Lalu setelah selesai melakukan pelatihan itu Ranggawuni pun segera memerintahkan pada Taruna dan Tungga untuk segera beristirahat, sedangkan dia sendiri juga langsung mempersilahkan pada Dewi Sunti untuk beristirahat juga.
"Nini Sekarwangi sekarang silahkan masuk ke kamar Nini, dan segeralah istirahat," ujar Ranggawuni sambil menatap mata Dewi Sunti dengan tajam.
"Baik Tuan Ranggawuni, saya juga minta Tuan supaya lekas istirahat juga," balas Dewi Sunti juga nampak balik menatap wajah Pendekar yang sedang dia incar pusaka andalannya itu.
Lalu setelah itu Dewi Sunti pun melangkah menuju ke kamar yang memang telah disediakan untuknya, sedangkan Ranggawuni nampak terus memandangi tamu wanitanya itu sampai dia tiba di depan pintu, ada sedikit kejadian yang cukup mendebarkan hati mereka berdua yaitu manakala tangan Dewi Sunti mulai memegang gagang pintu kamar tiba-tiba dia secara spontan menoleh ke belakang, sementara itu Ranggawuni pun masih terus memandangi maka akh
"Apakah benar ucapan Kakang itu? Atau jangan-jangan cuma ingin menyenangkan hatiku saja?" tanya Dewi Sunti terlihat masih kurang yakin."Lha memangnya aku ini kelihatan tidak jujur ... hem?" tanya Ranggawuni sambil mengajak Dewi Sunti untuk duduk di sebuah pohon yang tumbang."Ya kurang tau juga, makanya aku tanya ..." balas Dewi Sunti seolah berkilah."Ayo kita istirahat duduk-duduk disini," pinta Ranggawuni. Lalu kemudian mereka berdua pun langsung duduk di batang pohon tersebut."Nini Sekar ..." panggil Ranggawuni sambil memegang dua telapak tangan Dewi Sunti."Ya Kakang Ranggawuni, gimana? Kakang mau ngomong apa?" tanya Dewi Sunti terlihat tidak merasa canggung."Maukah kamu menjadi istriku ...?" ucap tanya Ranggawuni terdengar lirih dan agak sedikit gugup."Apa Kakang? Kakang Ranggawuni baru saja ngomong apa ...?" tanya Dewi Sunti sambil menggeser posisi duduknya lebih mendekat lagi. Melihat wanita yang sangat dikaguminya itu ter
Dalam langkah menuju ke gubuk itu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti hatinya nampak sama-sama merasa deg-degan, meskipun itu hanyalah bagian dari misi yang tersembunyi tapi kalau sudah bicara hasrat birahi Dewi Sunti pun merasa sulit untuk mengendalikan diri, apalagi membedakan kalau ini cuma hasrat pura-pura dan bukan perasaan cinta yang sesungguhnya, dia terlihat sudah tidak bisa lagi, dan sebenarnya hal yang sama pun juga dialami oleh Ranggawuni.Pendekar pemegang mayat sakti itu sepertinya juga sudah tidak bisa lagi mengontrol hasrat birahinya, jiwa ksatria yang sudah lama tertanam di dalam jiwa seolah langsung luntur seketika, suri tauladan yang selama ini dia tanamkan kepada para murid-murid juga dengan mudahnya dia lupakan. Lalu setelah tiba di gubuk kosong itu tangan Ranggawuni langsung membuka pintunya.Kreeek ...!"Nini Sekar, ayo masuk ..." ajak Ranggawuni sambil menarik tangan perempuan cantik itu, dan Dewi Sunti pun tidak berkata apa-apa dia nampak m
"Au ... Kakang ...! Hmmm ..." teriak Dewi Sunti sambil diikuti dengan senyum.Kemudian Ranggawuni merebahkan tubuh Pendekar cantik itu di atas dipan yang telah dipersiapkannya barusan, dan setelah itu Pendekar sakti itu terlihat berdiri terus melepaskan peti mayat sakti itu dari tubuhnya, dan kemudian meletakkannya di atas kotak kecil yang berada di dekat tiang rumah kosong tersebut.Lalu setelah itu Ranggawuni pun kembali berjalan menghampiri Dewi Sunti yang sudah telentang di atas dipan itu, Ranggawuni pun langsung duduk tepat di samping pantat Dewi Sunti, dirabanya paha perempuan cantik itu dengan lembut terus kemudian dia elus-elus perlahan, dan seketika itu Dewi Sunti pun langsung mendesah pelan."Huuh ... Kakang ..." ujar Dewi Sunti sambil tubuhnya nampak menggeliat karena merasa geli dan nikmat.Melihat itu Ranggawuni tidak berkata apa-apa, Pendekar sakti itu nampak cuma tersenyum sambil terus mengelus paha Dewi Sunti, semakin lama Ranggawuni menge
Kini nampak tubuh kekar Ranggawuni berada tepat di atas tubuh Dewi Sunti dengan menggunakan dua lengannya untuk bertumpu. Dengan kedua wajah yang sudah hampir beradu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti nampak sama-sama merasakan hembusan hangat dari nafas masing-masing.Mata Ranggawuni menatap mesra pada mata Dewi Sunti, lalu kemudian dengan perlahan Ranggawuni mendaratkan kecupan bibirnya pada kening Dewi Sunti, mendapat kecupan yang begitu hangat nampak Dewi Sunti terlihat memejamkan kedua matanya, lalu setelah mengecup kening, Ranggawuni beralih mengecup bibir seksi Pendekar wanita itu."Mmm ... mmm ... mmm ... mmm ... mcuah ...!"Begitu lama mulut Ranggawuni mencium dan melumat bibir Dewi Sunti, dan Dewi Sunti pun juga terlihat begitu menikmatinya. Lalu setelah itu Pendekar pemilik mayat sakti itu nampak mulai menyudahi kecupannya itu, dan selanjutnya tangan dia terlihat mulai membuka ikatan baju Dewi Sunti yang berjumlah empat, satu ikatan baju berhasil dia b
