Sementara itu begitu melihat siluman harimau itu berhasil menewaskan Abud, nampak Tiong Seng yang sejak tadi terus mengawasi jalannya pertarungan itu, nampaknya juga tidak ingin kehilangan saat yang sudah sangat dia tunggu-tunggu, dan selagi siluman harimau putih itu masih merayakan kemenangannya dengan cara meraung-raung dan mendongakkan kepalanya, tiba-tiba Tiong Seng mengambil sepuluh jarum sekaligus.
Kemudian dengan keahlian khusus yang dia miliki Tiong Seng langsung melemparkan jarum-jarum beracun itu ke arah siluman harimau.
"Hep, hiak!" seru Tiong Seng dengan suara lirih karena memang agak dia tahan.
Whuss ...! Cep, cep, cep!"
Seluruh jarum beracun itu berterbangan dengan sangat cepat, melesat menembus dibeberapa bagian tubuh sang siluman, dua tepat mengenai di bagian mata, sedangkan sisanya menembus di bagian leher dan dada.
Siluman harimau yang sedari tadi meraung-raung dengan suara garangnya itu, seketika langsung terdiam dan tidak terden
Tiong Seng rupanya masih ragu untuk masuk ke dalam Goa malam itu, dia khawatir dengan suasana dalam Goa yang terlihat pekat, "jangan-jangan nanti ada hewan buas lain atau ada hewan melata yang tinggal di dalamnya," begitulah kira-kira isi keraguan dari diri Tiong Seng.Sementara itu diluar nampak suasana terlihat makin gelap, itu dikarenakan langit yang semula cerah kini telah tertutup awan yang mulai datang bergulung-gulung, dan memang sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun, ditambah lagi kabut pegunungan juga terlihat begitu tebal menyelimuti seluruh wilayah itu, sehingga makin memperkuat suasana angker di Pegunungan Argapura.Lalu setelah tidak menemukan orang yang telah membunuh Siluman harimau putih itu, akhirnya Biswara pun menyudahi ilmu Ngrogo Sukmo nya tersebut, dengan gerakan yang sangat cepat Sukma Biswara bergerak kembali menuju ke tubuhnya, dan begitu Sukma Biswara telah kembali menyatu dengan jasadnya hujan pun turun dengan sangat deras, bahka
"Oh, rupanya Goa ini memiliki banyak sekali tikungan, sungguh-sungguh tempat yang tidak mudah untuk dilewati." Akhirnya setelah berhasil melewati tikungan yang ketiga Tiong Seng mulai melihat ada cahaya putih kebiruan yang berasal dari jasad Eyang Reksa itu, lalu sesaat Tiong Seng terlihat menghentikan langkahnya. "Oh ... cahaya apakah itu? Apakah Goa ini memiliki tembusan jalan keluar di telah sampai di ujung? Dan cahaya terang itu adalah sinar mentari pagi? Lantas di mana mayat sakti itu berada?" tanya Tiong Seng nampak merasa heran. Lalu setelah tertegun beberapa saat pendekar asing itu kembali meneruskan langkahnya, dan betapa terkejutnya Tiong Seng manakala dia telah sampai di sebuah ruangan Goa yang cukup luas itu, dua mata sipit yang terlihat sulit untuk dibuka itu nampak langsung terbelalak begitu melihat sebujur jasad yang tergeletak di atas sebuah batu lempengan yang mirip menyerupai sebuah meja. "Oh ... inikah mayat sakti itu ...?" ujar Tio
Sementara itu Ranggawuni yang juga sudah memiliki kekuatan batu Mustika Pager Rogo juga langsung menggebrak kudanya untuk menyusul Tiong Seng, meskipun hanya mengandalkan perkiraannya tapi nyatanya itu memang sudah tepat.'Sebaiknya aku harus segera melaju ke pantai utara, sebelum nanti pendekar asing itu berhasil kabur membawa mayat sakti itu dengan kapalnya,' ujar Ranggawuni dalam hati.Lalu Ranggawuni pun langsung menggebrak kudanya itu dengan sangat cepat."Heya, heya, heya ...!"Ketoprak, ketoprak, ketoprak ....Kuda Ranggawuni nampak lari dengan sangat cepat tidak seperti biasanya, dan Ranggawuni sendiri nampaknya juga merasakannya itu.'Ini pasti akibat dari kekuatan batu Mustika Pager Rogo pemberian Tuan Biswara tadi, tapi aku memang harus segera bisa menyusul pendekar asing itu, karena kalau sampai terlambat maka perjuanganku beberapa hari ini akan berakhir dengan sia-sia,' gumam Ranggawuni dengan tubuh yang masih terguncang-guncang
"Sudahlah Tuan ...! Serahkan mayat sakti itu kepadaku ...! Mayat itu sangat berbahaya untuk Tuan ...! Salah-salah Tuan sendiri dibuat celaka olehnya ...! Karena Tuan memang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi pemilik mayat sakti itu," ujar Ranggawuni terkesan meremehkan meskipun sebenarnya itu adalah sebuah ungkapan yang benar.Mendengar penuturan Ranggawuni seperti itu Tiong Seng makin bertambah jengkel karena merasa direndahkan. Lalu dengan kekuatan yang dia dapatkan dari mayat sakti yang sekarang sudah ada di gendongannya itu Tiong Seng nampak ingin kembali menyusun serangan yang lebih besar lagi.Dengan segera Pendekar asing itu melakukan gerakan salto ke belakang hingga beberapa langkah, lalu setelah berada di posisi yang dirasa pas, Tiong Seng langsung menyilang kan dua telapak tangannya itu ke dada, dengan mulut yang terlihat komat-kamit Pendekar asing itu sepertinya ingin mengeluarkan Ajian Topan Segoro.Ajian Topan Segoro adalah merupakan
