Lalu mungkin karena saking kaget akhirnya Ranggawuni pun segera buru-buru menyeka air liurnya itu dengan kain bajunya. Jantung Ranggawuni pun berdegup dengan kencang, Pendekar pemegang mayat sakti itu benar-benar sudah berada dalam kondisi up normal, dan setelah itu dengan tangan yang nampak bergetar Ranggawuni mulai menjamah kan dua tangannya itu ke daerah pusar Dewi Sunti, diusap-usapnya dengan penuh lembut, dan setelah beberapa saat Ranggawuni mulai menurunkan dua telapak tangannya ke bawah dengan cara mengusapkannya, kemudian berhenti tepat di daerah pantat, lalu dengan perlahan dimasukkannya dua telapak tangannya itu ke bawah dan merasa kalau pantat disusupi oleh tangan Ranggawuni Dewi Sunti pun langsung sedikit mengangkat pinggulnya, jadilah sekarang gundukan daging belah tengah punya Dewi Sunti itu menyembul tepat di hadapan muka Ranggawuni dengan pantat beralaskan telapak tangannya.
Dalam kondisi yang sudah dikuasai oleh nafsu birahi Ranggawuni pun langsung membenamka
Tarikan tangan Ranggawuni sangatlah keras dan mengakibatkan pintu rumah kosong itu langsung membentur tembok dengan sangat keras, dan begitu dia sampai di depan pintu Ranggawuni melihat seorang pemuda yang sedang berlari terbirit-birit, lalu begitu melihat orang yang telah berani mengintip perbuatan mesumnya itu kabur Ranggawuni pun langsung membalikkan badannya dan setelah itu langsung mengambil mayat saktinya dan kemudian langsung menggendongnya dipunggung seperti biasa. Lalu setelah itu Ranggawuni segera bergegas keluar, dan begitu telah berada di depan rumah kosong itu Ranggawuni langsung berteriak dengan sangat lantang memanggil orang tersebut. "Hoooe ...! Berhenti!" Suara Ranggawuni terdengar begitu menggelegar laksana sebuah gledek yang menyambar dan menghantam orang yang sedang berlari itu. "Uuah ...!" teriak orang itu setelah tubuhnya jatuh bergulingan di atas tanah. Lalu begitu melihat orang yang telah berani mengintipnya itu telah jatuh Ran
"Kakang Ranggawuni, gimana Kakang ... apakah orang yang mengintip kita tadi itu sudah tertangkap?" tanya Dewi Sunti penasaran."Yah, sudah Nini ... bahkan dia juga sudah aku bunuh!" jawab Ranggawuni terlihat masih sangat marah."Siapakah dia Kakang? Apakah Kakang Wuni mengenalnya?" lanjut tanya Dewi Sunti."Bukan cuma kenal Nini, dia itu adalah murid ku sendiri," dan mendengar itu Dewi Sunti pun langsung kaget."Apa ...?! Murid Kakang ...?! Siapa ...?!" tanya Dewi Sunti sambil menatap wajah Ranggawuni."Yah benar, aku sudah tidak bisa memaafkannya lagi, perbuatannya itu sungguh bisa mengancam dan merusak nama baikku sebagai seorang ksatria yang memiliki perguruan silat," tutur Ranggawuni, dan mendengar itu Dewi Sunti terlihat hanya menganggukkan kepalanya saja.'Hehheh ... rupanya kamu masih punya malu Ranggawuni, dan kamu sepertinya juga tidak siap kalau nama besar mu sebagai seorang Pendekar ksatria akan hancur sia-sia akibat perbuatan cab
"Ranggawuni ... rupanya kamu bukanlah orang yang tepat untuk membawa mayat sakti Eyang Reksa, ternyata aku salah kira. Kekuatan batu Mustika Pager Rogo yang semestinya bisa membantumu untuk mengendalikan mayat sakti itu malah kamu buang begitu saja, kejahatan apa yang telah kamu lakukan Wuni? Sehingga kekuatan batu Mustika itu sampai keluar karena tidak betah lagi tinggal di dalam tubuhmu," ujar Biswara setelah mengetahui kalau kekuatan batu Mustika Pager Rogo yang dia berikan kepada Ranggawuni itu telah kembali masuk ke dalam tubuhnya.Memang mayat sakti itu bisa dijadikan sebagai sumber kekuatan bagi orang yang hanya bisa mengendalikannya saja, yaitu orang yang memiliki mustika pager rogo seperti Biswara atau orang yang diberi kekuatannya saja seperti Ranggawuni. Dan untuk orang yang hanya mendapat kekuatannya saja, itu masih bisa mengendalikan selama dia sendiri tidak melakukan tindakan yang menyalahi aturan atau normanya sebagai Pendekar aliran putih, seperti mabok, berju
