"Hmmm ... Kanda Prabu ... aku menemui mu ini tidak lain hanya untuk menyampaikan sebuah pesan, bukan untuk yang lain."
Mendapat jawaban seperti itu dari Permaisurinya Prabu Jayantaka nampak tidak membalas, dia terlihat kembali memasang muka memelas dan mengiba pada Istrinya itu agar supaya bersedia untuk dia sentuh. Sementara itu meskipun tidak dijelaskan namun sepertinya Ratu Danuardara sudah bisa memahami dengan apa yang jadi keinginan dari suaminya itu.
"Sudahlah Kanda Prabu, sudah habis masanya kita melakukan hubungan layaknya suami istri, bukankah kemaren malam kita baru saja melakukanya?" tanya Ratu Danuardara dalam mimpi Prabu Jayantaka berlanjut.
"Tolong Dinda Danuardara ... penuhi permintaan suamimu ini," jawab Prabu Jayant
"Terus rencana pembunuhan terhadap Gusti Prabu untuk kali ini masih belum berhasil, karena memang yang melakukan hanya seorang Selir yang ruang geraknya sangat terbatas," ujar Dipasena yang tiba-tiba langsung dipotong oleh Pangeran Cayapata dengan sebuah pertanyaan."Terus kalau bukan para Selir memangnya mau siapa Paman ...?" lanjut tanya Pangeran Cayapata."Lha inilah pertanyaan inti yang aku tunggu-tunggu ... jadi gini Nanda Pangeran, menurutku ... orang yang paling tepat untuk memasukkan racun itu tidak lain adalah Nanda Pangeran sendiri, dan inilah jawabannya kenapa kok mulai saat ini Nanda Pangeran harus bisa bersikap baik dan sopan kepada Gusti Prabu Jayantaka? Dan selain itu Nanda Pangeran juga harus terus berusaha untuk lebih bisa akrab lagi dengan beliau, karena dengan begitu ketika nanti Nanda Pangeran masuk ke ruang makannya sudah tidak ada lagi orang yang curiga termasuk Gusti Prabu sendiri," ujar Dipasena menyudahi penjelasannya.Sesaat setelah men
Salam ... rampes ... uhuk, uhuk, uhuk!" balas sang Pangeran sambil terbatuk-batuk, dan sontak saja makanan yang masih ada di dalam mulutnya pun akhirnya berhamburan keluar, lalu betapa kagetnya Pangeran Cayapata begitu dia mendongakkan kepala tiba-tiba dihadapannya sudah berdiri sosok Ayahandanya bersama dengan perempuan yang sangat dia kagumi."Oh, kamu lagi makan to? Ya sudah lanjutkan dulu," ujar Prabu Jayantaka sambil kembali melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan lain.Pangeran Cayapata tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia nampak hanya menyeka mulutnya yang masih belepotan dengan sisa-sisa makanan.Sementara itu Ratu Manika terlihat berjalan dengan menggandeng tangan suaminya itu. Melihat itu jantung Pangeran Cayapata pun langsung berdegup dengan keras, jujur itu adalah sebuah pemandangan yang sangat tidak dia sukai, melihat wanita yang sangat dia idam-idamkan berjalan beriringan dengan Ayahandanya, dan Ratu Manika sendiri sepertinya juga sengaja meman
Tangan kanan Tiong Seng tepat memegang bagian tengah tongkat saktinya itu dan kemudian dengan melakukan gerakan salto Tiong Seng pun langsung menjatuhkan tubuhnya dengan posisi dua kaki sedikit menyilang dan ditekuk layaknya orang sedang melakukan jongkok. "Haep jiak ...!" seru Tiong Seng sambil mendaratkan kakinya ke tanah. Dan tidak lama kemudian dua ular jadi-jadian milik dua pendekar dari Hindustan itu mulai menyerang Tiong Seng dengan menyemburkan bisanya. Wuss ... wuss ...! Bisa ular jadi-jadian itu ternyata berupa percikan-percikan api, lalu dengan gerakan yang tidak kalah cepat sebelum sampai semburan bisa api itu menyambar tubuhnya, Tiong Seng pun langsung melompat sambil mengacungkan tongkat saktinya itu ke depan. "Hiiiat ... jiak ...!" Teriak Tiong Seng dengan suara yang sangat keras. Dan tidak kalah aneh, sama halnya dengan ular jadi-jadian milik dua pendekar dari Hindustan tadi, tiba-tiba tongkat milik Tiong Seng pun m
Dengan terbunuhnya dua pendekar dari negeri Hindustan itu, kini para peserta sayembara mencari mayat sakti tinggal menyisakan Tiong Seng, dua pendekar dari tanah Arab dan satu pendekar asli dari pribumi yaitu Ranggawuni. Dan untuk sekedar diketahui bahwa sebenarnya sebelum terjadinya pertarungan antara Tiong Seng melawan si Tompel dan Jenggot kelabang dari Hindustan tadi sesungguhnya juga sudah terjadi pertikaian antara tiga kubu Pendekar yakni kubu Tiong Seng Pendekar dari daratan China, lalu kubu dua Pendekar dari bumi Hindustan yaitu mendiang si Tompel dan Jenggot kelabang dan yang terakhir adalah kubunya dua Pendekar dari tanah Arab yang mendapatkan julukan si Abud dan si Badui.Dalam pertikaian itu nampak si Abud dan si Badui berhasil mempecundangi si Tompel, Jenggot kelabang dan Tiong Seng. Lalu sebelum meninggalkan mereka bertiga ternyata si Abud dan si Badui telah membuat sebuah kesepakatan yang mirip seperti sebuah sayembara juga, yaitu bagi siapa yang berhasil kelua
