, atau kau akan mati sekarang juga!" Siluman rubah itu mendekati Bai Lu dan terus menyakitinya dengan sisik rubah miliknya yang sengaja ia lemparkan ke arahnya, hingga membuat kulit tubuh Bai Lu yang terkena sisik rubah itu berdarah."Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan?" Bai lu berusaha melepaskan diri dari jeratan para gumiho itu, seraya merangkak mundur dengan kedua bola mata yang masih menatap ke arah gumiho-gumiho yang mencoba menyakitinya."Kau gadis bodoh!!"Siluman rubah itu langsung terbang melayang ke arahnya dan mencoba untuk mencekik lehernya, hingga membuat ia sulit untuk bernapas. Dengan kedua bola matanya yang mulai memerah dan hampir kehilangan napasnya, gumiho itu mengangkat tubuh mungil Bai Lu begitu tinggi, dan mendorongnya dengan begitu cepat ke arah air terjun suci."Serahkan batu merah suci itu sekarang juga, atau aku lempar kau ke dalam air terjun suci ini!""A . . .ak . .. akk . . . aku tidak mengerti maksud perkataanmu." Bai Lu menjawab dengan tenggorokannya yang mulai tercekik perih."Kau sama sekali tidak berguna, lebih baik aku bunuh saja kau!"Siluman rubah itu langsung menghempaskan tubuh Bai Lu ke bawah, hingga membuatnya terjatuh ke dalam air terjun suci itu, kemudian tenggelam."Tidakkkkkk!!" teriak Bai Lu begitu keras sambil memegang lehernya yang terasa panas dan juga perih.Mendengar teriakan anaknya di dalam kamar, tampak wanita separuh baya yang sedang berada di dapur, langsung masuk ke dalam sebuah kamar yang dipenuhi dengan big poster boy band terkenal di Korea Selatan pada zamannya."Lulu, kau kenapa, Nak? Lu, kau baik-baik saja?""Ibu? Aku masih hidup, kan?" seru Bai Lu yang langsung memeluk ibunya begitu ia melihat sang ibu datang, saat ia terbangun dari tidurnya, dengan keadaan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya."Kamu pasti mimpi buruk, yah? Apa karena semalam kau menonton film gumiho, maka dari itu kamu bermimpi buruk sampai berkeringat dingin seperti ini?" tanya sang ibu sambil menatap wajah anaknya, kemudian memegang kedua pipi Bai Lu dengan lembut."Mungkin seperti itu, Bu." Bai Lu menghela napas pendek.Choi Bai Lu. Gadis berusia 23 tahun itu langsung menyeka keringatnya dengan tangan kanannya, ketika ia terbangun dari mimpi buruknya itu. Choi Bai Lu adalah gadis keturunan Korea - Taiwan yang sudah hampir 13 tahun terakhir ini tinggal bersama ibunya di Korea Selatan.Semenjak ayahnya meninggal 13 tahun yang lalu, Bai Lu beserta ibunya langsung meninggalkan negara yang menjadi kampung halaman ayahnya itu, kemudian tinggal bersama ibunya di negara asalnya.Bai Lu adalah sosok gadis yang lemah dan penyendiri. Ia tidak pernah banyak berbicara karena sedikit pendiam. Namun, di balik karakternya yang pendiam, ia sangat suka menonton serial-serial kolosal, dan juga horor seperti cerita gumiho yang melegenda di Korea, meski sebenarnya dia adalah gadis yang sangat penakut."Cepat bangun, apa kau tidak akan pergi bekerja?" tanya sang ibu sambil berdiri dan membuka gorden kamar anaknya yang berwarna biru menyala."Iya, aku mau mandi dulu, Bu."Bai Lu langsung mengambil handuk bermotif polkadot miliknya yang berada di atas kursi dekat meja belajarnya, kemudian ia langsung begegas pergi menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamar tidur. Saat sedang mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya di atas shower, tiba-tiba saja ada sebuah tatto yang muncul di dekat punggungnya.Tatto itu berwarna