Home / Pendekar / Pendekar Pedang Arwah Suci / Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

Share

Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

Author: SayurKubis
last update Last Updated: 2024-03-01 21:14:15

Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.

Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih.

"Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.

Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.

Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. 

"Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.

Tabib itu tersenyum lembut dan melepaskan pakaiannya dari cengkeraman Bibi Mo dan berkata, "Anak itu mengalami demam ringan, mungkin karena dia sempat tenggelam di dalam air danau dan masuk angin. Meskipun dia mengalami demam ringan, hal yang lebih penting yang ingin saya sampaikan bahwa. Anakmu mungkin saja mengalami trauma yang cukup besar, mengingat umurnya yang masih kecil."

Penjelasan Tabib membuat Bibi Mo tidak bisa menahan air matanya dan segera duduk di samping tempat tidur di mana Yan Siyi kini berbaring dengan wajah pucat dan dahi yang berkerut.

Bocah kecil itu seperti mengalami mimpi buruk. Wajahnya memerah karena panas demam dan Bibi Mo bisa merasakan telapak kaki Yan Siyi sedingin es.

Setelah Tabib memberikan obat untuk Yan Siyi, Tabib itu mengundurkan diri di bawah mata Yuan Deze.

Kamar Yuan Deze kembali sunyi dan hanya suara sedih Bibi Mo yang terdengar serta rintihan Yan Siyi kecil karena demam.

Liang An sendiri keluar dari kamar Yuan Deze untuk memanggil bocah-bocah bau yang mengajak Yan Siyi berenang ke danau.

Keempat bocah itu duduk dengan wajah takut, mereka pada dasarnya sangat takut dengan senior mereka. Walaupun Yuan Deze dan Liang An beberapa tahun lebih tua dari mereka. Rasa senioritas tetaplah menindas.

Liang An menendang lutut Tao Bao yang sekarang duduk dengan gemetar. "Sekarang ceritakan yang sebenarnya kepada kami! Bagaimana bisa Yan Siyi tenggelam di danau!" bentak Liang An membuat Tao Bao menatap Liang An dengan mata gugup.

Yuan Deze sekarang duduk di salah satu kursi tunggal dan memandangi keempatnya tanpa minat.

Melihat Tao Bao tidak mau menjawab Liang An menarik pakaiannya. "Katakan!"

"D-dia jatuh… jatuh sendiri!" jawab Tao Bao cepat dan ia hampir kehilangan napasnya dalam sekejap.

Bibi Mo memandang keempat anak itu dengan ragu. "Bagaimana mungkin Yiyi jatuh sendiri di danau? Dia adalah anak yang sangat patuh, aku sudah melarangnya untuk bermain di dekat danau karena itu berbahaya. Kecuali kalian yang mengajaknya ke sana," terang Bibi Mo membuat kebohongan keempat bocah itu terbuka.

Wen Peng yang diam kini berkata dengan ragu-ragu. "Itu benar!"

Mendengar Wen Peng menjawab perkataan Bibi Mo dengan ambigu, baik Tao Bao, Dai Fang dan Yi Gui menatapnya dengan sinis. Mereka tidak boleh mengaku!

"Apa maksudmu dengan itu benar? Apakah kalian benar mengajaknya atau itu benar-benar bohong?" tanya Liang An dengan mengintimidasi.

"Kami tidak mengajaknya! Yan Siyi sendiri yang meminta kami untuk mengajaknya bermain ke danau." jawab Dai Fang dengan wajah serius.

"Iya saudara Dai Fang benar. Adik Yan meminta kami sendiri mengajaknya ke danau. Dia bilang, dia mau memakan biji teratai. Kami menyetujuinya dan bahkan memintanya untuk tidak bergerak-gerak di atas sampan. Tapi… Yan Siyi tidak mendengarkan dan jatuh!" jelas Yi Gui penuh kebohongan.

Bibi Mo terdiam, tapi dia masih meragukan kata-kata anak-anak tersebut, sebab Yan Siyi adalah anak yang sangat patuh. Tidak mungkin dia melakukan sesuatu yang berbahaya.

Yuan Deze yang sedari tadi diam mulai tertawa geli. Dia tidak menyangka adik-adik juniornya ini sangat pandai dalam mengarang cerita.

"Aku tidak menyangka kalian sangat hebat membuat cerita kebohongan. Kurasa, kemampuan kalian tidak cocok untuk menjadi seorang pendekar pedang. Melainkan kalian cocok menjadi sarjana pembohong yang selalu muncul di rumah wewangian." Kata Yuan Deze membuat keempat bocah itu kaku dan terdiam.

"Apa? Apa aku salah dalam berkata? Kalian bohong bukan?" Yuan Deze kemudian melangkah mendekati keempatnya.

"Kami benar-benar tidak berbohong Saudara Yuan!"

