Share

Hukuman Menyakitkan

Author: SayurKubis
last update Last Updated: 2024-09-03 15:11:59

Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.

Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.

Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!

Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.

Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.

Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal itu.

Tao Bao, Wan Peng, Dai Fang, dan Yi Gui telah lelah menangis memohon kepada senior sektenya yakni Liang An dan Yuan Deze. Mereka kini dilempar ke bawah kaki Nyonya Chu yang saat ini tengah memainkan cambuk petirnya.

Keempat bocah tersebut menelan ludah kasar secara susah payah.

Jangan bilang Nyonya Chu benar-benar akan mencabuk mereka dengan rantai petir neraka itu!

Mereka berempat mungkin akan mati! 

Pikir Duan Delun yang mengintip dari tepat yang agak jauh melihat keempat temannya akan dihukum.

Nyonya Chu melihat kedatangan Yuan Deze dan diam-diam menghela napas lelah. Bagaimana bisa keempat bocah ini mengganggu orang besar sekte mereka ini!

Yuan Deze memberikan salam hornat kepada Nyonya Chu. "Salam kepada, Nyonya Chu. Saya di sini ingin meminta keadilan," ucap Yuan Deze membuat Nyonya Chu mengangguk pelan.

"Segera tutup pintu aula!" Perintah Nyonya Chu membuat Duan Delun yang sedari tadi mengintip gemetar gugup.

Duan Delun dengan perlahan menjauh dari Aula hukuman sekte Quanzhen, lagipula tidak masalah bagi keempat temannya yang bodoh tersebut dicambuk. Toh, mereka juga akan mendapatkan perak darinya.

Melangkah dengan ringan dan berpikir dirinya tidak akan mendapat masalah. Duang Delun yang memainkan kelereng di telapak tangannya menabrak pemuda bertubuh besar yang saat ini tengah berlarian menuju aula hukuman.

Saat Duan Delun hendak mengutuk, pemuda itu memegang pundaknya dengan wajah cemas.

"Apakah kau melihat Dai Fang?" tanya Pemuda itu dengan dahi yang dipenuhi keringat.

Duan Delun menunjuk ke arah pintu besar aula yang tertutup. "Aku melihatnya diseret ke dalam oleh senior Yuan Deze!" jawabnya dengan wajah polos.

Menyeka keringatnya yang menetes, Dai Hui– kakak laki-laki dari Dai Fang bergegas menuju pintu aula yang tertutup. Sedangkan Duan Delun berlari pergi dari area mencekam tersebut.

"Katakan kepada saya yang sebenarnya, apa yang kalian lakukan sehingga kedua Kakak senior kalian membawa kalian ke aula ini!" bentak Nyonya Chu membuat keempat jantung murid Sekte Quanzhen tersebut gemetar.

Yi Gui segera meneteskan air matanya, "Nyonya… Maafkan kami! Kami benar-benar tidak sengaja!" kata Yi Gui menjual air mata kesedihannya. Berharap, Nyonya Chu akan iba kepada mereka.

"Dari mana datangnya ketidaksengajaan yang kalian katakan sampai hampir membunuh seseorang!" Cambuk petir Nyonya Chu berkilat menyala-nyala mengeluarkan aliran yang mengerikan.

Dai Hui bersujud memohon ampun, "Kami sungguh tidak sengaja dan juga Yan Siyi sendiri yang tidak mematuhi perintah kami untuk duduk diam di atas perahu!"

"Bagaimana bisa anak sekecil itu duduk diam, dia sama sekali tidak mengerti bahaya!" ucap Liang An yang kesal karena keempat bocah itu terus berdalih.

"Kakak senior tidak mengerti! Yan Siyi berkata dia akan patuh!" Wen Pang bersikukuh tidak ingin mengaku salah.

Nyonya Chu melemparkan cambuk petirnya, dia merasa kesal dan juga bosan mendengar omong kosong dari bocah-bocah nakal tersebut. Terlebih, dia sudah mendengar keseluruhan cerita dari bawahannya. Dan Nyonya Chu sendiri tidak ingin menyinggung keponakan dari selir pertama kerajaan yakni Yuan Deze.

Hubungan dengan selir pertama kaisar tidak boleh rusak hanya karena masalah sepeleh seperti ini.

"Xiao Ling!" Panggil Nyonya Chu kepada bawahan terpercayanya.

Xiao Ling menundukkan kepalanya menunggu perintah. "Ya, Nyonya!"

"Beri 30 pukulan papan kepada Dai Hui, Wen Pang, Yi Gui dan Tao Bao sebagai hukuman mereka sekarang, jangan biarkan mereka tidur nyenyak malam ini!" Perintah Nyonya Chu membuat keempat bocah nakal tersebut merinding, sedangkan Liang An meringis terhadap nasib malang bocah-bocah bau itu.

