Share

Hukuman Menyakitkan

Author: SayurKubis
last update Last Updated: 2024-09-03 15:11:59

Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.

Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.

Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!

Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.

Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.

Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak nakal itu.

Tao Bao, Wan Peng, Dai Fang, dan Yi Gui telah lelah menangis memohon kepada senior sektenya yakni Liang An dan Yuan Deze. Mereka kini dilempar ke bawah kaki Nyonya Chu yang saat ini tengah memainkan cambuk petirnya.

Keempat bocah tersebut menelan ludah kasar secara susah payah.

Jangan bilang Nyonya Chu benar-benar akan mencabuk mereka dengan rantai petir neraka itu!

Mereka berempat mungkin akan mati! 

Pikir Duan Delun yang mengintip dari tepat yang agak jauh melihat keempat temannya akan dihukum.

Nyonya Chu melihat kedatangan Yuan Deze dan diam-diam menghela napas lelah. Bagaimana bisa keempat bocah ini mengganggu orang besar sekte mereka ini!

Yuan Deze memberikan salam hornat kepada Nyonya Chu. "Salam kepada, Nyonya Chu. Saya di sini ingin meminta keadilan," ucap Yuan Deze membuat Nyonya Chu mengangguk pelan.

"Segera tutup pintu aula!" Perintah Nyonya Chu membuat Duan Delun yang sedari tadi mengintip gemetar gugup.

Duan Delun dengan perlahan menjauh dari Aula hukuman sekte Quanzhen, lagipula tidak masalah bagi keempat temannya yang bodoh tersebut dicambuk. Toh, mereka juga akan mendapatkan perak darinya.

Melangkah dengan ringan dan berpikir dirinya tidak akan mendapat masalah. Duang Delun yang memainkan kelereng di telapak tangannya menabrak pemuda bertubuh besar yang saat ini tengah berlarian menuju aula hukuman.

Saat Duan Delun hendak mengutuk, pemuda itu memegang pundaknya dengan wajah cemas.

"Apakah kau melihat Dai Fang?" tanya Pemuda itu dengan dahi yang dipenuhi keringat.

Duan Delun menunjuk ke arah pintu besar aula yang tertutup. "Aku melihatnya diseret ke dalam oleh senior Yuan Deze!" jawabnya dengan wajah polos.

Menyeka keringatnya yang menetes, Dai Hui– kakak laki-laki dari Dai Fang bergegas menuju pintu aula yang tertutup. Sedangkan Duan Delun berlari pergi dari area mencekam tersebut.

"Katakan kepada saya yang sebenarnya, apa yang kalian lakukan sehingga kedua Kakak senior kalian membawa kalian ke aula ini!" bentak Nyonya Chu membuat keempat jantung murid Sekte Quanzhen tersebut gemetar.

Yi Gui segera meneteskan air matanya, "Nyonya… Maafkan kami! Kami benar-benar tidak sengaja!" kata Yi Gui menjual air mata kesedihannya. Berharap, Nyonya Chu akan iba kepada mereka.

"Dari mana datangnya ketidaksengajaan yang kalian katakan sampai hampir membunuh seseorang!" Cambuk petir Nyonya Chu berkilat menyala-nyala mengeluarkan aliran yang mengerikan.

Dai Hui bersujud memohon ampun, "Kami sungguh tidak sengaja dan juga Yan Siyi sendiri yang tidak mematuhi perintah kami untuk duduk diam di atas perahu!"

"Bagaimana bisa anak sekecil itu duduk diam, dia sama sekali tidak mengerti bahaya!" ucap Liang An yang kesal karena keempat bocah itu terus berdalih.

"Kakak senior tidak mengerti! Yan Siyi berkata dia akan patuh!" Wen Pang bersikukuh tidak ingin mengaku salah.

Nyonya Chu melemparkan cambuk petirnya, dia merasa kesal dan juga bosan mendengar omong kosong dari bocah-bocah nakal tersebut. Terlebih, dia sudah mendengar keseluruhan cerita dari bawahannya. Dan Nyonya Chu sendiri tidak ingin menyinggung keponakan dari selir pertama kerajaan yakni Yuan Deze.

Hubungan dengan selir pertama kaisar tidak boleh rusak hanya karena masalah sepeleh seperti ini.

"Xiao Ling!" Panggil Nyonya Chu kepada bawahan terpercayanya.

Xiao Ling menundukkan kepalanya menunggu perintah. "Ya, Nyonya!"