Yuan Deze menghela napas dengan pelan. "Bohong atau tidak, biarkan Nyonya Chu yang menghukum kalian," ucap Yuan Deze membuat keempatnya pucat pasi.

Mereka sangat takut dengan Istri ketua sekte yakni Nyonya Chu. Daripada dicambuk dengan rantai petir. Mereka lebih baik mengaku!

Dai Fang yang takut lumpuh memikirkan dicambuk Nyonya Chu dia segera mengaku.

"Sebenarnya kami yang mengajak adik Yan! Kami berbohong! Kakak Yuan Maafkan kami! Bibi Mo maafkan kami!"

"Dai Fang!" Tao Bao, Yi Gui dan Wen Peng berusaha menghentikan Dai Fang.

Dai Famg menggeleng, "Maafkan aku saudara… aku sangat takut!"

Liang An tertawa namun Bibi Mo tidak bisa tertawa. Dia sangat kesal.

Yuan Deze melipat tangannya dengan tatapan arogan. "Jadi benar itu semua bohong," menatap Bibi Mo Yuan Deze berkata. "Bibi, bagaimana tanggapan Bibi? Apakah Bibi ingin memberi mereka pelajaran?" tawar Yuan Deze.

Tanpa menjawab tawaran Yuan Deze. Bibi Mo segera menampar wajah keempat anak itu dengan keras. Matanya berkabut dengan air mata. "Ini adalah pelajaranku untuk kalian karena telah membuat celaka Yan Siyi!" Menampar untuk kedua kalinya. Bibi Mo berkata, "Tidak ada yang boleh menyakiti anakku selagi aku masih hidup!"

Related chapters

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

    Last Updated : 2024-09-21
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

    Last Updated : 2024-09-23
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

    Last Updated : 2024-10-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Permaisuri yang ditinggalkan

    Mendapat pertanyaan dari Xiao Feng, Su Xia mengenal samar wanita yang bersama Yan Siyi. Itu adalah wanita kebanggaan negaranya tiga tahun yang lalu.Bagaimana mungkin Su Xia bisa lupa akan wanita itu. Seorang gadis bangsawan dari keluarga Jenderal Perang Utara Yan Cheng dan juga istri pertama Yang Mulia Kaisar yakni Yan Lingxin. Dulu wanita itu adalah perempuan yang sangat dihormati di Negara Xinzhuang. Semua gadis-gadis sangat iri dengan kecantikannya dan juga keberuntungan hidupnya yang sangat mulus.Namun, sejak kejadian tiga tahun yang lalu pujian kehormatan dan cinta kasih semua orang segera memudar. Yan Lingxin diduga telah membunuh pewaris Kaisar dengan sengaja.Saat itu terjadi kekacauan dan hari yang akan menjadi peringatan penting mengenai kelahiran naga kecil Kaisar, tiba-tiba menjadi hari kejatuhan yang menyedihkan.Su Xia melihat bagaimana Yan Lingxin yang baru saja melahirkan, dituduh membunuh anak Kaisar yang pada dasarnya merupakan anaknya sendiri. Wanita itu menangis

    Last Updated : 2025-01-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tamu yang tidak diharapkan

    Matahari telah naik dan udara dingin lambat laun menjadi hangat. Yan Siyi kini sibuk mengunyah kue beras dengan gembira, sedangkan di hadapannya. Nyonya Ling mengupas buah jeruk dengan perasaan senang. Mengetahui suasana hati Nyonya kesayangannya, Caicai menjadi bersemangat untuk membuat hidangan makan siang yakni bubur millet, acar asin dan jiaozi daging bebek. Kebetulan mereka baru saja membeli bebek di pasar dan sudah saatnya bebek tersebut dieksekusi dengan cepat. Sebab, jika dibiarkan begitu saja, daging bebek akan cepat membusuk. “Nyonya, tunggu di sini. Aku akan memasak makan siang. Anda bisa bersantai bersama Xiao Yi menikmati makanan ringan,” ucap Caicai mendapat persetujuan Nyonya Ling. “Ah… aku menunggu masakanmu Xiao Cai~.” Balas Nyonya Ling dengan suaranya yang lembut. Yan Siyi mendongak mendengar suara lembut Nyonya Ling. “Yiyi ingin bertemu Ibu,” kata Yan Siyi secara tiba-tiba. Mungkin karena sifat bergantung Yan Siyi yang kuat terhadap Bibi Mo, kini anak kecil itu

    Last Updated : 2025-01-02
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Omong Kosong Permaisuri Lan

