Dewi Sunti sering mengajak para pemuda desa yang memiliki tubuh tinggi dan kekar, meskipun mereka itu tidak memiliki tampang yang rupawan, dan bisa dipastikan para pemuda-pemuda itu pun sangat merasa senang bisa melakukan hubungan intim dengan Dewi Sunti, dikarenakan memang pendekar wanita itu memiliki wajah yang sangat cantik, dan biasanya begitu selesai melakukan hubungan intim Dewi Sunti malah memberi upah pada para pemuda-pemuda tersebut.
Beda Dewi Sunti beda lagi cara yang dilakukan oleh Jakawulung, untuk memenuhi hasrat liar birahinya itu Pendekar sakti aliran hitam itu hanya memilih perempuan yang berparas cantik saja dengan tanpa memperdulikan apakah dia itu masih gadis atau sudah bersuami, dan tidak jarang dia mencederai bahkan juga membunuh para suami-suami yang mencoba menghalang-halangi ambisinya itu, dan mulai saat itulah kehidupan para warga menjadi tidak tenang, selalu dibayang-bayangi rasa cemas dan takut.
Tidak berselang lama akhirnya kejahatan yang di
"Rasakan ini kau bajingan! Huh!"ujar prajurit itu sambil melepaskan anak panahnyaWhuss ...!Anak panah itu pun langsung melesat dari busurnya dan tepat mengenai sasaran, yaitu menancap pada mata kiri Jaka wulung hingga menembus batok kepalanya.Mendapat serangan secara mendadak seperti itu Jaka Wulung pun langsung terkejut namun begitu tidak sedikitpun dia merasa kesakitan, anak panah itu berhasil menembus batok kepalanya namun dari lukanya itu tidak sedikitpun ada darah yang keluar, lalu dengan santainya Jaka wulung menarik anak panah tersebut, dan sungguh-sungguh ajaib begitu anak panah itu berhasil dicabut dari mata kirinya, mata dan batok kepalanya yang sempat tertembus oleh anak panah itu tadi dengan seketika langsung kembali utuh seperti sediakala.Lalu Jaka Wulung terlihat langsung marah sekali, dengan lantangnya pendekar pemegang mayat sakti itu langsung berteriak memanggil orang yang telah berani menyerangnya dengan cara diam-d
"Ee ... maaf Tuan ... tadi itu kami ..." belum juga selesai Adhinata berkata tiba-tiba langsung dipotong oleh Dipasena."Halah! Sudah, sudah, sudah! Paling kalaupun kamu ikutan bertarung belum tentu juga kamu mampu menandingi dua Pendekar itu tadi," ucap Dipasena sambil berusaha untuk duduk.Melihat Rakryan Dipasena kesulitan untuk duduk lalu Adhinata pun segera meraih pundak sepupu Prabu Jayantaka itu untuk dibantunya."Mari Tuan Dipasena saya bantu untuk duduk," ucap Adhinata. Namun bukannya menanggapinya dengan baik atas niat baik dari Adhinata sepupu Prabu Jayantaka itu malah menolaknya."Alah tidak usah! Saya masih bisa melakukannya sendiri!" ujar Dipasena.Lalu setelah duduk, Rakryan Dipasena bermaksud untuk langsung berdiri, tahu kalau keadaan Dipasena masih belum kembali pulih Adhinata pun langsung buru-buru mencegahnya."Jangan terlalu memaksakan dulu Tuan, kondisi Tuan belum kembali normal," ujar Adhinata. Namun lagi-lagi dengan so
"Sendiko dawuh Gusti, akan segera kami laksanakan," balas salah satu dari ke empat Prajurit itu. Lalu keempat prajurit itupun segera beranjak mencari bambu untuk dibuat sebuah tandu, selagi menunggu prajurit yang membuat tanduk itu tadi Adhinata nampak memberi komando kepada para prajurit untuk bersiap kembali pulang ke kerajaan. "Wahai para prajurit ...! Sebentar lagi kita akan pulang kembali ke Kerajaan, rencana kita untuk menumpas dua penjahat itu tadi kita gagalkan, bukannya takut atau apa, itu tidak lain karena dua penjahat itu tadi bukanlah lawan yang sepadan untuk kalian semua, terbukti rombongan prajurit yang dipimpinan Gusti Dipasena telah tewas semua, dan dari pada kejadian yang serupa menimpa kalian, maka saya telah membuat keputusan untuk pulang kembali saja, adapun mengenai dua penjahat itu tadi, itu nanti akan saya laporkan langsung kepada Gusti Prabu dan akan kita bicarakan lagi tentang bagaimana dan siapa yang seharusnya nanti bertindak untuk menumpas
"Berangkatlah restuku menyertaimu. Semoga kamu selalu dalam perlindungan Sanghyang Widhi, sehingga kamu bisa kembali ke Istana dengan membawa sebuah kemenangan! Aku tunggu kabar baik darimu Adhinata! Aku tunggu kedatanganmu! Selamat menjalankan tugas!" ucap Prabu Jayantaka sembari mengangkat telapak tangannya. Setelah menghaturkan sembah hormatnya Adhinata pun segera keluar dari ruangan sang Prabu kemudian dengan tanpa kembali ke istana Kepatihan wakil Patih kerajaan itupun segera menaiki kudanya dan langsung menggebrak menuju ke tempat tinggal sahabatnya yaitu Ranggawuni. "Heyaa ... heyaa ... heyaa ...!" Siang itu matahari cukup bersinar sangat terik namun panasnya suasana tidak membuat lelah sang wakil Patih kerajaan sehingga ketika hari telah memasuki sore Adhinata pun telah sampai ke kediaman Ranggawuni sahabatnya itu, dan begitu Adhinata menghentikan laju kudanya di gapura padepokan silat milik sahabatnya itu, dia sedikit merasa aneh begitu melihat suasa
