"Oh, sebaiknya aku akan memanggilnya lewat kontak batin saja, biar bisa segera ketemu," ujar Dewi Sunti terlihat sudah memiliki cara untuk memanggil suaminya itu.
Lalu kemudian Pendekar wanita itu nampak mengambil duduk dengan posisi bersila layaknya orang yang hendak melakukan semedi, dan setelah itu nampak Dewi Sunti memejamkan kedua matanya dengan diikuti mulutnya yang mulai komat-kamit sibuk membaca sebuah mantra.
'Kakang ... kamu kemana ...?' panggil Dewi Sunti lewat kontak batinnya, dan berkali-kali Dewi Sunti memanggil tapi Jakawulung nampak tidak menjawabnya, Sukma Dewi Sunti terus berkelana mencari kemana perginya sang suami, dan memang sungguh diluar dugaan, Jakawulung yang sedang dicari-cari itu ternyata sedang melakukan jongkok untuk buang air di sebuah sungai kecil yang berada tidak jauh dari rumahnya itu.
Memang kepekaan Sukma Jakawulung akan menjadi turun kalau dia sedang melakukan buang air, seolah sudah tidak bisa mendengar panggilan dari Dewi S
Sementara itu diluar nampak para murid Ranggawuni terlihat sedang sibuk menguliti hewan hasil buruannya tadi, dan seperti biasanya mereka mengerjakan semua itu dengan cara membagi tugas, ada yang mendapat tugas menjaga perapian, bagian menguliti, menghaluskan bumbu rempah, dan tidak ketinggalan pula yaitu bagian yang menanak nasi. Dan karena porsi yang mereka kerjakan adalah porsi besar untuk banyak orang, maka semua makanan itu baru selesai siap untuk disajikan setelah waktu mulai memasuki petang. Lalu murid Ranggawuni yang terlihat sedang menata aneka sajian makanan itu berkata pada salah satu temannya."Eh sana, bilang pada guru Ranggawuni kalau makanannya sudah siap," ujar salah satu murid pada temannya."Ah ... kamu sajalah yang bilang ... aku sungkan pada guru karena sepertinya beliau tadi masih terlihat asik ngobrol dengan tamu wanitanya itu," balas murid yang diperintah tadi."Heeh, dasar kamu! Banyak alasan! Ya sudah kalau gitu sini kamu ganti yan
'Oh ... nampaknya Ranggawuni sudah nekat untuk mempertahankan mayat sakti itu, dan sepertinya aku juga harus terus bersabar untuk bisa meyakinkan dia kalau aku tidak berniat untuk memiliki mayat sakti itu, karena kalau tidak maka dia akan curiga dan kalau sampai dia mengetahui dengan maksudku maka akan rusak semua rencana dan usahaku ini,' begitulah ucap Dewi Sunti dalam hatinya.Begitulah akhirnya dalam penjajakan pertama yang dilakukan dalam makan malam itu nampaknya Dewi Sunti sudah bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa mendapatkan mayat sakti dari tangan Ranggawuni tidaklah mudah, harus memakai cara yang halus.Lalu setelah selesai melakukan makan malam bersama Ranggawuni nampak bertanya pada Dewi Sunti."Nini Sekarwangi," panggil Ranggawuni."Iya Tuan, ada apa?" jawab Dewi Sunti sambil balik bertanya."Sekarang saya mau melatih murid yang sudah di tingkat Inggil (kelas tertinggi), apakah Nini Sekarwangi tidak ingin melihatnya?" ajakan Ranggawuni
Tungga yang telapak tangannya mengeluarkan asap tipis berwarna putih kebiruan nampak terlihat menarik dua telapak tangannya tersebut mundur hingga ke arah belakang pundaknya, dan selanjutnya Tungga nampak berteriak dengan suara yang sangat keras sembari meluncurkan pukulan jarak jauhnya dengan sekuat tenaga."Hiiyyaaat ...! Jiiaak ....!"Sementara itu Taruna yang memang sudah siap juga langsung menyambut serangan saudara seperguruannya itu dengan melemparkan tali api yang keluar dari dua telapak tangannya tadi."Hiiap ...! Ssiiaak ...!"Dua kekuatan Tungga dan Taruna saling beradu di udara hingga mengeluarkan suara ledakan yang sangat keras.Dhuuoorr ....!Saking dahsyatnya ledakan ajian dari Taruna dan Tungga sampai membuat tubuh mereka berdua terpental ke belakang hingga beberapa langkah, namun meski begitu baik Tungga maupun Taruna bisa langsung bangkit dan kembali berdiri dengan tegak.Sampai di situ terlihat Ranggawuni cuku
Lalu setelah selesai melakukan pelatihan itu Ranggawuni pun segera memerintahkan pada Taruna dan Tungga untuk segera beristirahat, sedangkan dia sendiri juga langsung mempersilahkan pada Dewi Sunti untuk beristirahat juga."Nini Sekarwangi sekarang silahkan masuk ke kamar Nini, dan segeralah istirahat," ujar Ranggawuni sambil menatap mata Dewi Sunti dengan tajam."Baik Tuan Ranggawuni, saya juga minta Tuan supaya lekas istirahat juga," balas Dewi Sunti juga nampak balik menatap wajah Pendekar yang sedang dia incar pusaka andalannya itu.Lalu setelah itu Dewi Sunti pun melangkah menuju ke kamar yang memang telah disediakan untuknya, sedangkan Ranggawuni nampak terus memandangi tamu wanitanya itu sampai dia tiba di depan pintu, ada sedikit kejadian yang cukup mendebarkan hati mereka berdua yaitu manakala tangan Dewi Sunti mulai memegang gagang pintu kamar tiba-tiba dia secara spontan menoleh ke belakang, sementara itu Ranggawuni pun masih terus memandangi maka akh