"Beri 30 pukulan papan kepada Dai Hui, Wen Pang, Yi Gui dan Tao Bao sebagai hukuman mereka sekarang, jangan biarkan mereka tidur nyenyak malam ini!" Perintah Nyonya Chu membuat keempat bocah nakal tersebut merinding, sedangkan Liang An meringis terhadap nasib malang bocah-bocah bau itu.

Namun, hukuman tersebut hampir seimbang dengan tingkat rasa sakit yang kini dirasakan oleh Yan Siyi.

Di sisi lain, Dai Hui yang dilarang masuk ke aula hukuman hanya bisa mengepalkan tangannya kesal, saat dirinya mendengar jeritan tangis sang adik yang mendapatkan hukuman dari Nyonya Chu.

Related chapters

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

    Last Updated : 2024-09-21
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

    Last Updated : 2024-09-23
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

    Last Updated : 2024-10-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Permaisuri yang ditinggalkan

    Mendapat pertanyaan dari Xiao Feng, Su Xia mengenal samar wanita yang bersama Yan Siyi. Itu adalah wanita kebanggaan negaranya tiga tahun yang lalu.Bagaimana mungkin Su Xia bisa lupa akan wanita itu. Seorang gadis bangsawan dari keluarga Jenderal Perang Utara Yan Cheng dan juga istri pertama Yang Mulia Kaisar yakni Yan Lingxin. Dulu wanita itu adalah perempuan yang sangat dihormati di Negara Xinzhuang. Semua gadis-gadis sangat iri dengan kecantikannya dan juga keberuntungan hidupnya yang sangat mulus.Namun, sejak kejadian tiga tahun yang lalu pujian kehormatan dan cinta kasih semua orang segera memudar. Yan Lingxin diduga telah membunuh pewaris Kaisar dengan sengaja.Saat itu terjadi kekacauan dan hari yang akan menjadi peringatan penting mengenai kelahiran naga kecil Kaisar, tiba-tiba menjadi hari kejatuhan yang menyedihkan.Su Xia melihat bagaimana Yan Lingxin yang baru saja melahirkan, dituduh membunuh anak Kaisar yang pada dasarnya merupakan anaknya sendiri. Wanita itu menangis

    Last Updated : 2025-01-01
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tamu yang tidak diharapkan

    Matahari telah naik dan udara dingin lambat laun menjadi hangat. Yan Siyi kini sibuk mengunyah kue beras dengan gembira, sedangkan di hadapannya. Nyonya Ling mengupas buah jeruk dengan perasaan senang. Mengetahui suasana hati Nyonya kesayangannya, Caicai menjadi bersemangat untuk membuat hidangan makan siang yakni bubur millet, acar asin dan jiaozi daging bebek. Kebetulan mereka baru saja membeli bebek di pasar dan sudah saatnya bebek tersebut dieksekusi dengan cepat. Sebab, jika dibiarkan begitu saja, daging bebek akan cepat membusuk. “Nyonya, tunggu di sini. Aku akan memasak makan siang. Anda bisa bersantai bersama Xiao Yi menikmati makanan ringan,” ucap Caicai mendapat persetujuan Nyonya Ling. “Ah… aku menunggu masakanmu Xiao Cai~.” Balas Nyonya Ling dengan suaranya yang lembut. Yan Siyi mendongak mendengar suara lembut Nyonya Ling. “Yiyi ingin bertemu Ibu,” kata Yan Siyi secara tiba-tiba. Mungkin karena sifat bergantung Yan Siyi yang kuat terhadap Bibi Mo, kini anak kecil itu

    Last Updated : 2025-01-02
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Omong Kosong Permaisuri Lan

    “Beraninya kamu budak rendahan!” Teriak Nyonya Ling saat melihat bekas tamparan di wajah Caicai. Mendengar suara tinggi dari Nyonya Ling, Bai Fu yang baru saja menampar dan mengancam Caicai mundur perlahan dan bersembunyi di balik punggung Permaisuri Lan. Permaisuri Lan tersenyum dengan mata ramah yang mana cukup membuat Nyonya Ling jijik saat melihatnya. “Apakah sopan santun telah hilang dari kehidupan Selir Yan?” tanya Permaisuri Lan yang melangkah perlahan mendekati Nyonya Ling. Nyonya Ling sendiri mengabaikan pertanyaan Permaisuri Lan dan dia sibuk melihat wajah terluka Caicai. Di dunia ini, tidak ada yang memihak dirinya kecuali pelayan kecilnya ini. Kebencian Nyonya Ling terhadap Permaisuri Lan semakin hari, semakin menumpuk. “Bukankah Yang Mulia sendiri yang tidak memiliki sopan santun dan juga etiket kerjaan?” Sindir Nyonya Ling melirik Permaisuri Lan yang kini tertawa hampa. “Tidak ada sejarahnya seorang Permaisuri datang ke pengasingan seorang selir yang berkhianat, ap

