Memang sepertinya Biswara pun sangat memahami dengan isi perintah Prabu Jayantaka pada punggawa kerajaan itu, yang dimana dia memang diperintahkan untuk memenggal kepala Jakawulung dan Dewi Sunti.
"Ya kalau begitu saya akan menunggu Tuan Biswara disini," ujar Adhinata.
Kemudian Biswara pun bersiap untuk pergi mencari Jaka Wulung dan Dewi Sunti, memang kebetulan semua pekerjaan menata sayuran dan buah-buahan telah selesai dia lakukan.
"Tuan Adhinata," ucap Biswara.
"Ya Tuan," sahut Adhinata.
"Tuan tunggu saja di sini dulu, saya akan mencari Jaka Wulung dan Dewi Sunti, dan saya pastikan sebelum fajar nanti saya telah kembali dengan membawa dua kepala pendekar aliran hitam itu."
"Siap Tuan, saya akan menunggu Tuan Biswara disini," balas Adhinata. Dan terlihat pendekar berwajah cacat itu nampak berdiri sambil bersedekap, dua matanya terpejam sambil mulut terlihat komat-kamit membaca sebuah mantra, tidak lama setelah itu angin pun tiba-tiba berti
"Hei! Siapa kau?!" tanya Jaka Wulung dengan suara yang keras."Apakah kamu sudah lupa denganku Jaka Wulung ..." tanya balik Biswara.Jaka Wulung yang memang sudah lupa dengan suara itu terlihat masih mencoba untuk mengenali dengan mengingat-ingatnya kembali."Menurutku kalian berdua ini belum terlalu tua untuk menjadi pikun," lanjut ucap Biswara. Kemudian setelah itu Biswara yang memang menundukkan kepalanya terlihat mulai mengangkatnya perlahan, dan tidak cuma itu pendekar berwajah cacat itu terlihat juga melepaskan topi lebarnya itu.Lalu begitu wajah Biswara mulai terlihat ditambah dengan cahaya rembulan yang masih bersinar dengan terang akhirnya Jaka Wulung dan Dewi Sunti pun langsung mengenali dan juga langsung terkejut setengah mati."Biswara! Oh ... benarkah kamu ini Biswara ...?" tanya Jaka Wulung dengan sedikit menggeser kakinya mundur ke belakang."Benar! Rupanya ingatanmu masih bagus Jaka Wulung,'' ujar Biswara sambil mendekap kan
Lalu akhirnya Jaka Wulung dan Dewi Sunti pun berjalan perlahan-lahan mendekati tubuh Biswara, dan betapa terkejutnya mereka berdua karena baru saja mereka melangkahkan kakinya tiba-tiba saja tubuh Biswara langsung ambruk ke tanah, dan bukan main girangnya Jaka Wulung melihat kejadian itu."Dewi rupanya kamu berhasil merobohkan Biswara," seru Jaka Wulung nampak heboh."Benar Kang, rupanya kesaktian Pendekar jelek itu tidaklah seperti yang aku bayangkan sebelumnya, tidak percuma aku mengeluarkan ajian Paku Sewu andalanku," timpal Dewi Sunti juga terlihat mulai yakin kalau Biswara memang benar telah berhasil dia robohkan.Lalu dengan tanpa ragu lagi sepasang Pendekar aliran hitam itu pun segera bergegas mendekati tubuh Biswara yang masih menyala dan juga dipenuhi dengan Paku yang membara itu, lalu begitu sudah mendekat nampak Dewi Sunti duduk jongkok tepat di hadapan muka Biswara sedangkan Jaka Wulung terlihat berada di sebelahnya.Lalu kemudian Jaka Wulung
"Oh ... itu ada surat, dari siapa dan untuk siapa surat itu?" tanya Adhinata sambil melangkah menghampiri selembar surat tersebut, dan kemudian wakil Patih Kerajaan Karmajaya itu pun langsung segera mengambil surat itu dan kemudian langsung membacanya."Tuan Adhinata ... sepertinya Tuan terlihat capek sekali jadi aku tidak tega untuk membangunkan Tuan, pesanan Tuan telah aku bawakan, itu saya taruh di atas kantong di bawah surat ini, saat ini saya sedang ke pasar untuk berjualan, seandainya Tuan mau pulang sekarang silakan ... tapi kalau misalnya mau menunggu, saya tidak lama, sebelum tengah hari saya sudah kembali ke rumah, sekian dari saya Biswara," demikianlah bunyi tulisan surat dari Biswara."Oh Tuan Biswara ... kamu ternyata masih seperti dulu, sama sekali sedikitpun kamu tidak berubah, dengan kesaktian yang kamu miliki kamu tetap setia memilih untuk menjalani hidup sederhana sebagai petani dan penjual sayuran," ujar Adhinata setelah selesai membaca tulisan Biswa
Namun meski begitu, akibat dari gigitan ular kobra yang cukup dalam dan juga ditambah akibat dari tarikan Adhinata yang cukup keras tadi akhirnya pada leher sang wakil Patih Kerajaan Karmajaya itu benar-benar menyisakan luka yang cukup parah.Lalu setelah itu Adhinata pun tidak jadi mengambil buah pisang itu, dia memutuskan untuk kembali ke rumah Biswara, dengan luka akibat gigitan ular ular kobra tadi wakil Patih Kerajaan itu itu nampak berjalan dengan agak sempoyongan, dan beruntung sekali karena begitu dia hampir sampai di rumah Biswara ternyata sang pemilik rumah itu telah tiba dari pasar."Tuan Biswara ... tolong aku Tuan ..." seru Adhinata."Oh ada apa Tuan ...? Kenapa Tuan Adhinata bisa terluka seperti itu?" tanya Biswara."Aku habis bertarung dengan ular kobra Tuan, dan aku telah berhasil membunuhnya tapi ular itu juga berhasil menggigit leherku, i, ini," ujar Adhinata dengan suara agak terbata-bata."Wah, itu harus segera di obati Tuan kar
