"Sudahlah Tuan ...! Serahkan mayat sakti itu kepadaku ...! Mayat itu sangat berbahaya untuk Tuan ...! Salah-salah Tuan sendiri dibuat celaka olehnya ...! Karena Tuan memang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi pemilik mayat sakti itu," ujar Ranggawuni terkesan meremehkan meskipun sebenarnya itu adalah sebuah ungkapan yang benar.
Mendengar penuturan Ranggawuni seperti itu Tiong Seng makin bertambah jengkel karena merasa direndahkan. Lalu dengan kekuatan yang dia dapatkan dari mayat sakti yang sekarang sudah ada di gendongannya itu Tiong Seng nampak ingin kembali menyusun serangan yang lebih besar lagi.
Dengan segera Pendekar asing itu melakukan gerakan salto ke belakang hingga beberapa langkah, lalu setelah berada di posisi yang dirasa pas, Tiong Seng langsung menyilang kan dua telapak tangannya itu ke dada, dengan mulut yang terlihat komat-kamit Pendekar asing itu sepertinya ingin mengeluarkan Ajian Topan Segoro.
Ajian Topan Segoro adalah merupakan
Namun suasana tenang itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba dari dua arah yang berlawanan itu, yakni tepat dari arah Ranggawuni dan Tiong Seng melesat tadi, kini mulai kembali terlihat ada dua buah titik terang yang memiliki warna kuning ke merah-merahan terlihat sedang meluncur menuju ke arah yang sama.Semakin lama dua titik itu semakin terlihat jelas, dan begitu mulai terlihat ternyata Ranggawuni kini telah berubah wujud menjadi seekor naga api, sedangkan Tiong Seng berubah menjadi seekor banteng yang memiliki sayap dan juga tanduk api dengan mayat sakti masih tetap berada di atas punggungnya.Perubahan wujud itu sebenarnya tergantung keinginan dari masing-masing mereka berdua, hewan apa yang memang jadi obsesi mereka? Maka itulah yang akan jadi jelmaan dari diri mereka masing-masing. Dan sepertinya kali ini kedua makhluk jadi-jadian itu terlihat benar-benar telah mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk segera mengeluarkan serangan pamungkasnya.L
"Apakah yang kamu bawa itu Kakang?" tanya Gayatri sambil menatap wajah suaminya itu."Inilah mayat sakti itu Gayatri," balas Ranggawuni sambil memegangi peti yang menyerupai sarung pedang itu."Lha terus mayat saktinya itu mana Kakang ...?" sahut tanya Gayatri terlihat sudah sangat penasaran."Ada di dalam peti ini istriku ..." balas Ranggawuni. Lalu Ranggawuni pun membuka tutup peti tersebut perlahan-lahan, dan begitu terbuka nampak lah oleh Gayatri sesosok mayat seorang kakek dengan tampilan rambut, kumis, jenggot yang panjang dan juga berwarna putih.Melihat itu perwujudan mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu Gayatri pun langsung terkejut hingga secara refleks istri Ranggawuni itu melompat mundur ke belakang."Makhluk aneh apa ini Kakang ...?! Aku takut ..." ujar Gayatri sambil berjalan menjauh ke sudut ruangan rumahnya. Melihat istrinya ketakutan seperti itu Ranggawuni pun segera menutup kembali peti mayat sakti tersebut. Lalu setelah itu Pendekar
"Memang saat ini saya masih menjadi wakil Patih kerajaan Karsa ... tapi sepertinya kalau aku harus segera bersikap, pasti mau gak mau aku harus segera berhenti dari tugasku ini," terang Adhinata. Lalu merasa masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh sang majikan akhirnya Karsa pun meminta supaya Adhinata untuk menjelaskan."Stop Gusti! Tolong jangan bicara membingungkan seperti itu, jadi tolong sekarang Gusti terangkan dulu dengan jelas. Apa yang sebenarnya Gusti Adhinata maksudkan? Jujur saya dari tadi tidak mudeng sama sekali dengan perkataan Gusti Adhinata," ujar Karsa dengan lugunya."Begini lho Karsa ... kamu sudah mendengar berita mengenai mayat sakti itu belum?" tanya Adhinata."Mayat sakti untuk sayembara itu to maksud Gusti Adhinata?" tanya Karsa memperjelas."Yah benar," sahut Adhinata sambil mengangguk."Terus kenapa dengan mayat sakti itu Gusti? Apa hubungannya dengan Gusti?" tanya Karsa berlanjut."Oh ... jadi kamu memang belu