Namun, hukuman tersebut hampir seimbang dengan tingkat rasa sakit yang kini dirasakan oleh Yan Siyi.

Di sisi lain, Dai Hui yang dilarang masuk ke aula hukuman hanya bisa mengepalkan tangannya kesal, saat dirinya mendengar jeritan tangis sang adik yang mendapatkan hukuman dari Nyonya Chu.

Related chapters

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

    Last Updated : 2024-09-21
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

    Last Updated : 2024-09-23
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

    Last Updated : 2024-10-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Anak Pungut dari Sekte Quanzhen

    "Bibi Mo! Bibi Mo!"Seorang gadis muda berteriak dengan langkah yang tergesa-gesa menuju halaman belakang Sekte Quanzhen.Wanita yang disebut Bibi Mo adalah pelayan keluarga Klan Quan yaitu Mo Ji, mendengar teriakan dari gadis muda yang merupakan juniornya di dapur itu, Bibi Mo menghampirinya dengan wajah cemberut."Xiao Yu, kenapa kamu berteriak di kediaman Tuan besar Quan seperti itu? Apa kamu tidak takut mendapat hukuman cambuk?!" Bibi Mo Ji berkata dengan nada khawatir sekaligus tidak senang.Gadis yang bernama Xiao Yu, tersenyum malu dan menggaruk belakang kepalanya merasa bersalah. Namun, tidak lama kemudian Xiao Yu mengingat tujuan utamanya mencari Bibi Mo.Menarik ujung kain lengan baju Bibi Mo, Xiao Yu berkata, "aku menemukan bayi yang gemuk di depan gerbang sekte! Apa kau ingin melihatnya? Ah… maksudku, bisakah kita membawanya diam-diam masuk ke dalam sekte?"Bibi Mo melebarkan kedua matanya tidak percaya dengan perkataan Xiao Yu. Meletakkan centong sup di dalam kendi. Bibi

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Si Kecil Yan Siyi

    Seperti semilir angin, gosip tentang bayi kecil yang dibuang di gerbang sekte Quanzhen menyebar terlalu cepat. Namun, semua gosip segera berhenti ketika Ketua Sekte Quanzhen yakni Quan Zhe menerima bayi tidak berasalah itu masuk ke dalam sekte."Suamiku, kenapa tidak kita saja yang mengangkatnya menjadi anak kita? Kau tahu sudah sangat lama kita menunggu dewa memberi kita anak, akan tetapi kita masih belum mendapatkannya," kata Istri Quan Zhe yang bernama Chu Liu dengan sedih.Quan Zhe menolaknya dengan tegas. "Jika bayi itu lahir dari salah satu anggota kerabat kita, aku mungkin akan mempertimbangkannya. Namun, kita tidak tahu dari mana asal-usul bayi itu. Kita tidak tahu motif apa dibalik pembuangan bayi itu. Jika kita menjadikannya anak kita, dan suatu hari identitas bayi itu terungkap. Kemungkinan besar akan banyak masalah terjadi," jelas Quan Zhe kepada istrinya agar mengerti.Nyonya sekte Quanzhen hanya bisa cemberut dengan wajah sedih. Dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Su

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Kejahatan yang Tersembunyi

    Meskipun Duan Delun tidak pernah diperhatikan oleh senior dan para master, anak dari Tuan Duan itu memiliki banyak beberapa pengikut kecil di sekelilingnya. Beberapa pengikut kecil itu adalah anak-anak dari keluarga sederhana yang belajar di Sekte Quanzhen. Mereka semua hampir seumuran yakni bocah-bocah kecil berumur enam sampai tujuh tahun.Akan tetapi, tidak ada yang tahu isi dari kepala kecil mereka. Duan Delun adalah Tuan Muda yang sombong, dia merasa pemikirannya sudah sangat matang dan hanya perlu memberi beberapa keping perak kepada teman-temannya dia bisa dengan mudah menyingkirkan pengganggu kecil seperti Yan Siyi.Seperti biasa, Bibi Mo akan membebaskan Yan Siyi berkeliling di sekitar kediaman Tuan Quan. Yan Siyi kecil berjalan dengan gembira sambil memegang kantung permen di tangannya. Sesekali beberapa senior menyapanya dan mencubit pipinya.Ketika dia kelelahan berkeliling, Yan Siyi duduk di sebuah bangku kecil dan menikmati permen yang diberi oleh Bibi Mo kepadanya. Asy

    Last Updated : 2024-02-18
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Ketakutan Besar Bibi Mo