    “Beraninya kamu budak rendahan!” Teriak Nyonya Ling saat melihat bekas tamparan di wajah Caicai. Mendengar suara tinggi dari Nyonya Ling, Bai Fu yang baru saja menampar dan mengancam Caicai mundur perlahan dan bersembunyi di balik punggung Permaisuri Lan. Permaisuri Lan tersenyum dengan mata ramah yang mana cukup membuat Nyonya Ling jijik saat melihatnya. “Apakah sopan santun telah hilang dari kehidupan Selir Yan?” tanya Permaisuri Lan yang melangkah perlahan mendekati Nyonya Ling. Nyonya Ling sendiri mengabaikan pertanyaan Permaisuri Lan dan dia sibuk melihat wajah terluka Caicai. Di dunia ini, tidak ada yang memihak dirinya kecuali pelayan kecilnya ini. Kebencian Nyonya Ling terhadap Permaisuri Lan semakin hari, semakin menumpuk. “Bukankah Yang Mulia sendiri yang tidak memiliki sopan santun dan juga etiket kerjaan?” Sindir Nyonya Ling melirik Permaisuri Lan yang kini tertawa hampa. “Tidak ada sejarahnya seorang Permaisuri datang ke pengasingan seorang selir yang berkhianat, ap

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Omong Kosong Permaisuri Lan

    “Beraninya kamu budak rendahan!” Teriak Nyonya Ling saat melihat bekas tamparan di wajah Caicai. Mendengar suara tinggi dari Nyonya Ling, Bai Fu yang baru saja menampar dan mengancam Caicai mundur perlahan dan bersembunyi di balik punggung Permaisuri Lan. Permaisuri Lan tersenyum dengan mata ramah yang mana cukup membuat Nyonya Ling jijik saat melihatnya. “Apakah sopan santun telah hilang dari kehidupan Selir Yan?” tanya Permaisuri Lan yang melangkah perlahan mendekati Nyonya Ling. Nyonya Ling sendiri mengabaikan pertanyaan Permaisuri Lan dan dia sibuk melihat wajah terluka Caicai. Di dunia ini, tidak ada yang memihak dirinya kecuali pelayan kecilnya ini. Kebencian Nyonya Ling terhadap Permaisuri Lan semakin hari, semakin menumpuk. “Bukankah Yang Mulia sendiri yang tidak memiliki sopan santun dan juga etiket kerjaan?” Sindir Nyonya Ling melirik Permaisuri Lan yang kini tertawa hampa. “Tidak ada sejarahnya seorang Permaisuri datang ke pengasingan seorang selir yang berkhianat, ap

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tamu yang tidak diharapkan

    Matahari telah naik dan udara dingin lambat laun menjadi hangat. Yan Siyi kini sibuk mengunyah kue beras dengan gembira, sedangkan di hadapannya. Nyonya Ling mengupas buah jeruk dengan perasaan senang. Mengetahui suasana hati Nyonya kesayangannya, Caicai menjadi bersemangat untuk membuat hidangan makan siang yakni bubur millet, acar asin dan jiaozi daging bebek. Kebetulan mereka baru saja membeli bebek di pasar dan sudah saatnya bebek tersebut dieksekusi dengan cepat. Sebab, jika dibiarkan begitu saja, daging bebek akan cepat membusuk. “Nyonya, tunggu di sini. Aku akan memasak makan siang. Anda bisa bersantai bersama Xiao Yi menikmati makanan ringan,” ucap Caicai mendapat persetujuan Nyonya Ling. “Ah… aku menunggu masakanmu Xiao Cai~.” Balas Nyonya Ling dengan suaranya yang lembut. Yan Siyi mendongak mendengar suara lembut Nyonya Ling. “Yiyi ingin bertemu Ibu,” kata Yan Siyi secara tiba-tiba. Mungkin karena sifat bergantung Yan Siyi yang kuat terhadap Bibi Mo, kini anak kecil itu

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Permaisuri yang ditinggalkan

    Mendapat pertanyaan dari Xiao Feng, Su Xia mengenal samar wanita yang bersama Yan Siyi. Itu adalah wanita kebanggaan negaranya tiga tahun yang lalu.Bagaimana mungkin Su Xia bisa lupa akan wanita itu. Seorang gadis bangsawan dari keluarga Jenderal Perang Utara Yan Cheng dan juga istri pertama Yang Mulia Kaisar yakni Yan Lingxin. Dulu wanita itu adalah perempuan yang sangat dihormati di Negara Xinzhuang. Semua gadis-gadis sangat iri dengan kecantikannya dan juga keberuntungan hidupnya yang sangat mulus.Namun, sejak kejadian tiga tahun yang lalu pujian kehormatan dan cinta kasih semua orang segera memudar. Yan Lingxin diduga telah membunuh pewaris Kaisar dengan sengaja.Saat itu terjadi kekacauan dan hari yang akan menjadi peringatan penting mengenai kelahiran naga kecil Kaisar, tiba-tiba menjadi hari kejatuhan yang menyedihkan.Su Xia melihat bagaimana Yan Lingxin yang baru saja melahirkan, dituduh membunuh anak Kaisar yang pada dasarnya merupakan anaknya sendiri. Wanita itu menangis

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

    Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih."Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. "Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.Tabib itu tersenyum lembut d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status