"Ampun Gusti, sepertinya kalau sekedar pendekar sakti, menurut hamba itu masih banyak yang mau beradu kekuatan untuk meminta agar Ranggawuni bersedia menyerahkan mayat sakti itu, dan menurut hamba akan lebih baik jika yang meminta salah satu pendekar itu adalah Gusti Prabu sendiri, karena menurut hamba keberadaan mayat sakti itu sampai saat ini pun masih terus diburu oleh para peminatnya, baik itu yang sekedar ingin mendapatkan hadiah dengan ikut sayembara, ataupun yang berstatus sama seperti Ranggawuni, yaitu sama-sama ingin memiliki mayat sakti itu," ujar Adhinata menyampaikan pendapatnya.Kemudian dari penuturan yang disampaikan oleh Adhinata tersebut, terkesan kalau dirinya itu sedang memberikan sebuah cara yang semestinya dilakukan Gusti Prabu untuk menentukan langkah selanjutnya, karena dengan begitu maka tidak akan terkesan kalau dia itu menolak titah sang prabu secara terang-terangan, meskipun toh pada dasarnya dia memang sedang berusaha cari cara untuk bisa menghinda
Kembali berbicara tentang Dewi Sunti dan Jakawulung, meskipun toh diawal pertemuan mereka berdua pernah saling bertarung, tapi sebenarnya Jakawulung sendiri memang sudah menaruh hati pada Dewi Sunti yang kala itu masih memiliki suami yakni Calapati, dan setelah Calapati tewas di pelataran Goa tempat mayat sakti itu berada, ternyata Jakawulung yang juga seorang duda mengetahui kalau Dewi Sunti kini telah berstatus janda. Seolah tidak ingin didahului oleh orang lain, makanya Jakawulung pun terus berusaha mendekati Dewi Sunti. Karena semua orang juga pada tahu kalau Dewi Sunti itu adalah pendekar perempuan yang memiliki wajah yang sangat cantik, jadi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Jakawulung itu tidaklah sesuatu yang berlebih apalagi kalau dianggap sebagai lelaki yang mata keranjang, itu tidak benar sekali. Dan meskipun diawal sempat menolak namun se
"Maaf sebelumnya Kakang? Apabila cara yang aku usulkan ini nanti akan membuat Kakang Jakawulung kaget," ujar Dewi Sunti balik menatap mata suaminya itu."Katakanlah istriku, apapun itu dan bagaimana pun caranya asal mayat sakti itu bisa jadi milik kita maka aku pun akan rela untuk melakukannya," balas Jakawulung dengan sangat yakin, seolah berusaha menepis keraguannya sang istri."Begini Kakang ... hufh ...!" ucap Dewi Sunti sambil menghela nafas, dan terlihat Jakawulung mengangguk pelan sebagai isyarat mempersilahkan."Aku berpendapat bagaimana kalau Ranggawuni itu kita rusak kehidupan rumah tangganya, kita buat dia menderita batinnya," ujar Dewi Sunti terdengar masih belum bisa dimengerti oleh Jakawulung."Maksud kamu dibuat menderita batinnya itu bagaima
Sementara itu apa yang telah direncanakan oleh Jakawulung dan Dewi Sunti sepertinya memang sudah benar dan tepat, di karenakan hari itu adalah hari dimana para murid padepokan silat milik Ranggawuni itu melakukan berburu hewan untuk dijadikan sebagai bahan lauk makanan keluarga Ranggawuni dan seluruh para anak muridnya."Guru, kami mohon pamit untuk berangkat berburu," ucap salah murid Ranggawuni berpamitan."Baiklah Santa, ada berapa anak yang bertugas berburu hari ini?" tanya Ranggawuni."Sepuluh Guru," jawab Santa sang murid."Ya sudah, cari buruan rusa dan sejenisnya pokok usahakan tidak membawa pulang babi hutan," pesan Ranggawuni."Baik Guru, karena kita sendiri juga tidak begitu suka sama daging babi hutan," sahut sang murid seraya beranjak pergi.Lalu begitu kesepuluh murid Ranggawuni itu telah berangkat ke hutan maka tanpa mereka sadari bahwa dari balik sebuah bukit kecil yang berada tidak jauh dari padepokan Ranggawuni itu nampak J
Tidak butuh waktu yang lama akhirnya murid Ranggawuni itupun langsung sampai di padepokan dan selanjutnya dia langsung menemui gurunya yang terlihat sedang melatih para murid-muridnya yang lain yang tidak ikut berburu."Guru, guru!" seru murid yang bernama Jajang itu dengan tergopoh-gopoh dan juga nafas yang tersengal-sengal."Ada apa Jajang? Ada apa? Kenapa kamu seperti ketakutan seperti itu? Dimana teman-temanmu?" tanya Ranggawuni nampak juga terlihat terkejut melihat kedatangan muridnya itu."Tenanglah Jajang, ceritakan apa yang telah terjadi?" lanjut tanya Ranggawuni sambil memegangi kedua pundak muridnya itu."Ada Pendekar bertopeng yang menantang Guru, dia tadi menyergap saya dan teman-teman semua," jawab Jajang dengan suara yang masih terputus-putus."Pendekar bertopeng menantang ku? Siapa dia? Aku merasa tidak punya musuh Pendekar bertopeng?" ujar Ranggawuni sambil mengerenyitkan dahi dan berusaha mengingat-ingat orang-orang yang pernah ber