'Yah ... aku sekarang mendapatkan ide, aku sudah mendapatkan cara agar supaya Ranggawuni mau melepaskan mayat sakti itu dari tubuhnya, hmmm ... dengan bulunya buah rawe itu aku akan taburkan pada baju Ranggawuni yang baru saja dia cuci, atau kalau tidak aku akan tabur-taburkan ketempat penyimpanan baju-baju dia,' ujar batin Dewi Sunti, Pendekar cantik itu terlihat manggut-manggut sembari tersenyum sendiri.Merasa sudah punya ide dan yakin kalau idenya itu akan bisa berhasil maka Dewi Sunti pun segera bergegas menuju ke bawah pohon mangga tersebut.Siang itu cuaca cukup terik, namun begitu, karena memang mulai memasuki musim pancaroba jadi angin pun bertiup lumayan kencang dan kondisi seperti itu sangat menguntungkan bagi Dewi Sunti, karena dengan begitu bisa dipastikan kalau apa yang dia cari itu akan dengan mudah dia dapatkan, dan memang benar, begitu Pendekar cantik itu sudah tiba di bawah pohon mangga itu dia langsung tersenyum sambil berkata."Nah! Apa kubil
"Hmm ... ya sudah ... kalau begitu sekarang Kakang inginnya mandi dulu?Atau makan dulu?" tanya Dewi Sunti memperjelas."Makan dulu saja ..." ujar Ranggawuni terlihat ragu dengan keputusannya."Halaah ... terserah ...!" timpal Dewi Sunti nampak seperti merasa jengkel, kemudian Pendekar cantik itu pun beranjak dari tempat duduknya, dan bukannya pergi kemana, namun ternyata Dewi Sunti masuk ke dalam kamarnya sembari terus mengawasi Ranggawuni."Aku akan terus mengawasi Ranggawuni dari sini, dan semoga saja rencana ku ini bisa berjalan dengan baik," ujar Dewi Sunti lirih.Sementara itu Ranggawuni masih terlihat makan dengan lahapnya, Pendekar sakti itu terlihat menaruh mayat saktinya itu di samping dia duduk, dan setelah beberapa saat kemudian Ranggawuni pun telah selesai menghabiskan makanannya itu."Hhhooek ...!" terdengar suara sendawa Ranggawuni menggelegar."Ah ... enak sekali masakan Nini Sekar, rupanya setelah satu bulan tinggal di
Lalu kemudian Ranggawuni pun mengamuk sejadi-jadinya, seluruh isi rumahnya dia pukul, dia lempar dan juga dia tendang hingga hancur berkeping-keping, dan ditengah dia sedang ngamuk seperti orang yang sedang kesetanan itu, dari luar rumah nampak empat murid Ranggawuni yang masih setia terlihat mengintip ke dalam, berani begitu karena mereka mendengar suara ribut-ribut dari dalam rumah gurunya tersebut.Keempat murid Ranggawuni itu tidak lain adalah Taruna dan Tungga sebagai murid paling senior, kemudian Jajang dan Sukmara yang biasa menjadi kusir kalau dia sedang bepergian dengan kereta."Astaga ... ada apa dengan Guru Ranggawuni ... kenapa dia seperti itu ...?" ujar Taruna terlihat sangat keheranan."Yah, dia sudah seperti orang yang gila," sahut Tungga."Benar, lantas apakah dia masih layak untuk kita jadikan sebagai guru?" tanya Sukmara."Sungguh aku malu kalau memiliki guru yang prilakunya seperti orang yang tidak waras seperti itu," sahut Jajan
Disaat suaminya itu masih terbengong dan larut dalam pikirannya yang terlihat sedang berusaha untuk mengingat-ingat kembali pengalamannya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran Dewi Sunti untuk meminta supaya suaminya itu mengetes kesaktian dari mayat kecil yang ada di hadapannya tersebut."Begini saja Kakang, bagaimana kalau sekarang Kang Jaka menjajal keampuhan dari mayat sakti ini?" ucap Dewi Sunti."Sebentar Dewi, sebelum menjajal aku akan mencoba untuk mencari tahu tentang keaslian dari mayat sakti ini dulu," jawab Jakawulung."Caranya gimana Kakang?" timpal Dewi Sunti lanjut bertanya."Aku akan mencoba untuk melakukan kontak batin dengan roh Eyang Reksa Jagat, dan aku akan mencoba untuk bertanya mengenai mayat kecil ini apakah ini memang benar mayatnya atau bukan," ujar Jakawulung."Yah itu terserah Kang Jaka, kalau aku sih sudah yakin kalau ini memang mayat sakti itu," balas Dewi Sunti sambil terlihat membuka dua telapak tangannya.Kemudi
"Eyang Reksa Jagat ... saya Dewi Sunti mengakui bahwa saya telah berbuat salah ... dan sekarang ini dari hati yang paling dalam dan juga dengan perasaan yang sangat menyesal saya benar-benar minta maaf ... atas ke lancangan dan tindakan bodoh saya , tolong sudilah kiranya Eyang Reksa Jagat memaafkan kecerobohan saya ini, sekali lagi Eyang Reksa Jagat maafkan saya yang bodoh ini ..." ujar Dewi Sunti terlihat begitu menghayati ucapan-ucapannya itu.Sesaat kemudian tiba-tiba dari dalam peti mayat sakti itu keluar seberkas sinar biru keputih-putihan yang langsung menyorot ke arah kaki Dewi Sunti yang kaku tadi, seperti apa yang diharapkan oleh Jakawulung akan datangnya Tuah dari mayat sakti itu, begitu sinar biru keputih-putihan itu merasuk ke dalam sendi dan pori-pori kulit kaki Dewi Sunti, tiba-tiba pendekar wanita itu langsung kembali bisa menggerakkan kakinya tersebut."Oh ... Kakang Jakawulung ... kakiku telah sembuh, terimakasih Kang Jaka ...,' ujar Dewi Sunti terlih