biru tua dan seperti bertuliskan huruf tagalog yang terlihat samar-samar untuk di baca. Sebelumnya, Bai Lu sama sekali tak bertatto. Tapi, semenjak bermimpi dikejar-kejar oleh gumiho tadi malam, tatto itu tiba-tiba saja ada di punggungnya yang berada didekat bahu kiri."Apa ini? Kenapa tiba-tiba saja ada tatto seperti ini didekat punggungku?" gumamnya pelan sambil memegang sebuah tatto yang berada di bahu kirinya.Setelah selesai mandi dan sarapan bersama ibunya, Bai Lu langsung bergegas pergi untuk bekerja. Sambil mengendarai motornya, ia masih terlihat bingung dan ketakutan akibat mimpi buruknya itu."Mimpi itu benar-benar seperti kenyataan. Kenapa aku tiba-tiba bisa bermimpi dikejar-kejar gumiho? Padahal, biasanya tidak pernah aku bermimpi seperti itu, bahkan aku hampir saja terbunuh di dalam mimpiku itu. Ini sangat aneh sekali."Banyak sekali pertanyaan didalam pikirannya itu. Namun, ia harus tetap fokus mengendarai motornya, karena kalau saja ia sampai tak fokus mengendarai motornya, ia bisa terjatuh dari motor dan mengalami kecelakaan fatal.Saat di perjalanan menuju tempat kerja, Bai Lu tidak sengaja melihat seorang perempuan berdiri di dekat sebuah jembatan, seperti hendak melakukan percobaan bunuh diri."Apa yang sedang dilakukan perempuan itu?" gumam Bai Lu pelan sambil melirik ke arah seorang perempuan yang terlihat putus asa itu, berdiri di dekat jembatan.Karena itu sangat menganggu pikirannya dan pandangan matanya, Bai Lu langsung memberhentikan motornya di tepi jalan, kemudian berlari dan mencoba untuk menghentikan perempuan yang hendak melakukan percobaan bunuh diri itu."Hey, apa yang kau lakukan? Jangan coba-coba untuk melompat ke bawah!!" teriak Bai Lu berusaha untuk menghentikan perempuan cantik itu untuk bunuh diri.Perempuan itu sempat menoleh ke arahnya. Ia tersenyum tipis dan bersiap-siap untuk melompat. Melihat hal tersebut, Bai Lu langsung berlari begitu kencang, dan berusaha untuk menangkap perempuan itu, agar ia tidak melompat dan terjatuh ke dasar sungai yang berada tepat di bawah jembatan tersebut.Namun nahas, Bai Lu yang berniat mencoba untuk menghentikan aksi bunuh diri itu, malah ikut terjerembab dan terjatuh ke sungai bersama perempuan itu."Tidakkkkk!!" teriaknya kemudian tenggelam bersama perempuan itu di sungai Han."Tidakkkkk!!!" teriak Bai Lu yang langsung terbangun dan terbatuk secara mendadak."Yuram~ah, kau baik-baik saja?" tanya seorang pria yang duduk di sampingnya, dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu khawatir.Bai Lu tampak sangat terkejut. Saat terbangun, ia mendapati seorang pria berambut putih yang begitu panjang, duduk di sampingnya seraya menatapnya dengan tatapan mata yang terlihat khawatir juga sedih."Siapa kau? Dan, di mana aku sekarang?" Bai Lu kembali berteriak sambil mengedarkan pandangan matanya."Yuram~ah, kau tidak sadarkan diri selama 3 hari. Aku begitu terkejut ketika kau tenggelam di Lembah Air terjun suci, saat menghadapi Dalgyal Gwishin. Ku kira, kau tak akan kalah begitu saja olehnya. Ternyata, kau malah tumbang selama 3 hari," katanya menjawab."Dalgyal Gwishin? Yuram? Siapa pula mereka?" Bai Lu mengulang apa yang dikatakan si pria berambut putih panjang itu dengan bingung."Yuram~ah? Apa kau hilang ingatan?" Pria berambut putih itu kembali bertanya dengan sua