Namun suasana tenang itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba dari dua arah yang berlawanan itu, yakni tepat dari arah Ranggawuni dan Tiong Seng melesat tadi, kini mulai kembali terlihat ada dua buah titik terang yang memiliki warna kuning ke merah-merahan terlihat sedang meluncur menuju ke arah yang sama.Semakin lama dua titik itu semakin terlihat jelas, dan begitu mulai terlihat ternyata Ranggawuni kini telah berubah wujud menjadi seekor naga api, sedangkan Tiong Seng berubah menjadi seekor banteng yang memiliki sayap dan juga tanduk api dengan mayat sakti masih tetap berada di atas punggungnya.Perubahan wujud itu sebenarnya tergantung keinginan dari masing-masing mereka berdua, hewan apa yang memang jadi obsesi mereka? Maka itulah yang akan jadi jelmaan dari diri mereka masing-masing. Dan sepertinya kali ini kedua makhluk jadi-jadian itu terlihat benar-benar telah mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk segera mengeluarkan serangan pamungkasnya.L
"Apakah yang kamu bawa itu Kakang?" tanya Gayatri sambil menatap wajah suaminya itu."Inilah mayat sakti itu Gayatri," balas Ranggawuni sambil memegangi peti yang menyerupai sarung pedang itu."Lha terus mayat saktinya itu mana Kakang ...?" sahut tanya Gayatri terlihat sudah sangat penasaran."Ada di dalam peti ini istriku ..." balas Ranggawuni. Lalu Ranggawuni pun membuka tutup peti tersebut perlahan-lahan, dan begitu terbuka nampak lah oleh Gayatri sesosok mayat seorang kakek dengan tampilan rambut, kumis, jenggot yang panjang dan juga berwarna putih.Melihat itu perwujudan mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu Gayatri pun langsung terkejut hingga secara refleks istri Ranggawuni itu melompat mundur ke belakang."Makhluk aneh apa ini Kakang ...?! Aku takut ..." ujar Gayatri sambil berjalan menjauh ke sudut ruangan rumahnya. Melihat istrinya ketakutan seperti itu Ranggawuni pun segera menutup kembali peti mayat sakti tersebut. Lalu setelah itu Pendekar
"Memang saat ini saya masih menjadi wakil Patih kerajaan Karsa ... tapi sepertinya kalau aku harus segera bersikap, pasti mau gak mau aku harus segera berhenti dari tugasku ini," terang Adhinata. Lalu merasa masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh sang majikan akhirnya Karsa pun meminta supaya Adhinata untuk menjelaskan."Stop Gusti! Tolong jangan bicara membingungkan seperti itu, jadi tolong sekarang Gusti terangkan dulu dengan jelas. Apa yang sebenarnya Gusti Adhinata maksudkan? Jujur saya dari tadi tidak mudeng sama sekali dengan perkataan Gusti Adhinata," ujar Karsa dengan lugunya."Begini lho Karsa ... kamu sudah mendengar berita mengenai mayat sakti itu belum?" tanya Adhinata."Mayat sakti untuk sayembara itu to maksud Gusti Adhinata?" tanya Karsa memperjelas."Yah benar," sahut Adhinata sambil mengangguk."Terus kenapa dengan mayat sakti itu Gusti? Apa hubungannya dengan Gusti?" tanya Karsa berlanjut."Oh ... jadi kamu memang belu
"Ampun Gusti, sepertinya kalau sekedar pendekar sakti, menurut hamba itu masih banyak yang mau beradu kekuatan untuk meminta agar Ranggawuni bersedia menyerahkan mayat sakti itu, dan menurut hamba akan lebih baik jika yang meminta salah satu pendekar itu adalah Gusti Prabu sendiri, karena menurut hamba keberadaan mayat sakti itu sampai saat ini pun masih terus diburu oleh para peminatnya, baik itu yang sekedar ingin mendapatkan hadiah dengan ikut sayembara, ataupun yang berstatus sama seperti Ranggawuni, yaitu sama-sama ingin memiliki mayat sakti itu," ujar Adhinata menyampaikan pendapatnya.Kemudian dari penuturan yang disampaikan oleh Adhinata tersebut, terkesan kalau dirinya itu sedang memberikan sebuah cara yang semestinya dilakukan Gusti Prabu untuk menentukan langkah selanjutnya, karena dengan begitu maka tidak akan terkesan kalau dia itu menolak titah sang prabu secara terang-terangan, meskipun toh pada dasarnya dia memang sedang berusaha cari cara untuk bisa menghinda