Kembali berbicara tentang Dewi Sunti dan Jakawulung, meskipun toh diawal pertemuan mereka berdua pernah saling bertarung, tapi sebenarnya Jakawulung sendiri memang sudah menaruh hati pada Dewi Sunti yang kala itu masih memiliki suami yakni Calapati, dan setelah Calapati tewas di pelataran Goa tempat mayat sakti itu berada, ternyata Jakawulung yang juga seorang duda mengetahui kalau Dewi Sunti kini telah berstatus janda.
Seolah tidak ingin didahului oleh orang lain, makanya Jakawulung pun terus berusaha mendekati Dewi Sunti. Karena semua orang juga pada tahu kalau Dewi Sunti itu adalah pendekar perempuan yang memiliki wajah yang sangat cantik, jadi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Jakawulung itu tidaklah sesuatu yang berlebih apalagi kalau dianggap sebagai lelaki yang mata keranjang, itu tidak benar sekali. Dan meskipun diawal sempat menolak namun se
"Maaf sebelumnya Kakang? Apabila cara yang aku usulkan ini nanti akan membuat Kakang Jakawulung kaget," ujar Dewi Sunti balik menatap mata suaminya itu."Katakanlah istriku, apapun itu dan bagaimana pun caranya asal mayat sakti itu bisa jadi milik kita maka aku pun akan rela untuk melakukannya," balas Jakawulung dengan sangat yakin, seolah berusaha menepis keraguannya sang istri."Begini Kakang ... hufh ...!" ucap Dewi Sunti sambil menghela nafas, dan terlihat Jakawulung mengangguk pelan sebagai isyarat mempersilahkan."Aku berpendapat bagaimana kalau Ranggawuni itu kita rusak kehidupan rumah tangganya, kita buat dia menderita batinnya," ujar Dewi Sunti terdengar masih belum bisa dimengerti oleh Jakawulung."Maksud kamu dibuat menderita batinnya itu bagaima
Sementara itu apa yang telah direncanakan oleh Jakawulung dan Dewi Sunti sepertinya memang sudah benar dan tepat, di karenakan hari itu adalah hari dimana para murid padepokan silat milik Ranggawuni itu melakukan berburu hewan untuk dijadikan sebagai bahan lauk makanan keluarga Ranggawuni dan seluruh para anak muridnya."Guru, kami mohon pamit untuk berangkat berburu," ucap salah murid Ranggawuni berpamitan."Baiklah Santa, ada berapa anak yang bertugas berburu hari ini?" tanya Ranggawuni."Sepuluh Guru," jawab Santa sang murid."Ya sudah, cari buruan rusa dan sejenisnya pokok usahakan tidak membawa pulang babi hutan," pesan Ranggawuni."Baik Guru, karena kita sendiri juga tidak begitu suka sama daging babi hutan," sahut sang murid seraya beranjak pergi.Lalu begitu kesepuluh murid Ranggawuni itu telah berangkat ke hutan maka tanpa mereka sadari bahwa dari balik sebuah bukit kecil yang berada tidak jauh dari padepokan Ranggawuni itu nampak J
Tidak butuh waktu yang lama akhirnya murid Ranggawuni itupun langsung sampai di padepokan dan selanjutnya dia langsung menemui gurunya yang terlihat sedang melatih para murid-muridnya yang lain yang tidak ikut berburu."Guru, guru!" seru murid yang bernama Jajang itu dengan tergopoh-gopoh dan juga nafas yang tersengal-sengal."Ada apa Jajang? Ada apa? Kenapa kamu seperti ketakutan seperti itu? Dimana teman-temanmu?" tanya Ranggawuni nampak juga terlihat terkejut melihat kedatangan muridnya itu."Tenanglah Jajang, ceritakan apa yang telah terjadi?" lanjut tanya Ranggawuni sambil memegangi kedua pundak muridnya itu."Ada Pendekar bertopeng yang menantang Guru, dia tadi menyergap saya dan teman-teman semua," jawab Jajang dengan suara yang masih terputus-putus."Pendekar bertopeng menantang ku? Siapa dia? Aku merasa tidak punya musuh Pendekar bertopeng?" ujar Ranggawuni sambil mengerenyitkan dahi dan berusaha mengingat-ingat orang-orang yang pernah ber
Oh, kurang ajar! Murid Ranggawuni itu sepertinya terus saja mencari aku," ujar Dewi Sunti dalam hati."Kemana orang bertopeng itu tadi?" ujar murid Ranggawuni, dia tidak menyadari bahwa orang bertopeng yang sedang dia cari itu sebenarnya berada dibelakangnya bersembunyi di dalam rerimbunan pohon hias.Lalu Dewi Sunti sendiri nampaknya telah mempersiapkan diri untuk melakukan serangan diam-diamnya.'Mampus kau bocah ingusan! Rasakan ini! Hep, hiyyak!' sergap Dewi Sunti dengan men totok tiga urat di bagian leher dan jantung, dan secara spontan murid Ranggawuni itu pun langsung pingsan dan jatuh tersungkur ke lantai.'Rupanya kekebalan tubuh murid Ranggawuni ini tidaklah sehebat yang aku bayangkan, hey!' ujar batin Dewi Sunti sambil menginjak muka murid Ranggawuni yang sudah tergeletak itu, dan selanjutnya Pendekar wanita bertopeng itu segera bergerak masuk ke dalam rumah Ranggawuni lewat pintu belakang, dengan berjalan sambil jinjit Dewi Sunti terus memperh