    Last Updated : 2025-01-03
  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Anak Pungut dari Sekte Quanzhen

    "Bibi Mo! Bibi Mo!"Seorang gadis muda berteriak dengan langkah yang tergesa-gesa menuju halaman belakang Sekte Quanzhen.Wanita yang disebut Bibi Mo adalah pelayan keluarga Klan Quan yaitu Mo Ji, mendengar teriakan dari gadis muda yang merupakan juniornya di dapur itu, Bibi Mo menghampirinya dengan wajah cemberut."Xiao Yu, kenapa kamu berteriak di kediaman Tuan besar Quan seperti itu? Apa kamu tidak takut mendapat hukuman cambuk?!" Bibi Mo Ji berkata dengan nada khawatir sekaligus tidak senang.Gadis yang bernama Xiao Yu, tersenyum malu dan menggaruk belakang kepalanya merasa bersalah. Namun, tidak lama kemudian Xiao Yu mengingat tujuan utamanya mencari Bibi Mo.Menarik ujung kain lengan baju Bibi Mo, Xiao Yu berkata, "aku menemukan bayi yang gemuk di depan gerbang sekte! Apa kau ingin melihatnya? Ah… maksudku, bisakah kita membawanya diam-diam masuk ke dalam sekte?"Bibi Mo melebarkan kedua matanya tidak percaya dengan perkataan Xiao Yu. Meletakkan centong sup di dalam kendi. Bibi

    Last Updated : 2024-02-18

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Omong Kosong Permaisuri Lan

    “Beraninya kamu budak rendahan!” Teriak Nyonya Ling saat melihat bekas tamparan di wajah Caicai. Mendengar suara tinggi dari Nyonya Ling, Bai Fu yang baru saja menampar dan mengancam Caicai mundur perlahan dan bersembunyi di balik punggung Permaisuri Lan. Permaisuri Lan tersenyum dengan mata ramah yang mana cukup membuat Nyonya Ling jijik saat melihatnya. “Apakah sopan santun telah hilang dari kehidupan Selir Yan?” tanya Permaisuri Lan yang melangkah perlahan mendekati Nyonya Ling. Nyonya Ling sendiri mengabaikan pertanyaan Permaisuri Lan dan dia sibuk melihat wajah terluka Caicai. Di dunia ini, tidak ada yang memihak dirinya kecuali pelayan kecilnya ini. Kebencian Nyonya Ling terhadap Permaisuri Lan semakin hari, semakin menumpuk. “Bukankah Yang Mulia sendiri yang tidak memiliki sopan santun dan juga etiket kerjaan?” Sindir Nyonya Ling melirik Permaisuri Lan yang kini tertawa hampa. “Tidak ada sejarahnya seorang Permaisuri datang ke pengasingan seorang selir yang berkhianat, ap

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tamu yang tidak diharapkan

    Matahari telah naik dan udara dingin lambat laun menjadi hangat. Yan Siyi kini sibuk mengunyah kue beras dengan gembira, sedangkan di hadapannya. Nyonya Ling mengupas buah jeruk dengan perasaan senang. Mengetahui suasana hati Nyonya kesayangannya, Caicai menjadi bersemangat untuk membuat hidangan makan siang yakni bubur millet, acar asin dan jiaozi daging bebek. Kebetulan mereka baru saja membeli bebek di pasar dan sudah saatnya bebek tersebut dieksekusi dengan cepat. Sebab, jika dibiarkan begitu saja, daging bebek akan cepat membusuk. “Nyonya, tunggu di sini. Aku akan memasak makan siang. Anda bisa bersantai bersama Xiao Yi menikmati makanan ringan,” ucap Caicai mendapat persetujuan Nyonya Ling. “Ah… aku menunggu masakanmu Xiao Cai~.” Balas Nyonya Ling dengan suaranya yang lembut. Yan Siyi mendongak mendengar suara lembut Nyonya Ling. “Yiyi ingin bertemu Ibu,” kata Yan Siyi secara tiba-tiba. Mungkin karena sifat bergantung Yan Siyi yang kuat terhadap Bibi Mo, kini anak kecil itu

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Permaisuri yang ditinggalkan

