"Kita carikan dia itu perempuan yang sangat cantik, lalu kita suruh wanita itu bersedia untuk menjadi istrinya, dan kalau sudah begitu dengan perantaraan istrinya itulah kita minta supaya dia mau menyerahkan mayat sakti itu kepada kita, bagaimana Pangeran usulan Pamanmu ini ...? Hem?" tanya Dipasena sembari mengangkat-angkat alisnya, memang sepupu Prabu Jayantaka itu terkenal jeli namun juga licik dalam urusan memperdayai lawan.
"Yah, aku sangat setuju sekali Paman, memang menurutku cara seperti itulah yang bisa meluluhkan hati seorang Biswara, karena tidak ada seorang lelaki pun di dunia ini yang tidak runtuh pendiriannya manakala sudah dihadapkan dengan seorang wanita," timpal Pangeran Cayapata terlihat juga sependapat dengan Pamannya itu.
"Tapi kira-kira siapa wanita yang akan kita jadikan umpan untuk menundukkan Biswara? Apakah kira-kira Paman sudah memiliki pilihan?" lanjut tanya Pangeran Cayapata.
"Ya inilah yang sedang saya pikirkan Nanda," sahut Dipasena
Setelah cukup berangan-angan dan berandai-andai sepupu Prabu Jayantaka itu segera bergegas meninggalkan ruangan bawah tanahnya dan beranjak menuju ke Istana sang Prabu. Lalu setelah sampai di Istana Dipasena pun langsung menghadap gusti Prabu yang kebetulan saat itu beliau sedang berada di ruang pemujaan."Prajurit, apakah Gusti Prabu ada?" tanya Dipasena kepada salah seorang prajurit yang berjaga di depan pintu ruangan pribadi sang Prabu."Ada Gusti, sekarang Gusti Prabu masih sedang melakukan pemujaan," ujar sang Prajurit."Lama gak kira-kira?" lanjut tanya Dipasena seolah tidak sabar."Ah ... Gusti Dipasena pakai tanya, kan Gusti sudah tahu seberapa lama biasanya pemujaan itu dilakukan ...?" balas sang Prajurit yang terlihat sudah sangat akrab dengan sepupu Raja itu. Lalu mereka berdua pun terlihat ngobrol ke sana-kemari hingga akhirnya sang Prabu yang terlihat sudah selesai melakukan sesembahannya itu nampak mendengar percakapan mereka berdua dari dal
"Yah, yah, yah ... terus siapakah wanita Kerajaan yang pantas untuk dinikahkan dengan Biswara Kakang?" tanya Prabu Jayantaka terlihat dengan mengernyitkan dahi, karena sepertinya beliau sendiri juga sedang berpikir untuk mencari sosok wanita itu."Ampun Gusti bagaimana kalau saya mengusulkan ... Putri Nirmalasari," ujar Dipasena dengan sangat hati-hati."Nirmalasari? Nirmalasari Putriku?" tanya sang Prabu seperti agak kaget."Benar Gusti, menurut saya Putri Nirmalasari sangat tepat apabila dijodohkan dengan Biswara, karena selain dia putri yang cantik, dia juga merupakan Putri Gusti Prabu Jayantaka sendiri, yang tentunya itu akan lebih memudahkan Gusti Prabu untuk mengatur seperti apa yang sudah saya katakan tadi diawal," ujar Dipasena kembali memberikan sebuah alasan.Lalu begitu mendengar penuturan dari Dipasena nampak Prabu Jayantaka terdiam sesaat, Raja Karmajaya itu terlihat seperti sedang berfikir. Dan setelah beberapa saat saling terdiam akhirnya D
"Rampes ... oh ... Bunda Ratu Bhanuwati ..." jawab Nirmalasari dengan sedikit merasa grogi setelah melihat siapa yang datang. Lalu setelah meletakkan peralatan yang digunakannya untuk merawat tanaman itu Nirmalasari pun langsung mempersilahkan Ratu Bhanuwati untuk masuk ke dalam Istananya."Bundamu ada ndok ...?" tanya Ratu Bhanuwati."Ada Bunda Bhanuwati, didalam ..." jawab Putri Nirmalasari, dan tiba-tiba dari dalam Istana Kaputren terdengar suara berseru."Siapa yang datang Nirmalasari ...?" ujar suara yang tidak lain adalah Selir Purbasari atau ibu kandung Nirmalasari."Saya Purbasari ... Ratu Bhanuwati ..." sahut Ratu Bhanuwati menjawab.Kreeek ....!Suara pintu terbuka."Oh Gusti Ratu Bhanuwati ... kok tumben datang kemari ... mari silahkan masuk ..." ucap Selir Purbasari menyambut kedatangan sang Ratu dengan memberikan salam hormatnya."Terimakasih Purbasari," Lalu Selir Purbasari pun segera kembali masuk ke dalam Istana
Akhirnya ketiga sahabat Adhinata itu pun langsung segera bergegas pulang bersamaan dengan berangkatnya Adhinata menghadap Ratu Bhanuwati.Lalu begitu tiba di Istiana sang Prabu, Adhinata yang memang sudah ditunggu kedatangannya langsung disuruh masuk oleh Prajurit penjaga."Silahkan langsung masuk Gusti Adhinata, karena Gusti Prabu sudah menunggu di dalam.""Ya Prajurit, terima kasih." Dan kemudian Adhinata pun segera langsung masuk ke dalam istana.Lalu setibanya di situ Prabu jayantaka pun segera menyampaikan maksud tujuannya memanggil dirinya, dan begitu mendengar penuturan sekaligus tugas yang akan dibebankan kepadanya Adhinata sempat merasa terkejut, karena dia tidak habis pikir sama sekali kalau ternyata ambisi Gusti Prabu Jayantaka untuk bisa mendapatkan mayat sakti itu sangatlah besar, bahkan sampai rela mengorbankan Putrinya sendiri, selain itu dia juga sebenarnya masih cukup capek karena memang baru beberapa hari dia tiba dari kediaman Biswara d