Lha tidak semrawut bagaimana coba? Satu-satunya orang yang hendak dia mintai bantuan ternyata sekarang sudah hilang kekuatannya dan bahkan telah menjadi orang gila, lalu sepasang penjahat yang saat ini dia sedang ditugaskan untuk menumpasnya malah menguasai mayat sakti yang juga menjadi incaran banyak para pendekar termasuk juga Gusti Prabu Jayantaka.Ditengah kegelisahan yang dirasakannya itu sempat terlintas dalam benaknya untuk mencari Ranggawuni sahabatnya tersebut.'Apakah sebaiknya aku mencari Ranggawuni saja ...? Tapi ya untuk apa juga ... kalau memang sekarang dia telah berubah menjadi gila? Karena kalau melihat keadaan rumahnya dan ucapan Pak tani tadi itu kayaknya gak mungkin kalau dia itu berbohong, lagian kalau aku tetap mencari Ranggawuni dan nyatanya dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, apa itu malah tidak membuang-buang waktu namanya ...?' ucap batin Adhinata terlihat bingung mesti harus berbuat bagaimana lagi, karena dia tahu kalau dia kembali ke
Memang sepertinya Biswara pun sangat memahami dengan isi perintah Prabu Jayantaka pada punggawa kerajaan itu, yang dimana dia memang diperintahkan untuk memenggal kepala Jakawulung dan Dewi Sunti."Ya kalau begitu saya akan menunggu Tuan Biswara disini," ujar Adhinata.Kemudian Biswara pun bersiap untuk pergi mencari Jaka Wulung dan Dewi Sunti, memang kebetulan semua pekerjaan menata sayuran dan buah-buahan telah selesai dia lakukan."Tuan Adhinata," ucap Biswara."Ya Tuan," sahut Adhinata."Tuan tunggu saja di sini dulu, saya akan mencari Jaka Wulung dan Dewi Sunti, dan saya pastikan sebelum fajar nanti saya telah kembali dengan membawa dua kepala pendekar aliran hitam itu.""Siap Tuan, saya akan menunggu Tuan Biswara disini," balas Adhinata. Dan terlihat pendekar berwajah cacat itu nampak berdiri sambil bersedekap, dua matanya terpejam sambil mulut terlihat komat-kamit membaca sebuah mantra, tidak lama setelah itu angin pun tiba-tiba berti
"Hei! Siapa kau?!" tanya Jaka Wulung dengan suara yang keras."Apakah kamu sudah lupa denganku Jaka Wulung ..." tanya balik Biswara.Jaka Wulung yang memang sudah lupa dengan suara itu terlihat masih mencoba untuk mengenali dengan mengingat-ingatnya kembali."Menurutku kalian berdua ini belum terlalu tua untuk menjadi pikun," lanjut ucap Biswara. Kemudian setelah itu Biswara yang memang menundukkan kepalanya terlihat mulai mengangkatnya perlahan, dan tidak cuma itu pendekar berwajah cacat itu terlihat juga melepaskan topi lebarnya itu.Lalu begitu wajah Biswara mulai terlihat ditambah dengan cahaya rembulan yang masih bersinar dengan terang akhirnya Jaka Wulung dan Dewi Sunti pun langsung mengenali dan juga langsung terkejut setengah mati."Biswara! Oh ... benarkah kamu ini Biswara ...?" tanya Jaka Wulung dengan sedikit menggeser kakinya mundur ke belakang."Benar! Rupanya ingatanmu masih bagus Jaka Wulung,'' ujar Biswara sambil mendekap kan
Lalu akhirnya Jaka Wulung dan Dewi Sunti pun berjalan perlahan-lahan mendekati tubuh Biswara, dan betapa terkejutnya mereka berdua karena baru saja mereka melangkahkan kakinya tiba-tiba saja tubuh Biswara langsung ambruk ke tanah, dan bukan main girangnya Jaka Wulung melihat kejadian itu."Dewi rupanya kamu berhasil merobohkan Biswara," seru Jaka Wulung nampak heboh."Benar Kang, rupanya kesaktian Pendekar jelek itu tidaklah seperti yang aku bayangkan sebelumnya, tidak percuma aku mengeluarkan ajian Paku Sewu andalanku," timpal Dewi Sunti juga terlihat mulai yakin kalau Biswara memang benar telah berhasil dia robohkan.Lalu dengan tanpa ragu lagi sepasang Pendekar aliran hitam itu pun segera bergegas mendekati tubuh Biswara yang masih menyala dan juga dipenuhi dengan Paku yang membara itu, lalu begitu sudah mendekat nampak Dewi Sunti duduk jongkok tepat di hadapan muka Biswara sedangkan Jaka Wulung terlihat berada di sebelahnya.Lalu kemudian Jaka Wulung
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k