"Fei~ah, apa menurutmu kita bisa mempercayai Yuram palsu itu?"
Lee Gon menghampiri Ling Fei yang sedang memandangi Lembah Air terjun suci, dengan mata tajamnya dan dengan kedua tangannya yang melingkar ke belakang tubuhnya."Bagaimana pun dia itu tetap Yuram Gon~ah. Saudara kita dan merupakan reinkarnasi Yuram di masa depan. Aku tak mengerti apa maksud kedatangannya ke dunia kita dan menghilangkan jiwa Yuram di masa kini. Tapi, ku pikir ada sesuatu hal yang ingin ditunjukan semesta kepada kita. Apalagi, ini ada keterkaitannya dengan Haneunim Uju."Ling Fei memang merasa ada sesuatu hal yang aneh dengan kedatangan Yuram dari masa depan ke masa kini. Menurutnya, ini memang ada keterkaitannya dengan tatto yang dimilikinya. Apalagi, sebelum jiwa Yuram menghilang, mereka mempunyai misi khusus untuk mendapatkan kembali batu merah suci yang hilang 1000 tahun lalu, yang tengah menjadi perburuan para gumiho."Seperti yang di katakan Yuram sebelum kejadian dia sempat tak sadarkan diri selama 3 hari. Kitab Han Ling Gon memang ada yang hilang beberapa lembar. Dan, menurutnya itu adalah hal yang penting. Kita harus tetap mencari lembaran yang hilang itu, Fei~ah."Kali ini Lee Gon terlihat bersemangat sekali untuk mencari lembaran kitab Han Ling Gon yang hilang. Berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ia selalu tampak malas dan begitu tak bersemangat untuk mencari lembaran kitab Han Ling Gon yang hilang."Sttt!!" Ling Fei menaruh telunjuknya di dekat mulutnya, pertanda Lee Gon untuk diam tak bersuara."Ada apa, Ling Fei?" Lee Gon setengah berbisik dan mengikuti ke mana arah mata Ling Fei menatap."Halmae Gwishin di sini," katanya yang kali ini bersiap-siap untuk mengeluarkan pedang Cahaya miliknya."Hebat, ternyata kau bisa juga mengetahui keberadaanku dengan cepat."Halmae Gwishin atau bisa dibilang sebagai hantu nenek tua adalah salah satu roh yang senang mendekati para manusia atau sesama hantu lainnya, dengan berkata bahwa dia bisa meramal masa depan dengan cara menjilati tangan mereka dengan lidahnya. Roh hantu nenek tua itu tiba-tiba saja datang menghampiri Lee Gon dan juga Ling Fei, dengan diikuti kabut putih yang menyelimutinya."Untuk apa kau ke sini?" Ling Fei menatap hantu nenek tua itu dengan mata elangnya yang tajam."Serahkan Yeongwan padaku sekarang juga!" Hantu nenek tua itu menatap Ling Fei penuh dendam, dengan amarah yang begitu membara."Tidak akan pernah!" Ling Fei memantapkan keputusannya hingga membuat Halmae Gwishin itu semakin tersulut api emosi."Perempuan jahanam!!"Halmae Gwishin yang terbakar api amarah langsung menyerang Ling Fei dengan berlari cepat bagaikan seekor harimau. Ia berusaha untuk menyakar kepala Ling Fei, namun usahanya gagal karena Ling Fei berhasil menjauh dari serangannya dengan cepat.Kegagalannya itu membuat Halmae Gwishin tersebut memanjat pohon dengan begitu cepat, kemudian melompat ke arah kepala Ling Fei, serta berusaha untuk mencekiknya. Melihat hal tersebut, Lee Gon langsung berlari ke arah hantu nenek tua itu dengan menarik kerah pakaiannya, kemudian melemparnya begitu jauh."Fei~ah, kau tak apa-apa?" tanya Lee Gon tampak cemas."Dia mau mencekik leherku." Ling Fei memegang lehernya, dengan beberapa kali terbatuk akibat cekikan maut hantu nenek tua itu."Serahkan Yeongwan padaku sekarang juga!!" teriak hantu nenek tua itu yang mulai menyerang kembali Lee Gon dan juga Ling Fei.Begitu hendak menerkam Lee Gon dan juga Ling Fei, tiba-tiba saja sekelebat cahaya rembulan bulan sabit menerangi mereka semua, hingga sangat menyilaukan mata siapapun yang melihatnya."Apa itu?" teriak Lee Gon dengan mata yang menyipit karena cahayanya benar-benar begitu terang dan menyilaukan matanya."Han Yuram?" seru Ling Fei begitu mendapati sosok Han Yuram yang terbang di atas langit san,a seraya memegang pedang Hayeongsan miliknya."Dia kembali?" Lee Gon tampak tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.Han Yuram langsung terbang ke arah Halmae Gwishin dan menghunuskan pedang Hayeongsan miliknya ke arah hati Halmae Gwishin, hingga membuat Halmae Gwishin itu berubah menjadi serpihan abu, hanya dalam hitungan beberapa detik."Kau kembali, Yuram~ah?" tanya Lee Gon begitu melihat Han Yuram berhasil mengalahkan Halmae Gwishin hanya dengan sekali serangannya."Aku tidak tahu dan tidak mengerti. Tiba-tiba saja energi yang aku rasakan dalam tubuhku sangat kuat, begitu aku selesai membaca kitab Han Ling Gon yang kalian berikan padaku. Rasanya, tubuhku seperti terbakar api. Dan, tiba-tiba saja aku merasakan kekuatanku bertambah banyak dan radarku mengatakan bahwa kalian dalam bahaya," katanya menjelaskan dan merasakan hal yang aneh telah terjadi kepadanya."Apa kau masih tetap Choi Bai Lu dan bukan Han Yuram?" tanya Lee Gon kembali begitu mendengar jawaban Yuram barusan.Bai Lu menganggukkan kepalanya. Begitu selesai membunuh Halmae Gwishin, pedang Hayeongsan milik Han Yuram pun hilang, dan raib begitu saja dari tangannya."Bagaimana bisa kau tetap Choi Bai Lu, sementara kau bisa memegang pedang Hayeongsan dan memanggil pedangnya. Ini sangat aneh sekali!" Lee Gon mengernyitkan keningnya bingung."Apa keputusanmu, Bai Lu? Apa kau akan menerima takdirmu sebagai Han Yuram di sini dan kembali menjalankan kewajiban kita untuk mencari batu merah suci itu? Atau sebaliknya?" tanya Ling Fei yang kali ini menatap wajah Bai Lu begitu dekat, dan mengabaikan pertanyaan Lee Gon."Aku tidak tahu. Tapi, aku akan menerima takdirku, dan mulai hari ini aku akan hidup sebagai Han Yuram. Aku juga akan mencari tahu alasan kenapa aku bisa melintasi waktu, dan kembali ke Dinasti Joseon di masa lalu. Aku juga akan mencari tahu lebih dalam tentang diriku yang sebenarnya."Bai Lu telah memantapkan keputusannya. Dan, kali ini ia terlihat bersungguh-sungguh dengan keputusan yang ia pilih. Karena dengan begitu, mulai ke depannya ia akan menjadi sosok Han Yuram, meski dengan jiwa Choi Bai Lu di tahun 2024.Karena untuk kembali menjadi Choi Bai Lu di tahun 2024 tidak akan bisa ia jalani. Karena ia juga tidak bisa kembali ke masanya. Dan, mungkin saja ia belum bisa kembali, sebab ia harus menjalankan tugasnya di masa lalu yang tertunda."Bagus. Mulai hari ini, kau akan menjadi Han Yuram. Dan, kau akan menjalankan misi berbaya bersama kami berdua, untuk mencari batu merah suci dan memusnahkan para gumiho yang berusaha mengambil apa yang tidak seharusnya menjadi milik mereka."Ling Fei dan Bai Lu saling beradu pandang. Sementara Lee Gon tersenyum puas dengan keputusan yang diambil Bai Lu kali ini. Dari arah yang begitu jauh, tampak sesosok Gumiho berenergi kuat menatap ke arah Ling Fei, Bai Lu dan Lee Gon dengan mata iblisnya.Setelah memutuskan untuk menjadi Han Yuram di jaman Dinasti Joseon, Ling Fei dan Lee Gon selaku saudara Han Yuram yang merupakan Jeonsa Goljjagi, mengajak Bai Lu mengelilingi Lembah Air terjun suci untuk mengenal daerah kekuasaan mereka lebih dalam.Karena jiwa Han Yuram menghilang begitu kedatangan Bai lu yang secara tiba-tiba ke Dinasti Joseon, Ling Fei dan juga Lee Gon mulai memperkenalkan secara mendalam tentang pribadi Han Yuram itu seperti apa dan bagaimana ia hidup di masa ini.“Siapa dia?” tanya Bai Lu begitu melihat sosok pria tinggi besar yang memakai hanbok, dengan perpaduan warna hitam dan juga warna silver, terlihat sedang duduk di atas sebuah batu besar dengan menyilangkan kedua kakinya, seraya memejamkan matanya seperti sedang melakukan meditasi.“Yeonseok.” Ling Fei menjawab dan mengajak Bai Lu untuk mendekati sosok pria bernama Yeonseok itu lebih dekat, “Yeonseok, kami datang.”Pria bernama Yeonseok itu langsung membuka matanya. Begitu matanya terbuka, Bai Lu begitu t
"Yuram~ah, awas!!" teriak Ling Fei begitu melihatAeshin mencoba untuk menyerang Bai Lu dengan berlari begitu cepat ke arahnya.Melihat Aeshin yang hampir saja menyerangnya, tiba-tiba saja suara dengungan terdengar begitu keras dan begitu nyaringnya hingga membuat Ling Fei, Lee Gon, dan juga Aeshin menutup telinga mereka, karena tak tahan mendengar suaranya yang begitu menyakitkan itu.Suara mendengung itu cukup keras hingga membuat Aeshin langsung pergi dan menghilang begitu saja karena tak kuat mendengarnya."Suara apa itu?"Lee Gon mengedarkan pandangan matanya ke seluruh penjuru hutan yang terlihat sangat gelap itu."Si . . . siapa anak kecil itu?"Choi Bai Lu menunjuk ke arah seorang anak kecil bertelinga serigala yang muncul dari balik semak-semak, sedang berjalan melangkahkan kakinya dan datang menghampirinya."Yeongwan? Kenapa kau ada di sini?"Ling Fei langsung menghampiri anak kecil bertelinga serigala itu kemudian merundukkan tubuhnya, untuk lebih sejajar dengan tubuh Yeong
“Aku Asahi, penunggu pohon keramat di hutan Yeongdam,” katanya menjawab dengan suara yang terdengar lantang dan bulat.Perempuan berkepang dua itu berjalan menghampiri Bai Lu. Ia menatapnya dengan kedua bola matanya yang merah, dan membulat sempurna dengan begitu tajam dan juga tegas.“Kau Han Yuram bukan? Seorang Jeonsa goljjagi penguasa gunung Halla yang terkenal karena aroma bunga Lilynya.”Bai Lu berjalan mundur satu langkah dari hadapan Asahi. Bagaimana mungkin ia tahu tentang dirinya? Apakah Han Yuram seterkenal itu? Sampai semua orang mengenal tentang dirinya?“Dari mana kau tahu tentang diriku?” tanya Bai Lu begitu polos.Asahi tertawa lebar begitu keras hingga ia menitikkan air matanya, karena saking lucunya pernyataan Bai Lu barusan, serta membuat Lee Gon dan juga Ling Fei saling beradu pandang dengan bingung.“Dari mana kau bilang? Kau sangat polos sekali, Han Yuram. Semua mahluk di dunia ini tahu tentang dirimu. Seekor semut saja tahu apapun yang berkaitan dengan dirimu. B
Ling Fei, Lee Gon, dan Bai Lu berlari begitu cepat. Semakin cepat mereka berlari, semakin cepat pula gumpalan angin menyerang mereka bertiga, menyebabkan Ling Fei terpisah dari kedua saudaranya."Ling Fei hilang!!!"Lee Gon menyadari bahwa saudaranya tidak ada di belakangnya. Bahkan, Asahi yang telah berlari bersamanya, tiba-tiba menghilang begitu saja."Apa? Menghilang? Bagaimana mungkin? Bukankah Ling Fei ada di belakang kita sebelumnya?"Bai Lu menghentikan langkahnya. Begitu dia berhenti, gumpalan angin berhenti tepat di depannya, menyebabkan bayangan hitam itu muncul kembali dan terbentuk sebagai manusia yang lengkap dan sempurna, yang muncul dari balik bayangan hitam berkabut."Yuram, ada apa?" Lee Gon mendekati Bai Lu yang berdiri tepat di depan bayangan hitam itu."Ada seseorang yang muncul dari balik bayangan hitam itu, Lee Gon."Lee Gon dan Bai Lu menatap bayangan hitam itu. Seseorang yang tinggi besar muncul dan berjalan menghampiri Lee Gon dan Bai Lu, dengan langkah kaki y
"Jangan macam-macam denganku!!""Kau yang jangan macam-macam denganku, Gumshin!!" teriak seseorang yang langsung berlari begitu cepat ke arah Gumshin, dan menerobos masuk ke dalam tubuhnya hingga membuat Asahi, Lee Gon, Bai Lu, bahkan Ling Fei yang setengah sadar pun sangat terkejut melihatnya."Dia, terbelah dua!!" seru Lee Gon, Asahi, Ling Fei dan juga Bai Lu bersamaan.Begitu tubuh Gumshin itu terbelah dua, Bai Lu dan yang lainnya kembali terkejut. Karena tubuh Gumshin itu kembali menyatu dengan utuh."Bagaimana bisa dia membelah tubuh Gumshin dengan cepat? Luar biasa sekali kekuatannya itu!" seru Lee Gon tampak takjub."Dia bisa melakukannya, Kang Taeshin itu mahluk misterius paling kuat yang aku kenal. Selain cerdik, dia selalu dengan mudah mengeksekusi lawannya dalam persekian detik," kata Asahi yang membuat Lee Gon dan Bai Lu kembali takjub, begitu mendengar penjelasan Asahi tentang Kang Taeshin."Kau kembali lagi seperti semula?" Kang Taeshin cukup terkejut begitu melihat Gums
Semenjak pertarungan yang cukup sengit dengan Gumshin, Bai Lu, Ling Fei, dan juga Lee Gon melanjutkan perjalanan mereka menuju arah Barat. Rencana mereka untuk bertemu Ogumsha harus segera dilaksanakan. Karena mereka harus secepatnya mendapatkan batu merah suci yang hilang 1000 tahun yang lalu.“Kenapa gumiho itu menginginkan sekali batu merah suci? Apa batu merah suci itu sangat istimewa?” tanya Bai Lu saat mereka tengah beristirahat di tepi sungai, sambil meminum beberapa tetes air di sungai yang airnya tampak jernih.“Iya, Yuram. Batu merah suci itu sangat istimewa. Awalnya, Yeonseok yang menjaga batu merah suci itu, namun Aeshin sangat menginginkan batu itu juga, hingga pada akhirnya hilanglah batu merah suci itu di saat pengejaran Yeonseok terhadap Aeshin.”Ling Fei mencoba menjelaskan tentang asal usul batu merah suci itu kepada Bai Lu. Begitu mendengarnya, Bai Lu merasa kesal sekali kepada Aeshin yang dengan sengaja menghilangkan batu merah suci itu.“Seberapa istimewanya batu
Di sudut hutan Yeongdam, Asahi terlihat sedang melatih kemampuan bertarungnya. Beberapa kali kena sergapan musuh, membuat Asahi berusaha sekuat tenaga untuk membalaskan dendamnya.Sosok perempuan berkepang dua ini memang sangat kuat, namun jauh di luar sana, masih banyak mahluk-mahluk di semesta ini yang lebih hebat dan kuat darinya.Asahi berasal dari hutan Yeongdam. Di mana di dalam hutan tersebut banyak sekali para mutan berkeliaran. Mutan artinya mahluk yang memiliki anomali fisik yang dipicu berubahnya urutan DNA. Semacam mahluk super yang kekuatan dan kecepatannya, 5 kali lipat dari manusia.Hutan Yeongdam dikelilingi oleh banyaknya pohon keramat. Salah satu pohon setinggi 5 meter di Yeongdam adalah tempat tinggal Asahi yang sudah 1000 tahun menghuni di sana.Sosok Asahi juga sangat tertarik dengan para Jeonsa goljjagi, terutama Han Yuram yang cukup melegenda dari Lembah air terjun suci itu.Ketertarikannya Asahi terhadap para Jeonsa goljjagi karena mereka terkenal sebagai 3 ber
“Apa Ogumsha itu mahluk yang kuat juga?” tanya Bai Lu saat mereka tengah berjalan bersama dan menyebrangi sungai Okue, dengan air yang mengalir begitu deras.“Ogumsha itu seorang cenayang.” Lee Gon menjawab seraya membantu Ling Fei dan juga Bai Lu, dengan memegangi tangannya agar tak terjatuh saat mereka menyebrangi sungai Okue.“Di jaman ini, cenayang sudah ada ternyata. Aku kira, hanya ada di jaman modern saja.”“Ribuan tahun yang lalu juga cenayang memang sudah ada, Yuram. Ogumsha ini salah satu cenayang yang sudah melegenda sejak lama. Ia memiliki banyak sekali barang langka yang sebenarnya banyak memiliki maknanya tersendiri.”Ling Fei menarik napasnya secara perlahan. Mencoba untuk menikmati perjalanannya kali ini, dengan menghirup udara yang begitu segar dan menenangkan hatinya.Suara gemericik air di sungai Okue juga cukup menjernihkan pikiran mereka yang berantakan dan kacau-balau akhir-akhir ini.“Apa permata hijau itu juga begitu penting, Fei~ah?” tanya Bai Lu kembali.“San
"Ada apa, Yuram? Kenapa kau menatap ke arah Yeon dan juga Rim?" Ling Fei menatap ke arah saudaranya yang tengah memandangi Yeon dan juga Rim ketika sedang bertempur dengan pasukan Segye yang mulai menyerang.Bai Lu kembali menatap wajah Ling Fei yang terlihat bingung begitu ia menatapnya. "Fei~ah, aku tak tahu apa aku harus mengatakan ini kepadamu atau tidak. Tapi, aku harus mengatakan hal ini kepadamu."Ekspresi wajah pendekar pedang itu terlihat serius. Ia menatap wajah saudaranya begitu dalam hingga membuat yang ditatap merasa khawatir dan juga gugup."Apa maksudmu?" Ling Fei terlihat bingung.Bai Lu menggenggam kedua tangan Ling Fei dengan begitu erat dan menatap kedua bola matanya dengan tajam."Yeon dan juga Rim memiliki kekuatan yang begitu istimewa, Fei~ah. Kekuatan mereka akan bertambah tiga kali lipat jika mereka terbakar api emosi dan sama-sama menyerang lawan mereka secara bersama-sama.""Mereka berdua?" Ling Fei menatap ke arah Yeon dan juga Rim. Saudaranta menganggukkan
"Apa kematian itu akan menghampiri kita?" tanya Sora kembali yang merasa mulai takut dengan jawaban Bai Lu barusan."Setiap hal yang kita lakukan akan selalu berjumpa dengan maut, Sora~shii," tutur Bai Lu menjawab sambil menatap wajah Sora dengan begitu lekat.Kang Sora mengalihkan pandangan matanya. Rasa ragu dan kecemasan yang selama ini menyelimutinya mulai muncul kembali."Aku tidak bisa berjumpa dengan maut sebelum aku berhasil mencapai tujuan hidupku, Yuram~shii."Bai Lu berjalan menghampiri Sora dan memegang bahu kanannya."Tujuan hidupmu akan tercapai, Sora~shii. Percayalah padaku. Tapi, kau juga harus ingat karena saat ini kau adalah bagian dari ke -11 pendekar Keabadian. Dan, itu artinya kau juga harus menjalankan kewajibanmu untuk menyelesaikan tugasmu."Saat Bai Lu dan Sora sedang berbicara, tiba-tiba saja angin ribut muncul dan menerbangkan apapun yang berada di sekitarnya dengan begitu kencang."Apa itu?" teriak Yeon sambil menutupi wajahnya dengan tangan kanannya."Pasu
Jinhwan begitu takjub saat melihat para pendekar Keabadian mulai memperlihatkan identitas asli mereka di sungai Ohi. Bahkan, saat air terjun itu membentuk 11 air terjun yang melingkar, para Dewa di atas langit mulai bermunculan dan menampakkan wujud mereka, serta memberikan restu mereka dengan mengangkat tangan kanan mereka tinggi-tinggi.Restu para Dewa memang sangat diperlukan. Saat para Dewa telah memberikan restunya, air hujan berwarna pelangi turun membasahi alam semesta. Untuk kesekian kalinya, Jinhwan berdecak kagum dan begitu bahagia karena ia bisa melihat keindahan yang cukup langka ini.Sementara itu, di dalam sungai Ohi, ke-11 pendekar Keabadian tampak memejamkan mata mereka seraya membuat sebuah lingkaran dengan duduk bersimpuh di dasar sungai, dengan melipat dan menyilangkan kedua kaki mereka.Dengan konsentrasi tinggi dan tampak begitu fokus, Bai Lu dan yang lainnya mulai saling mentransferkan energi kuat mereka kepada satu sama lainnya. Dengan bekal ilmu tenaga dalam ya
Semenjak pertarungan dengan suku Moguya dan menghilangnya suku Moguya menjadi serpihan cahaya, Jochen, Kangchul, Kang Sora, dan Jinhwan mulai mengikuti perjalanan Bai Lu dan teman-temannya ke arah Barat untuk bertemu Ogumsha dan mencari batu merah suci.Bai Lu dan juga teman-temannya yang lain pun mulai memasuki babak baru, di mana ke-11 pendekar Keabadian berkumpul dengan formasi yang sudah lengkap."Yuram~ah, apa Jinhwan juga termasuk bagian dari ke-11 pendekar?" Ling Fei sempat melirik ke arah Jinhwan yang berada di belakangnya saat ia sedang berjalan bersama Jochen dan berbincang-bincang dengannya."Tidak, Ling Fei. Jinhwan bukanlah bagian dari ke-11 pendekar Keabadiaan. Ke-11 pendekar Keabadian itu hanya ada aku, dirimu, Lee Gon, Yeonghwan, Asahi, Kang Taeshin, Choi Rim, Choi Yeon, Kangchul, Kang Sora, dan juga Jochen," jawab Bai Lu menjelaskan."Lalu, kenapa Jinhwan ikut bersama kita?" tanya Ling Fei bingung dan kembali menatap ke arah pria bernama Jinhwan.Bai Lu mengikuti arah
"Apa yang Jochen dan Yuram lakukan? Kenapa tubuh mereka memancarkan cahaya yang begitu terang?" Yeon menatap ke arah Jochen dan juga Bai Lu yang tiba-tiba saja memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan mata.Saat pancaran cahaya itu menerangi tubuh mereka berdua, beberapa anggota suku Moguya merasa lemas dan tak bertenaga sama sekali. Di saat tubuh mereka melemah, Jochen dan Bai Lu mengambil kesempatan itu untuk menyerang mereka.Bai Lu membuat sebuah pergerakan menyilang dengan menggunakan pedang Hayeongsan miliknya. Sementara Jochen, ia muncul di belakang tubuhnya dengan membuat sebuah gerakan seperti gelombang air yang membentuk huruf S dengan cambuk naga 3 api miliknya, hingga membuat para suku Moguya menghilang menjadi serpihan cahaya."Mereka menghilang menjadi serpihan cahaya!" Yeongwan terlihat takjub saat melihat suku Moguya tiba-tiba saja menghilang dan menjadi serpihan cahaya."Itu adalah Gabyeoun Ssang!" Ling Fei juga sepertinya terlihat takjub begitu melihat sinar cahaya
Kangchul menganggukkan kepalanya. Ia beranjak berdiri kemudian menatap ke arah Selatan. "Iya, mereka pernah menggagalkan rencana partai Seribu Pengemis 1 bulan yang lalu untuk merampok salah satu pejabat besar di kerajaan yang melakukan tindakan korupsi.""Suku Moguya juga selalu ingin menguasai hutan Yeongdam yang merupakan tempat tinggalku dan pernah membunuh penghuni hutan Yeongdam secara beringas 25 tahun yang lalu. Ternyata, sekarang mereka ingin menyerang kita." Asahi terdengar menggeram. Ia memang memiliki dendam pribadi kepada suku Moguya yang pernah membunuh setengah penghuni dari hutan Yeongdam.Asahi memang tidak pernah bisa mengalahkan mereka karena kekuatan suku Moguya sangatlah luar biasa. Kekuatan mereka berasal dari senjata pedang misterius milik mereka. Selama mereka memegang senjata, mereka tak akan pernah bisa terkalahkan.Suku Moguya adalah sekelompok manusia yang desanya diserang oleh Rokasur; monster dari alam bawah tanah. Desa yang ditinggali suku Moguya adalah
Kang Taeshin berdiri seorang diri di dekat sebuah batu besar sambil memandang ke arah Barat yang tampak begitu jauh dari pandangan matanya. Hatinya akhir-akhir ini selalu terlihat gelisah. Ia banyak sekali memikirkan banyak hal setelah ia mengetahui kebenaran-kebenaran kehidupannya yang tersembunyi selama ini.Melihat keresahan hati yang dialami oleh Taeshin selama ini, Bai Lu datang menghampirinya saat mereka semua tengah beristirahat sebelum memulai kembali perjalanan mereka."Kau merasa gelisah?" Bai Lu membuka suara setelah beberapa menit membiarkan Taeshin tenggelam dalam pikirannya."Han Yuram? Sejak kapan kau berdiri di sini?" tanyanya tampak terkejut begitu melihat Bai Lu yang tiba-tiba berdiri di dekatnya."Kau sampai tak menyadari kehadiranku di sini? Apa yang kau pikirkan, Kang Taeshin?"Taeshin menundukkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. "Aku tak memikirkan apa-apa.""Jangan berbohong padaku. Aku bisa merasakannya dan aku tahu apa yang sedang kau resahkan saat ini. Apa
"Tunggu dulu, Kang Sora. Aku harus menelaah setiap kalimat yang kau lontarkan padaku. Apa maksud perkataanmu yang mengatakan bahwa adikmu bersama Wonam?" tanya Bai Lu yang masih tak mengerti hingga membuat Taeshin dengan yang lainnya menghampiri ke arah mereka berdua."Ada apa, Yuram? Apa ada masalah?" tanya Taeshin sambil menatap ke arah Bai Lu dan juga Kang Sora silih berganti.Kang Sora menatap wajah Bai Lu dengan tatapan cemasnya. Selama ini, ia tidak pernah membicarakan masalah ini kepada siapa pun. Bahkan, Rim dan Yeon yang sudah lebih awal mengenalnya pun hanya tahu kalau dirinya sedang mencari seseorang dan tidak tahu lebih jelasnya seperti apa."Pada saat pemberontakan Dinasto Goryeo, aku melihat adikku sedang bersama Wonam didekat Lembah Air terjun suci. Mereka seperti sedang melakukan suatu ritual.""Ritual? Ritual apa maksudmu?" Ling Fei langsung menarik tangan Sora dan menatapnya dengan tajam.Kang Sora terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, ia terus didesak oleh Ling F
Bai Lu terdiam sejenak dan mencoba untuk menelaah dengan apa yang telah dijelaskan dan dijabarkan oleh Kangchul dan juga Kang Sora tadi. Sejak memberi tahukan rahasia tentang Aeshin, banyak sekali hal yang dipikirkan olehnya. Apa semua misteri ini sedikit demi sedikit akan menemukan titik temunya?"Jangan jadikan ilmu pedangmu untuk melukai orang lain, tapi gunakanlah untuk melindungi orang lain." Kang Sora tiba-tiba bersuara hingga membuat Lee Gon menatap wajahnya untuk beberapa saat, "pendekar sejati tak akan pernah menyerah dan tak akan mudah putus asa. Aku mungkin tidak tahu tujuan kalian sebenarnya apa, tapi kita semua di sini ternyata memiliki musuh yang sama. Walau tujuan hidup kita berbeda, tapi kita mengejar orang yang sama demi kehancurannya, dan untuk membela kebenaran."Lee Gon menatap wajah Kang Sora dengan rasa kagum. Dia adalah salah satu manusia yang bisa dikatakan berumur panjang dan awet muda karena telah diberi anugerah oleh Dewa Bumi. Lee Gon mungkin tidak tahu tuj