"Yah, yah, yah ... terus siapakah wanita Kerajaan yang pantas untuk dinikahkan dengan Biswara Kakang?" tanya Prabu Jayantaka terlihat dengan mengernyitkan dahi, karena sepertinya beliau sendiri juga sedang berpikir untuk mencari sosok wanita itu.
"Ampun Gusti bagaimana kalau saya mengusulkan ... Putri Nirmalasari," ujar Dipasena dengan sangat hati-hati.
"Nirmalasari? Nirmalasari Putriku?" tanya sang Prabu seperti agak kaget.
"Benar Gusti, menurut saya Putri Nirmalasari sangat tepat apabila dijodohkan dengan Biswara, karena selain dia putri yang cantik, dia juga merupakan Putri Gusti Prabu Jayantaka sendiri, yang tentunya itu akan lebih memudahkan Gusti Prabu untuk mengatur seperti apa yang sudah saya katakan tadi diawal," ujar Dipasena kembali memberikan sebuah alasan.
Lalu begitu mendengar penuturan dari Dipasena nampak Prabu Jayantaka terdiam sesaat, Raja Karmajaya itu terlihat seperti sedang berfikir. Dan setelah beberapa saat saling terdiam akhirnya D
"Rampes ... oh ... Bunda Ratu Bhanuwati ..." jawab Nirmalasari dengan sedikit merasa grogi setelah melihat siapa yang datang. Lalu setelah meletakkan peralatan yang digunakannya untuk merawat tanaman itu Nirmalasari pun langsung mempersilahkan Ratu Bhanuwati untuk masuk ke dalam Istananya."Bundamu ada ndok ...?" tanya Ratu Bhanuwati."Ada Bunda Bhanuwati, didalam ..." jawab Putri Nirmalasari, dan tiba-tiba dari dalam Istana Kaputren terdengar suara berseru."Siapa yang datang Nirmalasari ...?" ujar suara yang tidak lain adalah Selir Purbasari atau ibu kandung Nirmalasari."Saya Purbasari ... Ratu Bhanuwati ..." sahut Ratu Bhanuwati menjawab.Kreeek ....!Suara pintu terbuka."Oh Gusti Ratu Bhanuwati ... kok tumben datang kemari ... mari silahkan masuk ..." ucap Selir Purbasari menyambut kedatangan sang Ratu dengan memberikan salam hormatnya."Terimakasih Purbasari," Lalu Selir Purbasari pun segera kembali masuk ke dalam Istana
Akhirnya ketiga sahabat Adhinata itu pun langsung segera bergegas pulang bersamaan dengan berangkatnya Adhinata menghadap Ratu Bhanuwati.Lalu begitu tiba di Istiana sang Prabu, Adhinata yang memang sudah ditunggu kedatangannya langsung disuruh masuk oleh Prajurit penjaga."Silahkan langsung masuk Gusti Adhinata, karena Gusti Prabu sudah menunggu di dalam.""Ya Prajurit, terima kasih." Dan kemudian Adhinata pun segera langsung masuk ke dalam istana.Lalu setibanya di situ Prabu jayantaka pun segera menyampaikan maksud tujuannya memanggil dirinya, dan begitu mendengar penuturan sekaligus tugas yang akan dibebankan kepadanya Adhinata sempat merasa terkejut, karena dia tidak habis pikir sama sekali kalau ternyata ambisi Gusti Prabu Jayantaka untuk bisa mendapatkan mayat sakti itu sangatlah besar, bahkan sampai rela mengorbankan Putrinya sendiri, selain itu dia juga sebenarnya masih cukup capek karena memang baru beberapa hari dia tiba dari kediaman Biswara d
Sementara itu sebagai orang yang memiliki ketajaman mata hati, Biswara pun juga sudah mengetahui dengan apa yang saat ini sedang terjadi di dalam kereta, dia nampak minta pada Adhinata untuk tidak menyuruh sang Putri supaya turun."Tuan Adhinata, Tuan mau kemana?" tanya Biswara begitu melihat Punggawa Kerajaan itu hendak beranjak dari hadapannya."Mau memanggil tuan Putri Tuan Biswara.""Gak usah, gak usah! Biarlah Tuan Putri tetap berada di dalam kereta, Dewata Agung yang akan mengatur segala urusan ini," ujar Biswara terlihat tidak ingin membuat hati sang Putri bertambah makin sedih."Maafkan saya Tuan, memang ini semua adalah kehendak dari Gusti Prabu Jayantaka, beliaulah yang sangat menginginkan Tuan Biswara menjadi suami Putri Nirmalasari," terang Adhinata. Mendengar penuturan Adhinata seperti itu nampak Biswara membalas dengan senyuman dengan berucap."Hmmm ... sebenarnya Gusti Prabu pun hanya menjalankan bagian dari rencana Sanghyang Widhi W
"Kamu ini bicara apa to Nduk ...? Kamu tidak sedang mengigau kan ...?" tanya Selir Purbasari nampak berusaha meyakinkan ucapan Putrinya itu."Tidak Ibu ... aku tidak sedang mengigau, aku sadar Ibu ... bahkan sekarang aku ingin kembali ke rumah Tuan Biswara lagi," ujar Nirmalasari."Untuk apa Nak ...?" tanya balik Selir Purbasari nampak merasa aneh dengan perubahan sikap Putrinya itu."Untuk minta maaf Bu ..." jawab Nirmalasari."Hanya minta maaf saja kan? Tidak untuk yang lain ...?" lanjut tanya Purbasari yang terlihat kurang setuju dengan perubahan sikap putrinya itu."Tidak Ibu, sepertinya saya akan menepati apa yang sudah saya janjikan kepada Ayahanda Prabu," jawab Nirmalasari terlihat sangat yakin."Benarkah ucapanmu itu Nirmalasari? Ibu tidak salah dengarkan?""Tidak Ibu ... kenapa sekarang kok sepertinya malah Ibu yang terlihat enggan dengan perjodohan ini?" tanya balik Nirmalasari pada sang Ibu."Bukannya Ibu enggan Anak
