'Yah ... aku sekarang mendapatkan ide, aku sudah mendapatkan cara agar supaya Ranggawuni mau melepaskan mayat sakti itu dari tubuhnya, hmmm ... dengan bulunya buah rawe itu aku akan taburkan pada baju Ranggawuni yang baru saja dia cuci, atau kalau tidak aku akan tabur-taburkan ketempat penyimpanan baju-baju dia,' ujar batin Dewi Sunti, Pendekar cantik itu terlihat manggut-manggut sembari tersenyum sendiri.
Merasa sudah punya ide dan yakin kalau idenya itu akan bisa berhasil maka Dewi Sunti pun segera bergegas menuju ke bawah pohon mangga tersebut.
Siang itu cuaca cukup terik, namun begitu, karena memang mulai memasuki musim pancaroba jadi angin pun bertiup lumayan kencang dan kondisi seperti itu sangat menguntungkan bagi Dewi Sunti, karena dengan begitu bisa dipastikan kalau apa yang dia cari itu akan dengan mudah dia dapatkan, dan memang benar, begitu Pendekar cantik itu sudah tiba di bawah pohon mangga itu dia langsung tersenyum sambil berkata.
"Nah! Apa kubil
"Hmm ... ya sudah ... kalau begitu sekarang Kakang inginnya mandi dulu?Atau makan dulu?" tanya Dewi Sunti memperjelas."Makan dulu saja ..." ujar Ranggawuni terlihat ragu dengan keputusannya."Halaah ... terserah ...!" timpal Dewi Sunti nampak seperti merasa jengkel, kemudian Pendekar cantik itu pun beranjak dari tempat duduknya, dan bukannya pergi kemana, namun ternyata Dewi Sunti masuk ke dalam kamarnya sembari terus mengawasi Ranggawuni."Aku akan terus mengawasi Ranggawuni dari sini, dan semoga saja rencana ku ini bisa berjalan dengan baik," ujar Dewi Sunti lirih.Sementara itu Ranggawuni masih terlihat makan dengan lahapnya, Pendekar sakti itu terlihat menaruh mayat saktinya itu di samping dia duduk, dan setelah beberapa saat kemudian Ranggawuni pun telah selesai menghabiskan makanannya itu."Hhhooek ...!" terdengar suara sendawa Ranggawuni menggelegar."Ah ... enak sekali masakan Nini Sekar, rupanya setelah satu bulan tinggal di
Lalu kemudian Ranggawuni pun mengamuk sejadi-jadinya, seluruh isi rumahnya dia pukul, dia lempar dan juga dia tendang hingga hancur berkeping-keping, dan ditengah dia sedang ngamuk seperti orang yang sedang kesetanan itu, dari luar rumah nampak empat murid Ranggawuni yang masih setia terlihat mengintip ke dalam, berani begitu karena mereka mendengar suara ribut-ribut dari dalam rumah gurunya tersebut.Keempat murid Ranggawuni itu tidak lain adalah Taruna dan Tungga sebagai murid paling senior, kemudian Jajang dan Sukmara yang biasa menjadi kusir kalau dia sedang bepergian dengan kereta."Astaga ... ada apa dengan Guru Ranggawuni ... kenapa dia seperti itu ...?" ujar Taruna terlihat sangat keheranan."Yah, dia sudah seperti orang yang gila," sahut Tungga."Benar, lantas apakah dia masih layak untuk kita jadikan sebagai guru?" tanya Sukmara."Sungguh aku malu kalau memiliki guru yang prilakunya seperti orang yang tidak waras seperti itu," sahut Jajan
Disaat suaminya itu masih terbengong dan larut dalam pikirannya yang terlihat sedang berusaha untuk mengingat-ingat kembali pengalamannya, tiba-tiba terlintas dalam pikiran Dewi Sunti untuk meminta supaya suaminya itu mengetes kesaktian dari mayat kecil yang ada di hadapannya tersebut."Begini saja Kakang, bagaimana kalau sekarang Kang Jaka menjajal keampuhan dari mayat sakti ini?" ucap Dewi Sunti."Sebentar Dewi, sebelum menjajal aku akan mencoba untuk mencari tahu tentang keaslian dari mayat sakti ini dulu," jawab Jakawulung."Caranya gimana Kakang?" timpal Dewi Sunti lanjut bertanya."Aku akan mencoba untuk melakukan kontak batin dengan roh Eyang Reksa Jagat, dan aku akan mencoba untuk bertanya mengenai mayat kecil ini apakah ini memang benar mayatnya atau bukan," ujar Jakawulung."Yah itu terserah Kang Jaka, kalau aku sih sudah yakin kalau ini memang mayat sakti itu," balas Dewi Sunti sambil terlihat membuka dua telapak tangannya.Kemudi
"Eyang Reksa Jagat ... saya Dewi Sunti mengakui bahwa saya telah berbuat salah ... dan sekarang ini dari hati yang paling dalam dan juga dengan perasaan yang sangat menyesal saya benar-benar minta maaf ... atas ke lancangan dan tindakan bodoh saya , tolong sudilah kiranya Eyang Reksa Jagat memaafkan kecerobohan saya ini, sekali lagi Eyang Reksa Jagat maafkan saya yang bodoh ini ..." ujar Dewi Sunti terlihat begitu menghayati ucapan-ucapannya itu.Sesaat kemudian tiba-tiba dari dalam peti mayat sakti itu keluar seberkas sinar biru keputih-putihan yang langsung menyorot ke arah kaki Dewi Sunti yang kaku tadi, seperti apa yang diharapkan oleh Jakawulung akan datangnya Tuah dari mayat sakti itu, begitu sinar biru keputih-putihan itu merasuk ke dalam sendi dan pori-pori kulit kaki Dewi Sunti, tiba-tiba pendekar wanita itu langsung kembali bisa menggerakkan kakinya tersebut."Oh ... Kakang Jakawulung ... kakiku telah sembuh, terimakasih Kang Jaka ...,' ujar Dewi Sunti terlih