"Apakah benar ucapan Kakang itu? Atau jangan-jangan cuma ingin menyenangkan hatiku saja?" tanya Dewi Sunti terlihat masih kurang yakin."Lha memangnya aku ini kelihatan tidak jujur ... hem?" tanya Ranggawuni sambil mengajak Dewi Sunti untuk duduk di sebuah pohon yang tumbang."Ya kurang tau juga, makanya aku tanya ..." balas Dewi Sunti seolah berkilah."Ayo kita istirahat duduk-duduk disini," pinta Ranggawuni. Lalu kemudian mereka berdua pun langsung duduk di batang pohon tersebut."Nini Sekar ..." panggil Ranggawuni sambil memegang dua telapak tangan Dewi Sunti."Ya Kakang Ranggawuni, gimana? Kakang mau ngomong apa?" tanya Dewi Sunti terlihat tidak merasa canggung."Maukah kamu menjadi istriku ...?" ucap tanya Ranggawuni terdengar lirih dan agak sedikit gugup."Apa Kakang? Kakang Ranggawuni baru saja ngomong apa ...?" tanya Dewi Sunti sambil menggeser posisi duduknya lebih mendekat lagi. Melihat wanita yang sangat dikaguminya itu ter
Dalam langkah menuju ke gubuk itu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti hatinya nampak sama-sama merasa deg-degan, meskipun itu hanyalah bagian dari misi yang tersembunyi tapi kalau sudah bicara hasrat birahi Dewi Sunti pun merasa sulit untuk mengendalikan diri, apalagi membedakan kalau ini cuma hasrat pura-pura dan bukan perasaan cinta yang sesungguhnya, dia terlihat sudah tidak bisa lagi, dan sebenarnya hal yang sama pun juga dialami oleh Ranggawuni.Pendekar pemegang mayat sakti itu sepertinya juga sudah tidak bisa lagi mengontrol hasrat birahinya, jiwa ksatria yang sudah lama tertanam di dalam jiwa seolah langsung luntur seketika, suri tauladan yang selama ini dia tanamkan kepada para murid-murid juga dengan mudahnya dia lupakan. Lalu setelah tiba di gubuk kosong itu tangan Ranggawuni langsung membuka pintunya.Kreeek ...!"Nini Sekar, ayo masuk ..." ajak Ranggawuni sambil menarik tangan perempuan cantik itu, dan Dewi Sunti pun tidak berkata apa-apa dia nampak m
"Au ... Kakang ...! Hmmm ..." teriak Dewi Sunti sambil diikuti dengan senyum.Kemudian Ranggawuni merebahkan tubuh Pendekar cantik itu di atas dipan yang telah dipersiapkannya barusan, dan setelah itu Pendekar sakti itu terlihat berdiri terus melepaskan peti mayat sakti itu dari tubuhnya, dan kemudian meletakkannya di atas kotak kecil yang berada di dekat tiang rumah kosong tersebut.Lalu setelah itu Ranggawuni pun kembali berjalan menghampiri Dewi Sunti yang sudah telentang di atas dipan itu, Ranggawuni pun langsung duduk tepat di samping pantat Dewi Sunti, dirabanya paha perempuan cantik itu dengan lembut terus kemudian dia elus-elus perlahan, dan seketika itu Dewi Sunti pun langsung mendesah pelan."Huuh ... Kakang ..." ujar Dewi Sunti sambil tubuhnya nampak menggeliat karena merasa geli dan nikmat.Melihat itu Ranggawuni tidak berkata apa-apa, Pendekar sakti itu nampak cuma tersenyum sambil terus mengelus paha Dewi Sunti, semakin lama Ranggawuni menge
Kini nampak tubuh kekar Ranggawuni berada tepat di atas tubuh Dewi Sunti dengan menggunakan dua lengannya untuk bertumpu. Dengan kedua wajah yang sudah hampir beradu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti nampak sama-sama merasakan hembusan hangat dari nafas masing-masing.Mata Ranggawuni menatap mesra pada mata Dewi Sunti, lalu kemudian dengan perlahan Ranggawuni mendaratkan kecupan bibirnya pada kening Dewi Sunti, mendapat kecupan yang begitu hangat nampak Dewi Sunti terlihat memejamkan kedua matanya, lalu setelah mengecup kening, Ranggawuni beralih mengecup bibir seksi Pendekar wanita itu."Mmm ... mmm ... mmm ... mmm ... mcuah ...!"Begitu lama mulut Ranggawuni mencium dan melumat bibir Dewi Sunti, dan Dewi Sunti pun juga terlihat begitu menikmatinya. Lalu setelah itu Pendekar pemilik mayat sakti itu nampak mulai menyudahi kecupannya itu, dan selanjutnya tangan dia terlihat mulai membuka ikatan baju Dewi Sunti yang berjumlah empat, satu ikatan baju berhasil dia b
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k