Bai Lu keluar dari goa dan mengikuti ke mana Lee Gon juga Ling Fei pergi dari arah belakang."Apa ini di Dinasti Joseon?" tanya Bai Lu kepada Lee Gon dan juga Ling Fei."Menurutmu?" Lee Gon kembali menakut-nakuti Bai Lu dan menodongnya kembali dengan menggunakan pedang Abadi miliknya.Pedang Abadi milik Lee Gon adalah sebuah senjata legendaris. Pedang ini memiliki kekuatan yang luar biasa dan dianggap sebagai simbol kekuasaan dan keadilan. Pedang Abadi memiliki bilah yang terbuat dari logam yang sangat kuat dan tajam. Bilahnya dilapisi dengan warna biru yang indah, memberikan kesan yang misterius dan magis. Pegangan pedang juga ini terbuat dari bahan yang kuat dan nyaman digenggam.Lee Gon memang memiliki hak istimewa untuk menggunakan Pedang Abadi ini. Pedang ini memberinya kekuatan untuk melawan kejahatan dan menjaga keamanan dunia. Ia menggunakan pedang ini dengan keahlian dan keberanian untuk melawan musuh-musuhnya, dan melindungi orang-orang yang dicintainya.Pedang Abadi milik L
“Ling Fei, awas!” teriak Lee Gon yang langsung menghunuskan pedang Abadi miliknya ke arah wajah para Cheonyeo Gwisin dengan sekali tebasan, “sial, kenapa mereka tak ada habisnya?”“Mereka semakin banyak, Lee Gon.” Ling Fei terlihat begitu sibuk melindungi dirinya dari para Cheonyeo Gwisin yang semakin banyakberdatangan, serta mencoba untuk menyerangnya dengan lilitan rambut mereka yang tajam, dan cakaran kuku mereka yang seperti api.“Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Ling~ah. Bagaimana caranya agar kita bisa memusnahkan para Cheonyeo Gwisin itu?” Lee Gon juga terlihat sibuk dan begitu kewalahan saat ia berusaha menghunuskan pedang Abadinya ke arah wajah para hantu perawan itu.“Ada satu cara Gon~ah!” seru Ling Fei dengan wajah yang terlihat serius, namun ia seperti sedang memikirkan sesuatu hal.“Apa itu?”Ling Fei menatap wajah Bai Lu yang berada di udara dengan sorotan matanya yang menyipit, hingga membuat Lee Gon juga mengikuti arah ke mana mata Ling Fei memandang.“Apa
“Choi Bai Lu ?” Ling Fei begitu terkejut saat Bai Lu memberi tahukan nama aslinya.Ling Fei dan juga Lee Gon saling beradu pandang. Mereka tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan kembali mendengar nama Bai Lu, setelah hampir 200 tahun lamanya tak mendengar nama itu lagi.“Kenapa? Ada yang salah dengan namaku?” Bai Lu menatap Ling Fei dan Lee Gon silih berganti.“Tunggu, bisa kau ceritakan kepada kami, kenapa kau bisa terjebak di dalam tubuh Yuram?” Ling Fei terlihat sangatlah penasaran, karena menurutnya ini sangatlah aneh.Bai Lu pun mulai menceritakan kisahnya kepada Ling Fei dan juga Lee Gon. Mulai dari siapa dia sebenarnya, menceritakan soal pertama kali ia bermimpi tentang gumiho, air terjun suci, soal tatto huruf tagalog yang berwarna biru tua, hingga ia terjebak di Dinasti Joseon.“Tatto? Boleh aku melihat tattomu itu?” tanya Ling Fei terlihat penasaran.“Tentu, dengan senang hati.”Bai Lu langsung memperlihatkan sebuah tatto berwarna biru tua yang berada di bahu kirinya
"Fei~ah, apa menurutmu kita bisa mempercayai Yuram palsu itu?"Lee Gon menghampiri Ling Fei yang sedang memandangi Lembah Air terjun suci, dengan mata tajamnya dan dengan kedua tangannya yang melingkar ke belakang tubuhnya."Bagaimana pun dia itu tetap Yuram Gon~ah. Saudara kita dan merupakan reinkarnasi Yuram di masa depan. Aku tak mengerti apa maksud kedatangannya ke dunia kita dan menghilangkan jiwa Yuram di masa kini. Tapi, ku pikir ada sesuatu hal yang ingin ditunjukan semesta kepada kita. Apalagi, ini ada keterkaitannya dengan Haneunim Uju."Ling Fei memang merasa ada sesuatu hal yang aneh dengan kedatangan Yuram dari masa depan ke masa kini. Menurutnya, ini memang ada keterkaitannya dengan tatto yang dimilikinya. Apalagi, sebelum jiwa Yuram menghilang, mereka mempunyai misi khusus untuk mendapatkan kembali batu merah suci yang hilang 1000 tahun lalu, yang tengah menjadi perburuan para gumiho."Seperti yang di katakan Yuram sebelum kejadian dia sempat tak sadarkan diri selama 3