    Mendapat pertanyaan dari Xiao Feng, Su Xia mengenal samar wanita yang bersama Yan Siyi. Itu adalah wanita kebanggaan negaranya tiga tahun yang lalu.Bagaimana mungkin Su Xia bisa lupa akan wanita itu. Seorang gadis bangsawan dari keluarga Jenderal Perang Utara Yan Cheng dan juga istri pertama Yang Mulia Kaisar yakni Yan Lingxin. Dulu wanita itu adalah perempuan yang sangat dihormati di Negara Xinzhuang. Semua gadis-gadis sangat iri dengan kecantikannya dan juga keberuntungan hidupnya yang sangat mulus.Namun, sejak kejadian tiga tahun yang lalu pujian kehormatan dan cinta kasih semua orang segera memudar. Yan Lingxin diduga telah membunuh pewaris Kaisar dengan sengaja.Saat itu terjadi kekacauan dan hari yang akan menjadi peringatan penting mengenai kelahiran naga kecil Kaisar, tiba-tiba menjadi hari kejatuhan yang menyedihkan.Su Xia melihat bagaimana Yan Lingxin yang baru saja melahirkan, dituduh membunuh anak Kaisar yang pada dasarnya merupakan anaknya sendiri. Wanita itu menangis

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Berikan Setetes Darah

    Tidak ada yang mendengarkan teriakan dari Xiao Feng. Hu Meifeng menjulurkan lidahnya menatap Xiao Feng dengan wajah mengejek. Xiao Feng sendiri hanya menghembuskan napasnya kesal, ia mendongak dan mendecak. "Saudara Peng! Kau terlalu memanjakan Hu Meifeng." Su Xia menepuk pundak Xiao Feng dengan tatapan penuh pengertian. "Kau harus tahu bahwa Saudara Peng kita tidak akan pernah memihakmu," kata Su Xia berusaha menerima kenyataan. Peng Bingwen yang telah menyetujui ide Hu Meifeng bersedia menyumbangkan setetes darahnya di atas kertas jimat milik Hu Meifeng, yang mana telah siap dengan array-nya. Hu Meifeng tengah bersiap dan saat tetesan darah dari Peng Bingwen jatuh di atas kerta putih bersih Hu Meifeng, cahaya terang muncul dan menyedot keempat murid dari Quanzhen tersebut masuk ke sebuah portal cahaya yang sangat menyilaukan. Mata Xiao Feng sangat perih dan ketika dia membuka matanya, hidungnya merasakan banyak debu yang mengganggu pernapasannya. "Uhukk!" "Sial! Hu Meifeng, ka

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bantuan dari Kakak Senior

    Bibi Mo dan Xiao Yu telah mencari keseluruh tempat yang mungkin saja membuat mereka dapat menemukan keberadaan Yan Siyi. Keduanya penuh dengan keringat dan juga perubahan suasana hati mereka pun menjadi turun drastis. Matahari telah naik sedikit demi sedikit ke atas langit dan beberapa orang yang ikut campur dalam kekacauan telah lama bubar dan menyisakan beberapa hal yang berantakan di pasar. Telah memasuki waktu Sishi di mana merupakan waktu produktif bekerja bagi Bibi Mo dan Xiao Yu untuk kembali ke Sekte Quanzhen. Keduanya perlu menyiapkan makanan bagi para orang-orang di sekte. Akan tetapi, mereka kehilangan sosok kecil yang berharga. "Bibi Mo, bagaimana kita bisa kembali jika Yan Siyi masih belum ditemukan?" Xiao Yu meremas pakaiannya dengan cemas. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Bibi Mo. Bibi Mo sendiri menarik napas dengan berat dan mulai melepaskan tangan Xiao Yu yang meremas baju. "Kita harus segera kembali dan meminta bantuan Nyonya Chu secepatnya." Dan tanpa

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Bola Ketan yang Malang

    "Yang Mulia, sepertinya ada kekacauan yang terjadi di sana!" seru seorang gadis muda dengan pakaian sederhana yang agak tua dan menguning kepada wanita yang berusia dua puluh tahunan lebih itu dengan wajah agak cemas. Wanita yang dipanggil Yang Mulia oleh pelayannya tersebut, mengeluarkan suara bisikan lembut untuk menghentikan pelayan setianya memanggil dirinya Yang Mulia di tempat ramai seperti pasar ini. "Caicai… berapa kali harus kuberitahu untuk berhenti memanggilku Yang Mulia. Itu akan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu," tegur wanita itu yang masih sibuk berjalan menjauh dari kekacauan yang terjadi. Pelayan yang dipanggil Caicai itu segera mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti. Dia selalu terbawa suasana ketika dirinya dilanda kecemasan. "Maafkan kecerobohan Caicai yang bodoh ini Nyonya Ling," Caicai segera menunduk malu. Nyonya Ling menepuk pundak pelayannya dengan lembut, "tidak masalah, kali ini aku maafkan. Namun…." Nyonya Ling menekankan nadanya dengan p