"Siapakah orang yang telah melakukan ini semua Ayah ...? Memang Bundaku salah apa ...? hiks, hiks, hiks ..." lanjut ujar Pradipta bertanya dengan polosnya.Meskipun hatinya terasa remuk dan pilu tapi Ranggawuni berusaha untuk tegar dan menjawab pertanyaan dari Putra semata wayangnya itu."Orang yang melakukan ini yang bukanlah orang selayaknya kita ini Dipta, yang jelas dia itu manusia jahat yang berhati iblis," ujar Ranggawuni sambil memeluk Putranya itu."Ajari aku ilmu kesaktian Ayah, aku akan menuntut balas perbuatan manusia iblis itu, mau kan Ayah mengajariku?" ujar Pradipta sambil menatap wajah Ayahnya."Iya Dipta, pasti! Ayah pasti akan mengajari kamu ilmu kesaktian, sampai engkau benar-benar menjadi Pendekar yang sakti mandraguna, tapi ingat! Kelak kamu harus benar-benar menggunakan ilmu kesaktian itu untuk membela kebenaran dan melenyapkan kemungkaran, untuk membantu orang-orang yang lemah dan menghancurkan orang-orang berjiwa iblis seperti orang
"Oh, sebaiknya aku akan memanggilnya lewat kontak batin saja, biar bisa segera ketemu," ujar Dewi Sunti terlihat sudah memiliki cara untuk memanggil suaminya itu.Lalu kemudian Pendekar wanita itu nampak mengambil duduk dengan posisi bersila layaknya orang yang hendak melakukan semedi, dan setelah itu nampak Dewi Sunti memejamkan kedua matanya dengan diikuti mulutnya yang mulai komat-kamit sibuk membaca sebuah mantra.'Kakang ... kamu kemana ...?' panggil Dewi Sunti lewat kontak batinnya, dan berkali-kali Dewi Sunti memanggil tapi Jakawulung nampak tidak menjawabnya, Sukma Dewi Sunti terus berkelana mencari kemana perginya sang suami, dan memang sungguh diluar dugaan, Jakawulung yang sedang dicari-cari itu ternyata sedang melakukan jongkok untuk buang air di sebuah sungai kecil yang berada tidak jauh dari rumahnya itu.Memang kepekaan Sukma Jakawulung akan menjadi turun kalau dia sedang melakukan buang air, seolah sudah tidak bisa mendengar panggilan dari Dewi S
Sementara itu diluar nampak para murid Ranggawuni terlihat sedang sibuk menguliti hewan hasil buruannya tadi, dan seperti biasanya mereka mengerjakan semua itu dengan cara membagi tugas, ada yang mendapat tugas menjaga perapian, bagian menguliti, menghaluskan bumbu rempah, dan tidak ketinggalan pula yaitu bagian yang menanak nasi. Dan karena porsi yang mereka kerjakan adalah porsi besar untuk banyak orang, maka semua makanan itu baru selesai siap untuk disajikan setelah waktu mulai memasuki petang. Lalu murid Ranggawuni yang terlihat sedang menata aneka sajian makanan itu berkata pada salah satu temannya."Eh sana, bilang pada guru Ranggawuni kalau makanannya sudah siap," ujar salah satu murid pada temannya."Ah ... kamu sajalah yang bilang ... aku sungkan pada guru karena sepertinya beliau tadi masih terlihat asik ngobrol dengan tamu wanitanya itu," balas murid yang diperintah tadi."Heeh, dasar kamu! Banyak alasan! Ya sudah kalau gitu sini kamu ganti yan
'Oh ... nampaknya Ranggawuni sudah nekat untuk mempertahankan mayat sakti itu, dan sepertinya aku juga harus terus bersabar untuk bisa meyakinkan dia kalau aku tidak berniat untuk memiliki mayat sakti itu, karena kalau tidak maka dia akan curiga dan kalau sampai dia mengetahui dengan maksudku maka akan rusak semua rencana dan usahaku ini,' begitulah ucap Dewi Sunti dalam hatinya.Begitulah akhirnya dalam penjajakan pertama yang dilakukan dalam makan malam itu nampaknya Dewi Sunti sudah bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa mendapatkan mayat sakti dari tangan Ranggawuni tidaklah mudah, harus memakai cara yang halus.Lalu setelah selesai melakukan makan malam bersama Ranggawuni nampak bertanya pada Dewi Sunti."Nini Sekarwangi," panggil Ranggawuni."Iya Tuan, ada apa?" jawab Dewi Sunti sambil balik bertanya."Sekarang saya mau melatih murid yang sudah di tingkat Inggil (kelas tertinggi), apakah Nini Sekarwangi tidak ingin melihatnya?" ajakan Ranggawuni