    Ketika Yan Siyi tenggelam dan tidak bisa berenang di dalam air, Tao Bao dan ketiga teman lainnya tersenyum senang. Bukankah sangat mudah menyelesaikan misi kecil bernilai kepingan perak ini.Mereka hanya perlu membuat Yan Siyi sengsara lalu selanjutnya mereka segera memulai adegan yang baru, yakni berpura-pura panik dan peduli. Meskipun tidak ada siapapun di sekitar danau tempat mereka menjebak Yan Siyi sekarang, keempat anak kecil itu tentu tidak ingin menunjukkan topeng jahat mereka."Cepat bantu saudara kecil kita!"Mereka berempat segera menyelam seperti ikan untuk menangkap Yan Siyi yang tenggelam. Mencari anak kecil berumur tiga tahun di danau sungguh sangat mudah dilakukan.Sekitar satu menit, Dai Fang menarik Yan Siyi ke tepi danau. Tidak jauh dari proses penyelamatan mereka terhadap Yan Siyi, ada dua junior yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar danau. Ketika kedua junior tersebut melihat ada yang tidak beres mereka segera bergegas."Apa yang terjadi?" tanya seorang

    Last Updated : 2024-02-21

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

    Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih."Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. "Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.Tabib itu tersenyum lembut d

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Ketakutan Besar Bibi Mo

    Ketika Yan Siyi tenggelam dan tidak bisa berenang di dalam air, Tao Bao dan ketiga teman lainnya tersenyum senang. Bukankah sangat mudah menyelesaikan misi kecil bernilai kepingan perak ini.Mereka hanya perlu membuat Yan Siyi sengsara lalu selanjutnya mereka segera memulai adegan yang baru, yakni berpura-pura panik dan peduli. Meskipun tidak ada siapapun di sekitar danau tempat mereka menjebak Yan Siyi sekarang, keempat anak kecil itu tentu tidak ingin menunjukkan topeng jahat mereka."Cepat bantu saudara kecil kita!"Mereka berempat segera menyelam seperti ikan untuk menangkap Yan Siyi yang tenggelam. Mencari anak kecil berumur tiga tahun di danau sungguh sangat mudah dilakukan.Sekitar satu menit, Dai Fang menarik Yan Siyi ke tepi danau. Tidak jauh dari proses penyelamatan mereka terhadap Yan Siyi, ada dua junior yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar danau. Ketika kedua junior tersebut melihat ada yang tidak beres mereka segera bergegas."Apa yang terjadi?" tanya seorang

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Kejahatan yang Tersembunyi

    Meskipun Duan Delun tidak pernah diperhatikan oleh senior dan para master, anak dari Tuan Duan itu memiliki banyak beberapa pengikut kecil di sekelilingnya. Beberapa pengikut kecil itu adalah anak-anak dari keluarga sederhana yang belajar di Sekte Quanzhen. Mereka semua hampir seumuran yakni bocah-bocah kecil berumur enam sampai tujuh tahun.Akan tetapi, tidak ada yang tahu isi dari kepala kecil mereka. Duan Delun adalah Tuan Muda yang sombong, dia merasa pemikirannya sudah sangat matang dan hanya perlu memberi beberapa keping perak kepada teman-temannya dia bisa dengan mudah menyingkirkan pengganggu kecil seperti Yan Siyi.Seperti biasa, Bibi Mo akan membebaskan Yan Siyi berkeliling di sekitar kediaman Tuan Quan. Yan Siyi kecil berjalan dengan gembira sambil memegang kantung permen di tangannya. Sesekali beberapa senior menyapanya dan mencubit pipinya.Ketika dia kelelahan berkeliling, Yan Siyi duduk di sebuah bangku kecil dan menikmati permen yang diberi oleh Bibi Mo kepadanya. Asy

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Si Kecil Yan Siyi

    Seperti semilir angin, gosip tentang bayi kecil yang dibuang di gerbang sekte Quanzhen menyebar terlalu cepat. Namun, semua gosip segera berhenti ketika Ketua Sekte Quanzhen yakni Quan Zhe menerima bayi tidak berasalah itu masuk ke dalam sekte."Suamiku, kenapa tidak kita saja yang mengangkatnya menjadi anak kita? Kau tahu sudah sangat lama kita menunggu dewa memberi kita anak, akan tetapi kita masih belum mendapatkannya," kata Istri Quan Zhe yang bernama Chu Liu dengan sedih.Quan Zhe menolaknya dengan tegas. "Jika bayi itu lahir dari salah satu anggota kerabat kita, aku mungkin akan mempertimbangkannya. Namun, kita tidak tahu dari mana asal-usul bayi itu. Kita tidak tahu motif apa dibalik pembuangan bayi itu. Jika kita menjadikannya anak kita, dan suatu hari identitas bayi itu terungkap. Kemungkinan besar akan banyak masalah terjadi," jelas Quan Zhe kepada istrinya agar mengerti.Nyonya sekte Quanzhen hanya bisa cemberut dengan wajah sedih. Dia tidak bisa mengatakan apa pun lagi. Su

DMCA.com Protection Status