"Jadi menurutmu mayat sakti itu memang tidak bisa aku miliki begitu?!""Benar Gusti, memang nampaknya seperti itu," jawab Adhinata dengan jujurnya.Lalu begitu mendengar jawaban Adhinata seperti itu nampaknya Prabu Jayantaka merasa tersinggung lalu tiba-tiba dia berkata:"Ah ...! Sudahlah Adhinata, aku bosan mendengar jawaban seperti itu! Kalau memang kamu tidak bisa membantu aku mendapatkan mayat sakti itu sudah sana pergi saja!" sang prabu nampak terlihat marah dan membentak wakil patihnya itu.Lalu Adhinata pun segera berpamitan untuk kembali ke kediamannya dan sebelum itu dia nampak menghaturkan sembah hormatnya dulu sebelum akhirnya dia meninggalkan istana sang Raja itu.Setelah wakil patihnya itu pergi meninggalkan istana nampak Prabu Jayantaka masih terus berpikir, dia terlihat masih belum bisa menerima dengan perkataan dari Adhinata tadi, sang Raja terlihat masih terus berpikir mencari cara agar dia bisa mengambil mayat sakti itu dari tanga
"Kita carikan dia itu perempuan yang sangat cantik, lalu kita suruh wanita itu bersedia untuk menjadi istrinya, dan kalau sudah begitu dengan perantaraan istrinya itulah kita minta supaya dia mau menyerahkan mayat sakti itu kepada kita, bagaimana Pangeran usulan Pamanmu ini ...? Hem?" tanya Dipasena sembari mengangkat-angkat alisnya, memang sepupu Prabu Jayantaka itu terkenal jeli namun juga licik dalam urusan memperdayai lawan."Yah, aku sangat setuju sekali Paman, memang menurutku cara seperti itulah yang bisa meluluhkan hati seorang Biswara, karena tidak ada seorang lelaki pun di dunia ini yang tidak runtuh pendiriannya manakala sudah dihadapkan dengan seorang wanita," timpal Pangeran Cayapata terlihat juga sependapat dengan Pamannya itu."Tapi kira-kira siapa wanita yang akan kita jadikan umpan untuk menundukkan Biswara? Apakah kira-kira Paman sudah memiliki pilihan?" lanjut tanya Pangeran Cayapata."Ya inilah yang sedang saya pikirkan Nanda," sahut Dipasena
Setelah cukup berangan-angan dan berandai-andai sepupu Prabu Jayantaka itu segera bergegas meninggalkan ruangan bawah tanahnya dan beranjak menuju ke Istana sang Prabu. Lalu setelah sampai di Istana Dipasena pun langsung menghadap gusti Prabu yang kebetulan saat itu beliau sedang berada di ruang pemujaan."Prajurit, apakah Gusti Prabu ada?" tanya Dipasena kepada salah seorang prajurit yang berjaga di depan pintu ruangan pribadi sang Prabu."Ada Gusti, sekarang Gusti Prabu masih sedang melakukan pemujaan," ujar sang Prajurit."Lama gak kira-kira?" lanjut tanya Dipasena seolah tidak sabar."Ah ... Gusti Dipasena pakai tanya, kan Gusti sudah tahu seberapa lama biasanya pemujaan itu dilakukan ...?" balas sang Prajurit yang terlihat sudah sangat akrab dengan sepupu Raja itu. Lalu mereka berdua pun terlihat ngobrol ke sana-kemari hingga akhirnya sang Prabu yang terlihat sudah selesai melakukan sesembahannya itu nampak mendengar percakapan mereka berdua dari dal
"Yah, yah, yah ... terus siapakah wanita Kerajaan yang pantas untuk dinikahkan dengan Biswara Kakang?" tanya Prabu Jayantaka terlihat dengan mengernyitkan dahi, karena sepertinya beliau sendiri juga sedang berpikir untuk mencari sosok wanita itu."Ampun Gusti bagaimana kalau saya mengusulkan ... Putri Nirmalasari," ujar Dipasena dengan sangat hati-hati."Nirmalasari? Nirmalasari Putriku?" tanya sang Prabu seperti agak kaget."Benar Gusti, menurut saya Putri Nirmalasari sangat tepat apabila dijodohkan dengan Biswara, karena selain dia putri yang cantik, dia juga merupakan Putri Gusti Prabu Jayantaka sendiri, yang tentunya itu akan lebih memudahkan Gusti Prabu untuk mengatur seperti apa yang sudah saya katakan tadi diawal," ujar Dipasena kembali memberikan sebuah alasan.Lalu begitu mendengar penuturan dari Dipasena nampak Prabu Jayantaka terdiam sesaat, Raja Karmajaya itu terlihat seperti sedang berfikir. Dan setelah beberapa saat saling terdiam akhirnya D
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k