Lalu mungkin karena saking kaget akhirnya Ranggawuni pun segera buru-buru menyeka air liurnya itu dengan kain bajunya. Jantung Ranggawuni pun berdegup dengan kencang, Pendekar pemegang mayat sakti itu benar-benar sudah berada dalam kondisi up normal, dan setelah itu dengan tangan yang nampak bergetar Ranggawuni mulai menjamah kan dua tangannya itu ke daerah pusar Dewi Sunti, diusap-usapnya dengan penuh lembut, dan setelah beberapa saat Ranggawuni mulai menurunkan dua telapak tangannya ke bawah dengan cara mengusapkannya, kemudian berhenti tepat di daerah pantat, lalu dengan perlahan dimasukkannya dua telapak tangannya itu ke bawah dan merasa kalau pantat disusupi oleh tangan Ranggawuni Dewi Sunti pun langsung sedikit mengangkat pinggulnya, jadilah sekarang gundukan daging belah tengah punya Dewi Sunti itu menyembul tepat di hadapan muka Ranggawuni dengan pantat beralaskan telapak tangannya.Dalam kondisi yang sudah dikuasai oleh nafsu birahi Ranggawuni pun langsung membenamka
Tarikan tangan Ranggawuni sangatlah keras dan mengakibatkan pintu rumah kosong itu langsung membentur tembok dengan sangat keras, dan begitu dia sampai di depan pintu Ranggawuni melihat seorang pemuda yang sedang berlari terbirit-birit, lalu begitu melihat orang yang telah berani mengintip perbuatan mesumnya itu kabur Ranggawuni pun langsung membalikkan badannya dan setelah itu langsung mengambil mayat saktinya dan kemudian langsung menggendongnya dipunggung seperti biasa. Lalu setelah itu Ranggawuni segera bergegas keluar, dan begitu telah berada di depan rumah kosong itu Ranggawuni langsung berteriak dengan sangat lantang memanggil orang tersebut. "Hoooe ...! Berhenti!" Suara Ranggawuni terdengar begitu menggelegar laksana sebuah gledek yang menyambar dan menghantam orang yang sedang berlari itu. "Uuah ...!" teriak orang itu setelah tubuhnya jatuh bergulingan di atas tanah. Lalu begitu melihat orang yang telah berani mengintipnya itu telah jatuh Ran
"Kakang Ranggawuni, gimana Kakang ... apakah orang yang mengintip kita tadi itu sudah tertangkap?" tanya Dewi Sunti penasaran."Yah, sudah Nini ... bahkan dia juga sudah aku bunuh!" jawab Ranggawuni terlihat masih sangat marah."Siapakah dia Kakang? Apakah Kakang Wuni mengenalnya?" lanjut tanya Dewi Sunti."Bukan cuma kenal Nini, dia itu adalah murid ku sendiri," dan mendengar itu Dewi Sunti pun langsung kaget."Apa ...?! Murid Kakang ...?! Siapa ...?!" tanya Dewi Sunti sambil menatap wajah Ranggawuni."Yah benar, aku sudah tidak bisa memaafkannya lagi, perbuatannya itu sungguh bisa mengancam dan merusak nama baikku sebagai seorang ksatria yang memiliki perguruan silat," tutur Ranggawuni, dan mendengar itu Dewi Sunti terlihat hanya menganggukkan kepalanya saja.'Hehheh ... rupanya kamu masih punya malu Ranggawuni, dan kamu sepertinya juga tidak siap kalau nama besar mu sebagai seorang Pendekar ksatria akan hancur sia-sia akibat perbuatan cab
"Ranggawuni ... rupanya kamu bukanlah orang yang tepat untuk membawa mayat sakti Eyang Reksa, ternyata aku salah kira. Kekuatan batu Mustika Pager Rogo yang semestinya bisa membantumu untuk mengendalikan mayat sakti itu malah kamu buang begitu saja, kejahatan apa yang telah kamu lakukan Wuni? Sehingga kekuatan batu Mustika itu sampai keluar karena tidak betah lagi tinggal di dalam tubuhmu," ujar Biswara setelah mengetahui kalau kekuatan batu Mustika Pager Rogo yang dia berikan kepada Ranggawuni itu telah kembali masuk ke dalam tubuhnya.Memang mayat sakti itu bisa dijadikan sebagai sumber kekuatan bagi orang yang hanya bisa mengendalikannya saja, yaitu orang yang memiliki mustika pager rogo seperti Biswara atau orang yang diberi kekuatannya saja seperti Ranggawuni. Dan untuk orang yang hanya mendapat kekuatannya saja, itu masih bisa mengendalikan selama dia sendiri tidak melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau normanya sebagai Pendekar aliran putih, seperti mabok, berju