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Pasar yang Kacau

    Ketika Wan Peng, Dai Fang, Yi Gui dan Tao Bao telah dihukum dengan tiga puluh kali hukuman papan, langit telah gelap.Pukulan papan cukup untuk keempat bocah nakal tersebut merenungkan diri dan memberikan pelajaran bagi mereka agar tidak membuat masalah yang sama di kemudian hari.Yan Siyi sendiri telah dipindahkan ke rumah Bibi Mo, terletak tidak jauh dari dapur keluarga sekte Quanzhen.Bibi Mo dan Xiao Yu bergantian menjaga Yan Siyi yang saat ini tengah demam tinggi. Bocah kecil berkulit putih dengan kelembutan seperti beras ketan, kini berbaring kesakitan.Bibi Mo tidak henti-hentinya menyeka keringat dingin yang muncul di dahi Yan Siyi kecil dengan kasih sayang.Sedangkan Xiao Yu sedang memanaskan air untuk menyeka tubuh Yan Siyi.Beberapa menit kemudian, ketika langit benar-benar telah kehilangan cahaya bintang. Yan Siyi terbangun, tangan kecilnya mengapai-gapai kosong ke atas. Lalu rengekan kecil membangunkan Bibi Mo dari tidurnya."Ibu… Ibu!" Yan Siyi memangil Bibi Mo yang saat

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Hukuman Menyakitkan

    Duan Delun mendapatkan informasi buruk, rencana sederhana yang telah dibuatnya gagal total karena senior seperguruannya yakni Yuan Deze.Bocah kecil itu menggigit kulit atas ibu jari kanannya gugup. Teman-teman bodohnya sangat tidak bisa diandalkan.Dai Fang yang Duan Delun pikir akan menjadi seseorang yang bisa menjaga rahasia, ternyata memiliki mulut yang besar untuk mengaku!Keempat teman bodohnya tersebut, Tao Bao, Dai Fang, Wen Pang dan Yi Gui saat ini tengah diseret menuju aula hukuman khusus Nyonya Chu.Saat ini, Nyonya Chu sendiri sedang bersantai sambil menikmati teh hijau buah persik terbaru merasa terusik. Ketika salah satu pelayannya mendatangi dirinya dan membisikan masalah kecil yang terjadi di sekte milik suaminya tersebut dengan nada rendah.Mengusap kerutan di dahinya yang muncul karena acara bersantainya diganggu oleh bocah-bocah nakal dari sekte Quanzhen. Nyonya Chu meminta rantai petirnya, bukan untuk menghukum. Namun, lebih terkesan untuk menakut-nakuti anak-anak

  • Pendekar Pedang Arwah Suci   Tidak Mudah Lolos dari Tuan Muda Yuan

    Bibi Mo berlari dengan cemas, bahkan dia tidak peduli jika kakinya tidak mengenakan alas kaki. Bibi Mo yang terkenal dengan sifat tenangnya kini berlari tergesa-gesa menuju kamar Tuan Muda Yuan Deze.Banyak hal-hal buruk terlintas dibenaknya. Ketika melihat banyak siswa bela diri pedang Quanzhen berkumpul di depan pintu kamar Yuan Deze. Bibi Mo segera berteriak dengan nada sedih."Xiao Yi! Di mana Yiyiku!" teriak Bibi Mo yang menyingkirkan beberapa murid sekte Quanzhen yang menghalangi jalannya.Beberapa siswa segera memberi jalan dan ketika Ling An membuka pintu kamar Yuan Deze dari dalam. Bibi Mo melihat wajah putih kecil Yan Siyi yang pucat di atas tempat tidur. Tuan Muda Yuan yang berdiri di sisi tempat tidur memberi tatapan iba kepada Bibi Mo.Setelah Tabib memeriksa Yan Siyi, Bibi Mo mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. "Bagaimana keadaannya? Apakah Yiyi kecilku baik-baik saja?" Bibi Mo mencengkeram lengan baju tabib tersebut dengan wajah khawatir.Tabib itu tersenyum lembut d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status