Dewi Sunti sering mengajak para pemuda desa yang memiliki tubuh tinggi dan kekar, meskipun mereka itu tidak memiliki tampang yang rupawan, dan bisa dipastikan para pemuda-pemuda itu pun sangat merasa senang bisa melakukan hubungan intim dengan Dewi Sunti, dikarenakan memang pendekar wanita itu memiliki wajah yang sangat cantik, dan biasanya begitu selesai melakukan hubungan intim Dewi Sunti malah memberi upah pada para pemuda-pemuda tersebut.Beda Dewi Sunti beda lagi cara yang dilakukan oleh Jakawulung, untuk memenuhi hasrat liar birahinya itu Pendekar sakti aliran hitam itu hanya memilih perempuan yang berparas cantik saja dengan tanpa memperdulikan apakah dia itu masih gadis atau sudah bersuami, dan tidak jarang dia mencederai bahkan juga membunuh para suami-suami yang mencoba menghalang-halangi ambisinya itu, dan mulai saat itulah kehidupan para warga menjadi tidak tenang, selalu dibayang-bayangi rasa cemas dan takut.Tidak berselang lama akhirnya kejahatan yang di
"Rasakan ini kau bajingan! Huh!"ujar prajurit itu sambil melepaskan anak panahnyaWhuss ...!Anak panah itu pun langsung melesat dari busurnya dan tepat mengenai sasaran, yaitu menancap pada mata kiri Jaka wulung hingga menembus batok kepalanya.Mendapat serangan secara mendadak seperti itu Jaka Wulung pun langsung terkejut namun begitu tidak sedikitpun dia merasa kesakitan, anak panah itu berhasil menembus batok kepalanya namun dari lukanya itu tidak sedikitpun ada darah yang keluar, lalu dengan santainya Jaka wulung menarik anak panah tersebut, dan sungguh-sungguh ajaib begitu anak panah itu berhasil dicabut dari mata kirinya, mata dan batok kepalanya yang sempat tertembus oleh anak panah itu tadi dengan seketika langsung kembali utuh seperti sediakala.Lalu Jaka Wulung terlihat langsung marah sekali, dengan lantangnya pendekar pemegang mayat sakti itu langsung berteriak memanggil orang yang telah berani menyerangnya dengan cara diam-d
"Ee ... maaf Tuan ... tadi itu kami ..." belum juga selesai Adhinata berkata tiba-tiba langsung dipotong oleh Dipasena."Halah! Sudah, sudah, sudah! Paling kalaupun kamu ikutan bertarung belum tentu juga kamu mampu menandingi dua Pendekar itu tadi," ucap Dipasena sambil berusaha untuk duduk.Melihat Rakryan Dipasena kesulitan untuk duduk lalu Adhinata pun segera meraih pundak sepupu Prabu Jayantaka itu untuk dibantunya."Mari Tuan Dipasena saya bantu untuk duduk," ucap Adhinata. Namun bukannya menanggapinya dengan baik atas niat baik dari Adhinata sepupu Prabu Jayantaka itu malah menolaknya."Alah tidak usah! Saya masih bisa melakukannya sendiri!" ujar Dipasena.Lalu setelah duduk, Rakryan Dipasena bermaksud untuk langsung berdiri, tahu kalau keadaan Dipasena masih belum kembali pulih Adhinata pun langsung buru-buru mencegahnya."Jangan terlalu memaksakan dulu Tuan, kondisi Tuan belum kembali normal," ujar Adhinata. Namun lagi-lagi dengan so
"Sendiko dawuh Gusti, akan segera kami laksanakan," balas salah satu dari ke empat Prajurit itu. Lalu keempat prajurit itupun segera beranjak mencari bambu untuk dibuat sebuah tandu, selagi menunggu prajurit yang membuat tanduk itu tadi Adhinata nampak memberi komando kepada para prajurit untuk bersiap kembali pulang ke kerajaan. "Wahai para prajurit ...! Sebentar lagi kita akan pulang kembali ke Kerajaan, rencana kita untuk menumpas dua penjahat itu tadi kita gagalkan, bukannya takut atau apa, itu tidak lain karena dua penjahat itu tadi bukanlah lawan yang sepadan untuk kalian semua, terbukti rombongan prajurit yang dipimpinan Gusti Dipasena telah tewas semua, dan dari pada kejadian yang serupa menimpa kalian, maka saya telah membuat keputusan untuk pulang kembali saja, adapun mengenai dua penjahat itu tadi, itu nanti akan saya laporkan langsung kepada Gusti Prabu dan akan kita bicarakan lagi tentang bagaimana dan siapa yang seharusnya nanti bertindak untuk menumpas
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k