Setelah memutuskan untuk menjadi Han Yuram di jaman Dinasti Joseon, Ling Fei dan Lee Gon selaku saudara Han Yuram yang merupakan Jeonsa Goljjagi, mengajak Bai Lu mengelilingi Lembah Air terjun suci untuk mengenal daerah kekuasaan mereka lebih dalam.Karena jiwa Han Yuram menghilang begitu kedatangan Bai lu yang secara tiba-tiba ke Dinasti Joseon, Ling Fei dan juga Lee Gon mulai memperkenalkan secara mendalam tentang pribadi Han Yuram itu seperti apa dan bagaimana ia hidup di masa ini.“Siapa dia?” tanya Bai Lu begitu melihat sosok pria tinggi besar yang memakai hanbok, dengan perpaduan warna hitam dan juga warna silver, terlihat sedang duduk di atas sebuah batu besar dengan menyilangkan kedua kakinya, seraya memejamkan matanya seperti sedang melakukan meditasi.“Yeonseok.” Ling Fei menjawab dan mengajak Bai Lu untuk mendekati sosok pria bernama Yeonseok itu lebih dekat, “Yeonseok, kami datang.”Pria bernama Yeonseok itu langsung membuka matanya. Begitu matanya terbuka, Bai Lu begitu t
"Yuram~ah, awas!!" teriak Ling Fei begitu melihatAeshin mencoba untuk menyerang Bai Lu dengan berlari begitu cepat ke arahnya.Melihat Aeshin yang hampir saja menyerangnya, tiba-tiba saja suara dengungan terdengar begitu keras dan begitu nyaringnya hingga membuat Ling Fei, Lee Gon, dan juga Aeshin menutup telinga mereka, karena tak tahan mendengar suaranya yang begitu menyakitkan itu.Suara mendengung itu cukup keras hingga membuat Aeshin langsung pergi dan menghilang begitu saja karena tak kuat mendengarnya."Suara apa itu?"Lee Gon mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru hutan yang terlihat sangat gelap itu."Si . . . siapa anak kecil itu?"Choi Bai Lu menunjuk ke arah seorang anak kecil bertelinga serigala yang muncul dari balik semak-semak, sedang berjalan melangkahkan kakinya dan datang menghampirinya."Yeongwan? Kenapa kau ada di sini?"Ling Fei langsung menghampiri anak kecil bertelinga serigala itu kemudian merundukkan tubuhnya, untuk lebih sejajar dengan tubuh Yeong
“Aku Asahi, penunggu pohon keramat di hutan Yeongdam,” katanya menjawab dengan suara yang terdengar lantang dan bulat.Perempuan berkepang dua itu berjalan menghampiri Bai Lu. Ia menatapnya dengan kedua bola matanya yang merah, dan membulat sempurna dengan begitu tajam dan juga tegas.“Kau Han Yuram bukan? Seorang Jeonsa goljjagi penguasa gunung Halla yang terkenal karena aroma bunga Lilynya.”Bai Lu berjalan mundur satu langkah dari hadapan Asahi. Bagaimana mungkin ia tahu tentang dirinya? Apakah Han Yuram seterkenal itu? Sampai semua orang mengenal tentang dirinya?“Dari mana kau tahu tentang diriku?” tanya Bai Lu begitu polos.Asahi tertawa lebar begitu keras hingga ia menitikkan air matanya, karena saking lucunya pernyataan Bai Lu barusan, serta membuat Lee Gon dan juga Ling Fei saling beradu pandang dengan bingung.“Dari mana kau bilang? Kau sangat polos sekali, Han Yuram. Semua mahluk di dunia ini tahu tentang dirimu. Seekor semut saja tahu apapun yang berkaitan dengan dirimu. B
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj