Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Arwah Suci / Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

Share

Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

Penulis: SayurKubis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-01 21:14:15

Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.

Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih.

"Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.

Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.

Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. 

"Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.

Tabib itu tersenyum lembut dan melepaskan pakaiannya dari cengkeraman Bibi Mo dan berkata, "Anak itu mengalami demam ringan, mungkin karena dia sempat tenggelam di dalam air danau dan masuk angin. Meskipun dia mengalami demam ringan, hal yang lebih penting yang ingin saya sampaikan bahwa. Anakmu mungkin saja mengalami trauma yang cukup besar, mengingat umurnya yang masih kecil."

Penjelasan Tabib membuat Bibi Mo tidak bisa menahan air matanya dan segera duduk di samping tempat tidur di mana Yan Siyi kini berbaring dengan wajah pucat dan dahi yang berkerut.

Bocah kecil itu seperti mengalami mimpi buruk. Wajahnya memerah karena panas demam dan Bibi Mo bisa merasakan telapak kaki Yan Siyi sedingin es.

Setelah Tabib memberikan obat untuk Yan Siyi, Tabib itu mengundurkan diri di bawah mata Yuan Deze.

Kamar Yuan Deze kembali sunyi dan hanya suara sedih Bibi Mo yang terdengar serta rintihan Yan Siyi kecil karena demam.

Liang An sendiri keluar dari kamar Yuan Deze untuk memanggil bocah-bocah bau yang mengajak Yan Siyi berenang ke danau.

Keempat bocah itu duduk dengan wajah takut, mereka pada dasarnya sangat takut dengan senior mereka. Walaupun Yuan Deze dan Liang An beberapa tahun lebih tua dari mereka. Rasa senioritas tetaplah menindas.

Liang An menendang lutut Tao Bao yang sekarang duduk dengan gemetar. "Sekarang ceritakan yang sebenarnya kepada kami! Bagaimana bisa Yan Siyi tenggelam di danau!" bentak Liang An membuat Tao Bao menatap Liang An dengan mata gugup.

Yuan Deze sekarang duduk di salah satu kursi tunggal dan memandangi keempatnya tanpa minat.

Melihat Tao Bao tidak mau menjawab Liang An menarik pakaiannya. "Katakan!"

"D-dia jatuh… jatuh sendiri!" jawab Tao Bao cepat dan ia hampir kehilangan napasnya dalam sekejap.

Bibi Mo memandang keempat anak itu dengan ragu. "Bagaimana mungkin Yiyi jatuh sendiri di danau? Dia adalah anak yang sangat patuh, aku sudah melarangnya untuk bermain di dekat danau karena itu berbahaya. Kecuali kalian yang mengajaknya ke sana," terang Bibi Mo membuat kebohongan keempat bocah itu terbuka.

Wen Peng yang diam kini berkata dengan ragu-ragu. "Itu benar!"

Mendengar Wen Peng menjawab perkataan Bibi Mo dengan ambigu, baik Tao Bao, Dai Fang dan Yi Gui menatapnya dengan sinis. Mereka tidak boleh mengaku!

"Apa maksudmu dengan itu benar? Apakah kalian benar mengajaknya atau itu benar-benar bohong?" tanya Liang An dengan mengintimidasi.

"Kami tidak mengajaknya! Yan Siyi sendiri yang meminta kami untuk mengajaknya bermain ke danau." jawab Dai Fang dengan wajah serius.

"Iya saudara Dai Fang benar. Adik Yan meminta kami sendiri mengajaknya ke danau. Dia bilang, dia mau memakan biji teratai. Kami menyetujuinya dan bahkan memintanya untuk tidak bergerak-gerak di atas sampan. Tapi… Yan Siyi tidak mendengarkan dan jatuh!" jelas Yi Gui penuh kebohongan.

Bibi Mo terdiam, tapi dia masih meragukan kata-kata anak-anak tersebut, sebab Yan Siyi adalah anak yang sangat patuh. Tidak mungkin dia melakukan sesuatu yang berbahaya.

Yuan Deze yang sedari tadi diam mulai tertawa geli. Dia tidak menyangka adik-adik juniornya ini sangat pandai dalam mengarang cerita.

"Aku tidak menyangka kalian sangat hebat membuat cerita kebohongan. Kurasa, kemampuan kalian tidak cocok untuk menjadi seorang pendekar pedang. Melainkan kalian cocok menjadi sarjana pembohong yang selalu muncul di rumah wewangian." Kata Yuan Deze membuat keempat bocah itu kaku dan terdiam.

"Apa? Apa aku salah dalam berkata? Kalian bohong bukan?" Yuan Deze kemudian melangkah mendekati keempatnya.

"Kami benar-benar tidak berbohong Saudara Yuan!"

Yuan Deze menghela napas dengan pelan. "Bohong atau tidak, biarkan Nyonya Chu yang menghukum kalian," ucap Yuan Deze membuat keempatnya pucat pasi.

Mereka sangat takut dengan Istri ketua sekte yakni Nyonya Chu. Daripada dicambuk dengan rantai petir. Mereka lebih baik mengaku!

Dai Fang yang takut lumpuh memikirkan dicambuk Nyonya Chu dia segera mengaku.

"Sebenarnya kami yang mengajak adik Yan! Kami berbohong! Kakak Yuan Maafkan kami! Bibi Mo maafkan kami!"

"Dai Fang!" Tao Bao, Yi Gui dan Wen Peng berusaha menghentikan Dai Fang.

Dai Famg menggeleng, "Maafkan aku saudara… aku sangat takut!"

Liang An tertawa namun Bibi Mo tidak bisa tertawa. Dia sangat kesal.

Yuan Deze melipat tangannya dengan tatapan arogan. "Jadi benar itu semua bohong," menatap Bibi Mo Yuan Deze berkata. "Bibi, bagaimana tanggapan Bibi? Apakah Bibi ingin memberi mereka pelajaran?" tawar Yuan Deze.

Tanpa menjawab tawaran Yuan Deze. Bibi Mo segera menampar wajah keempat anak itu dengan keras. Matanya berkabut dengan air mata. "Ini adalah pelajaranku untuk kalian karena telah membuat celaka Yan Siyi!" Menampar untuk kedua kalinya. Bibi Mo berkata, "Tidak ada yang boleh menyakiti anakku selagi aku masih hidup!"

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Anak Pungut dari Sekte Quanzhen

    "Bibi Mo! Bibi Mo!"Seorang gadis muda berteriak dengan langkah yang tergesa-gesa menuju halaman belakang Sekte Quanzhen.Wanita yang disebut Bibi Mo adalah pelayan keluarga Klan Quan yaitu Mo Ji, mendengar teriakan dari gadis muda yang merupakan juniornya di dapur itu, Bibi Mo menghampirinya dengan wajah cemberut."Xiao Yu, kenapa kamu berteriak di kediaman Tuan besar Quan seperti itu? Apa kamu tidak takut mendapat hukuman cambuk?!" Bibi Mo Ji berkata dengan nada khawatir sekaligus tidak senang.Gadis yang bernama Xiao Yu, tersenyum malu dan menggaruk belakang kepalanya merasa bersalah. Namun, tidak lama kemudian Xiao Yu mengingat tujuan utamanya mencari Bibi Mo.Menarik ujung kain lengan baju Bibi Mo, Xiao Yu berkata, "aku menemukan bayi yang gemuk di depan gerbang sekte! Apa kau ingin melihatnya? Ah… maksudku, bisakah kita membawanya diam-diam masuk ke dalam sekte?"Bibi Mo melebarkan kedua matanya tidak percaya dengan perkataan Xiao Yu. Meletakkan centong sup di dalam kendi. Bibi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Si Kecil Yan Siyi

    Seperti semilir angin, gosip tentang bayi kecil yang dibuang di gerbang sekte Quanzhen menyebar terlalu cepat. Namun, semua gosip segera berhenti ketika Ketua Sekte Quanzhen yakni Quan Zhe menerima bayi tidak berasalah itu masuk ke dalam sekte."Suamiku, kenapa tidak kita saja yang mengangkatnya menjadi anak kita? Kau tahu sudah sangat lama kita menunggu dewa memberi kita anak, akan tetapi kita masih belum mendapatkannya," kata Istri Quan Zhe yang bernama Chu Liu dengan sedih.Quan Zhe menolaknya dengan tegas. "Jika bayi itu lahir dari salah satu anggota kerabat kita, aku mungkin akan mempertimbangkannya. Namun, kita tidak tahu dari mana asal-usul bayi itu. Kita tidak tahu motif apa dibalik pembuangan bayi itu. Jika kita menjadikannya anak kita, dan suatu hari identitas bayi itu terungkap. Kemungkinan besar akan banyak masalah terjadi," jelas Quan Zhe kepada istrinya agar mengerti.Nyonya sekte Quanzhen hanya bisa cemberut dengan wajah sedih. Dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Su

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Kejahatan yang Tersembunyi

    Meskipun Duan Delun tidak pernah diperhatikan oleh senior dan para master, anak dari Tuan Duan itu memiliki banyak beberapa pengikut kecil di sekelilingnya. Beberapa pengikut kecil itu adalah anak-anak dari keluarga sederhana yang belajar di Sekte Quanzhen. Mereka semua hampir seumuran yakni bocah-bocah kecil berumur enam sampai tujuh tahun.Akan tetapi, tidak ada yang tahu isi dari kepala kecil mereka. Duan Delun adalah Tuan Muda yang sombong, dia merasa pemikirannya sudah sangat matang dan hanya perlu memberi beberapa keping perak kepada teman-temannya dia bisa dengan mudah menyingkirkan pengganggu kecil seperti Yan Siyi.Seperti biasa, Bibi Mo akan membebaskan Yan Siyi berkeliling di sekitar kediaman Tuan Quan. Yan Siyi kecil berjalan dengan gembira sambil memegang kantung permen di tangannya. Sesekali beberapa senior menyapanya dan mencubit pipinya.Ketika dia kelelahan berkeliling, Yan Siyi duduk di sebuah bangku kecil dan menikmati permen yang diberi oleh Bibi Mo kepadanya. Asy

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

    Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih."Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. "Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.Tabib itu tersenyum lembut d

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Ketakutan Besar Bibi Mo

    Ketika Yan Siyi tenggelam dan tidak bisa berenang di dalam air, Tao Bao dan ketiga teman lainnya tersenyum senang. Bukankah sangat mudah menyelesaikan misi kecil bernilai kepingan perak ini.Mereka hanya perlu membuat Yan Siyi sengsara lalu selanjutnya mereka segera memulai adegan yang baru, yakni berpura-pura panik dan peduli. Meskipun tidak ada siapapun di sekitar danau tempat mereka menjebak Yan Siyi sekarang, keempat anak kecil itu tentu tidak ingin menunjukkan topeng jahat mereka."Cepat bantu saudara kecil kita!"Mereka berempat segera menyelam seperti ikan untuk menangkap Yan Siyi yang tenggelam. Mencari anak kecil berumur tiga tahun di danau sungguh sangat mudah dilakukan.Sekitar satu menit, Dai Fang menarik Yan Siyi ke tepi danau. Tidak jauh dari proses penyelamatan mereka terhadap Yan Siyi, ada dua junior yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar danau. Ketika kedua junior tersebut melihat ada yang tidak beres mereka segera bergegas."Apa yang terjadi?" tanya seorang

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Kejahatan yang Tersembunyi

    Meskipun Duan Delun tidak pernah diperhatikan oleh senior dan para master, anak dari Tuan Duan itu memiliki banyak beberapa pengikut kecil di sekelilingnya. Beberapa pengikut kecil itu adalah anak-anak dari keluarga sederhana yang belajar di Sekte Quanzhen. Mereka semua hampir seumuran yakni bocah-bocah kecil berumur enam sampai tujuh tahun.Akan tetapi, tidak ada yang tahu isi dari kepala kecil mereka. Duan Delun adalah Tuan Muda yang sombong, dia merasa pemikirannya sudah sangat matang dan hanya perlu memberi beberapa keping perak kepada teman-temannya dia bisa dengan mudah menyingkirkan pengganggu kecil seperti Yan Siyi.Seperti biasa, Bibi Mo akan membebaskan Yan Siyi berkeliling di sekitar kediaman Tuan Quan. Yan Siyi kecil berjalan dengan gembira sambil memegang kantung permen di tangannya. Sesekali beberapa senior menyapanya dan mencubit pipinya.Ketika dia kelelahan berkeliling, Yan Siyi duduk di sebuah bangku kecil dan menikmati permen yang diberi oleh Bibi Mo kepadanya. Asy

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Si Kecil Yan Siyi

    Seperti semilir angin, gosip tentang bayi kecil yang dibuang di gerbang sekte Quanzhen menyebar terlalu cepat. Namun, semua gosip segera berhenti ketika Ketua Sekte Quanzhen yakni Quan Zhe menerima bayi tidak berasalah itu masuk ke dalam sekte."Suamiku, kenapa tidak kita saja yang mengangkatnya menjadi anak kita? Kau tahu sudah sangat lama kita menunggu dewa memberi kita anak, akan tetapi kita masih belum mendapatkannya," kata Istri Quan Zhe yang bernama Chu Liu dengan sedih.Quan Zhe menolaknya dengan tegas. "Jika bayi itu lahir dari salah satu anggota kerabat kita, aku mungkin akan mempertimbangkannya. Namun, kita tidak tahu dari mana asal-usul bayi itu. Kita tidak tahu motif apa dibalik pembuangan bayi itu. Jika kita menjadikannya anak kita, dan suatu hari identitas bayi itu terungkap. Kemungkinan besar akan banyak masalah terjadi," jelas Quan Zhe kepada istrinya agar mengerti.Nyonya sekte Quanzhen hanya bisa cemberut dengan wajah sedih. Dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Su

DMCA.com Protection Status