Sementara itu sebagai orang yang memiliki ketajaman mata hati, Biswara pun juga sudah mengetahui dengan apa yang saat ini sedang terjadi di dalam kereta, dia nampak minta pada Adhinata untuk tidak menyuruh sang Putri supaya turun."Tuan Adhinata, Tuan mau kemana?" tanya Biswara begitu melihat Punggawa Kerajaan itu hendak beranjak dari hadapannya."Mau memanggil tuan Putri Tuan Biswara.""Gak usah, gak usah! Biarlah Tuan Putri tetap berada di dalam kereta, Dewata Agung yang akan mengatur segala urusan ini," ujar Biswara terlihat tidak ingin membuat hati sang Putri bertambah makin sedih."Maafkan saya Tuan, memang ini semua adalah kehendak dari Gusti Prabu Jayantaka, beliaulah yang sangat menginginkan Tuan Biswara menjadi suami Putri Nirmalasari," terang Adhinata. Mendengar penuturan Adhinata seperti itu nampak Biswara membalas dengan senyuman dengan berucap."Hmmm ... sebenarnya Gusti Prabu pun hanya menjalankan bagian dari rencana Sanghyang Widhi W
"Kamu ini bicara apa to Nduk ...? Kamu tidak sedang mengigau kan ...?" tanya Selir Purbasari nampak berusaha meyakinkan ucapan Putrinya itu."Tidak Ibu ... aku tidak sedang mengigau, aku sadar Ibu ... bahkan sekarang aku ingin kembali ke rumah Tuan Biswara lagi," ujar Nirmalasari."Untuk apa Nak ...?" tanya balik Selir Purbasari nampak merasa aneh dengan perubahan sikap Putrinya itu."Untuk minta maaf Bu ..." jawab Nirmalasari."Hanya minta maaf saja kan? Tidak untuk yang lain ...?" lanjut tanya Purbasari yang terlihat kurang setuju dengan perubahan sikap putrinya itu."Tidak Ibu, sepertinya saya akan menepati apa yang sudah saya janjikan kepada Ayahanda Prabu," jawab Nirmalasari terlihat sangat yakin."Benarkah ucapanmu itu Nirmalasari? Ibu tidak salah dengarkan?""Tidak Ibu ... kenapa sekarang kok sepertinya malah Ibu yang terlihat enggan dengan perjodohan ini?" tanya balik Nirmalasari pada sang Ibu."Bukannya Ibu enggan Anak
'Lalu perubahan seperti yang akan diberlakukan Sanghyang Widhi itu Eyang?' tanya Biswara nampak terus mengejar. Dan karena merasa tidak suka dengan sikap yang ditunjukkan oleh cucunya itu maka akhirnya Eyang Reksa pun menampar mulut Biswara.Plak!'Aduh!'Meskipun merasa sakit namun Biswara tidak berani berkata-kata lagi, dia nampak hanya menundukkan kepala dengan tangannya memegangi pipi yang barusan kena tampar. Biswara sadar bahwa apa yang barusan dia ucapkan itu adalah sebuah tindakan yang tidak benar, karena terlihat seperti orang yang tidak sabaran dengan terlalu banyak tanya. Tidak lama kemudian bisikan Eyang Reksa itu pun tidak terdengar lagi, dan memang sepertinya beliau sudah pergi.Sesaat kemudian Biswara pun telah menyelesaikan semedinya itu, meski dalam hati masih ada sedikit perasaan kurang lega namun sebisa mungkin dia berusaha menutupinya dengan menasehati dirinya sendiri."Sudahlah Biswara ... kamu tidak perlu panik lagi ... sepert
Disela-sela percakapan antara Adhinata dan Selir Purbasari itu tiba-tiba sang Tuan rumah Biswara nampak keluar dari dapur dengan membawa satu kendi berisikan air nira aren yang sudah dihangatkan.Kemudian dengan tangan agak gemetaran pemuda yang terlihat seperti orang Tua itu nampak mulai menuangkan air nira aren itu ke dalam cangkir yang terbuat dari potongan bambu."Mari silahkan diminum Tuan Adhinata ... Tuan Putri Nirmalasari ... Gusti Selir Purbasari dan semu para Prajurit ..." ujar Biswara dengan sangat santun, lalu setelah itu pemuda sakti itu nampak beranjak ingin kembali masuk ke dalam dapurnya namun langsung buru-buru dicegah oleh Adhinata."Ee, Tuan Biswara, Tuan mau kemana? Silahkan duduk di sisi saja Tuan," seru Adhinata."Anu Tuan saya mau kembali ke dapur mau melanjutkan masak," jawab Biswara."Alaah ... Ndak usah ...! Kami sudah membawa banyak makanan bekal kami dari Istana, biar prajurit ambilkan," timpal Adhinata."Prajurit
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k