"Astaga! Apa ini?" ujar Badui sambil menggeser posisi duduknya mundur ke belakang, dan karena saking terkejutnya tidak sengaja Badui itu mendorong tubuh Abud yang memang berada di belakangnya."Aduh!" teriak Abud kesaktian, karena secara tidak sengaja kaki kanannya Badui menginjak telapak tangannya si Abud.Sebagai Pendekar yang memang memiliki ilmu kesaktian yang cukup tinggi nampak Abud dan Badui langsung segera tanggap kalau ternyata di dalam Goa itu ada makhluk lain selain dirinya. Lalu kemudian Badui mencolek lengan sahabatnya itu sebagai isyarat untuk memberi tahu. Lalu dengan bersamaan dua Pendekar berjubah hitam itu langsung mendongakkan kepalanya, dan betapa terkejutnya Abud dan Badui disaat mereka mendongakkan kepalanya itu tiba-tiba dua mata mereka langsung melihat dua sorot mata yang berwarna merah menyala, dan rasa terkejutnya itu semakin lengkap manakala makhluk yang memiliki sorot mata merah itu mengeluarkan suara Auman yang sangat keras dan menggetarkan
Namun nampaknya naas bagi Abud dan Badui, sebelum benar-benar tubuhnya dilepaskan oleh dua Pendekar yang telah mempermainkannya tiba-tiba siluman harimau putih yang baru saja mendapatkan suplai tenaga dari Eyang Reksa Jagat nampak menarik kaki depannya, lalu dengan gerakan yang sangat super cepat kilat tiba-tiba kuku-kuku tajam sang siluman meraih jubah milik Abud dan Badui dan kemudian digulung-gulungnya tubuh dua lawannya itu dengan jubah mereka masing-masing yang memang memiliki ukuran lebar yang sangat super, dan selanjutnya setelah benar-benar dua lawannya itu sudah tidak berkutik lagi akhirnya siluman harimau putih itu langsung melemparkan tubuh Abud dan Badui ke bawah.Whuss ... "Ooah ...!"Whuss ... "Ooah ...!"Teriak Abud dan Badui bersamaan dengan tubuhnya yang terpelanting meluncur ke bawah.Bruaks ... "Ooaah ...!"Bruaks ... "Ooaah ...!"Kembali dua Pendekar berjubah hitam itu berteriak kesaktian, lalu tubuh dua Pendekar berjubah
Sementara itu begitu melihat siluman harimau itu berhasil menewaskan Abud, nampak Tiong Seng yang sejak tadi terus mengawasi jalannya pertarungan itu, nampaknya juga tidak ingin kehilangan saat yang sudah sangat dia tunggu-tunggu, dan selagi siluman harimau putih itu masih merayakan kemenangannya dengan cara meraung-raung dan mendongakkan kepalanya, tiba-tiba Tiong Seng mengambil sepuluh jarum sekaligus.Kemudian dengan keahlian khusus yang dia miliki Tiong Seng langsung melemparkan jarum-jarum beracun itu ke arah siluman harimau."Hep, hiak!" seru Tiong Seng dengan suara lirih karena memang agak dia tahan.Whuss ...! Cep, cep, cep!"Seluruh jarum beracun itu berterbangan dengan sangat cepat, melesat menembus dibeberapa bagian tubuh sang siluman, dua tepat mengenai di bagian mata, sedangkan sisanya menembus di bagian leher dan dada.Siluman harimau yang sedari tadi meraung-raung dengan suara garangnya itu, seketika langsung terdiam dan tidak terden
Tiong Seng rupanya masih ragu untuk masuk ke dalam Goa malam itu, dia khawatir dengan suasana dalam Goa yang terlihat pekat, "jangan-jangan nanti ada hewan buas lain atau ada hewan melata yang tinggal di dalamnya," begitulah kira-kira isi keraguan dari diri Tiong Seng.Sementara itu diluar nampak suasana terlihat makin gelap, itu dikarenakan langit yang semula cerah kini telah tertutup awan yang mulai datang bergulung-gulung, dan memang sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun, ditambah lagi kabut pegunungan juga terlihat begitu tebal menyelimuti seluruh wilayah itu, sehingga makin memperkuat suasana angker di Pegunungan Argapura.Lalu setelah tidak menemukan orang yang telah membunuh Siluman harimau putih itu, akhirnya Biswara pun menyudahi ilmu Ngrogo Sukmo nya tersebut, dengan gerakan yang sangat cepat Sukma Biswara bergerak kembali menuju ke tubuhnya, dan begitu Sukma Biswara telah kembali menyatu dengan jasadnya hujan pun turun dengan sangat deras, bahka
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k