'Lalu perubahan seperti yang akan diberlakukan Sanghyang Widhi itu Eyang?' tanya Biswara nampak terus mengejar. Dan karena merasa tidak suka dengan sikap yang ditunjukkan oleh cucunya itu maka akhirnya Eyang Reksa pun menampar mulut Biswara.Plak!'Aduh!'Meskipun merasa sakit namun Biswara tidak berani berkata-kata lagi, dia nampak hanya menundukkan kepala dengan tangannya memegangi pipi yang barusan kena tampar. Biswara sadar bahwa apa yang barusan dia ucapkan itu adalah sebuah tindakan yang tidak benar, karena terlihat seperti orang yang tidak sabaran dengan terlalu banyak tanya. Tidak lama kemudian bisikan Eyang Reksa itu pun tidak terdengar lagi, dan memang sepertinya beliau sudah pergi.Sesaat kemudian Biswara pun telah menyelesaikan semedinya itu, meski dalam hati masih ada sedikit perasaan kurang lega namun sebisa mungkin dia berusaha menutupinya dengan menasehati dirinya sendiri."Sudahlah Biswara ... kamu tidak perlu panik lagi ... sepert
Disela-sela percakapan antara Adhinata dan Selir Purbasari itu tiba-tiba sang Tuan rumah Biswara nampak keluar dari dapur dengan membawa satu kendi berisikan air nira aren yang sudah dihangatkan.Kemudian dengan tangan agak gemetaran pemuda yang terlihat seperti orang Tua itu nampak mulai menuangkan air nira aren itu ke dalam cangkir yang terbuat dari potongan bambu."Mari silahkan diminum Tuan Adhinata ... Tuan Putri Nirmalasari ... Gusti Selir Purbasari dan semu para Prajurit ..." ujar Biswara dengan sangat santun, lalu setelah itu pemuda sakti itu nampak beranjak ingin kembali masuk ke dalam dapurnya namun langsung buru-buru dicegah oleh Adhinata."Ee, Tuan Biswara, Tuan mau kemana? Silahkan duduk di sisi saja Tuan," seru Adhinata."Anu Tuan saya mau kembali ke dapur mau melanjutkan masak," jawab Biswara."Alaah ... Ndak usah ...! Kami sudah membawa banyak makanan bekal kami dari Istana, biar prajurit ambilkan," timpal Adhinata."Prajurit
"Begini Tuan Adhinata bagi saya sebagai bagian kecil dari negeri ini, tidak sepatutnya menolak keinginan mulya dari sang Prabu seperti itu, hanya saja yang masih menjadi pertanyaanku ... Apakah ini juga sudah merupakan keinginan dari Gusti Putri Nirmalasari juga ...? Karena sebagai orang yang akan menjalaninya ..." tanya Biswara mencoba ingin mencari tahu dengan perasaan Gusti Putri Nirmalasari."Begini Tuan Biswara ..." sahut sang Putri yang tiba-tiba menyahuti pembicaraan antara Adhinata dan Biswara karena memang dia diharapkan untuk memberikan tanggapannya."Saya dilahirkan di Istana dibesarkan dan dididik di sana juga, selama saya hidup saya merasa bahwa negeri Karmajaya ini sangatlah tenang dan damai, tidak ada peperangan, hidup tenang, para Rakyat tiap hari bisa pergi ke ladang dan sawah mereka, berdagang tanpa adanya ketakutan karena memang semua orang yang bermaksud untuk mengganggu selalu bisa diatasi, dan itu aku sangat senang dan bersyukur," terang Putri Nir
Nampaknya tuah mayat sakti masih menjadi incaran dari para pencari kekuatan, baik itu dari kalangan sesama pendekar bahkan seorang raja sekalipun, mereka semua tidak mengerti kalau kesempurnaan tuah dari mayat sakti itu tidak akan bisa dimiliki selain bagi orang yang bisa memiliki batu mustika sebagai penyeimbang nya, karena memiliki mayat sakti tanpa batu mustika maka sudah bisa dipastikan tidak akan membawa kebaikan bagi sang pemilik, namun sebaliknya malah akan membuat bencana dan kerusakan bagi dirinya. Saat ini hati Biswara nampak terisi dengan dua perasaan sekaligus, rasa bahagia karena ada seorang wanita yang mau menjadi istrinya namun di sisi lain dia juga masih tidak yakin dengan perasaan wanita tersebut. Sebagai seorang Pendekar mengobati kegalauan hati dan pikiran haruslah segera dilakukan karena kalau tidak maka itu bisa merusak kematangan jiwa ksatria yang sudah dimilikinya sejak dulu dan bersemedi lah cara yang paling tepat untuk dilakukan sebagai terapi obat k