'Lalu perubahan seperti yang akan diberlakukan Sanghyang Widhi itu Eyang?' tanya Biswara nampak terus mengejar. Dan karena merasa tidak suka dengan sikap yang ditunjukkan oleh cucunya itu maka akhirnya Eyang Reksa pun menampar mulut Biswara.
Plak!
'Aduh!'
Meskipun merasa sakit namun Biswara tidak berani berkata-kata lagi, dia nampak hanya menundukkan kepala dengan tangannya memegangi pipi yang barusan kena tampar. Biswara sadar bahwa apa yang barusan dia ucapkan itu adalah sebuah tindakan yang tidak benar, karena terlihat seperti orang yang tidak sabaran dengan terlalu banyak tanya. Tidak lama kemudian bisikan Eyang Reksa itu pun tidak terdengar lagi, dan memang sepertinya beliau sudah pergi.
Sesaat kemudian Biswara pun telah menyelesaikan semedinya itu, meski dalam hati masih ada sedikit perasaan kurang lega namun sebisa mungkin dia berusaha menutupinya dengan menasehati dirinya sendiri.
"Sudahlah Biswara ... kamu tidak perlu panik lagi ... sepert
Disela-sela percakapan antara Adhinata dan Selir Purbasari itu tiba-tiba sang Tuan rumah Biswara nampak keluar dari dapur dengan membawa satu kendi berisikan air nira aren yang sudah dihangatkan.Kemudian dengan tangan agak gemetaran pemuda yang terlihat seperti orang Tua itu nampak mulai menuangkan air nira aren itu ke dalam cangkir yang terbuat dari potongan bambu."Mari silahkan diminum Tuan Adhinata ... Tuan Putri Nirmalasari ... Gusti Selir Purbasari dan semu para Prajurit ..." ujar Biswara dengan sangat santun, lalu setelah itu pemuda sakti itu nampak beranjak ingin kembali masuk ke dalam dapurnya namun langsung buru-buru dicegah oleh Adhinata."Ee, Tuan Biswara, Tuan mau kemana? Silahkan duduk di sisi saja Tuan," seru Adhinata."Anu Tuan saya mau kembali ke dapur mau melanjutkan masak," jawab Biswara."Alaah ... Ndak usah ...! Kami sudah membawa banyak makanan bekal kami dari Istana, biar prajurit ambilkan," timpal Adhinata."Prajurit
"Begini Tuan Adhinata bagi saya sebagai bagian kecil dari negeri ini, tidak sepatutnya menolak keinginan mulya dari sang Prabu seperti itu, hanya saja yang masih menjadi pertanyaanku ... Apakah ini juga sudah merupakan keinginan dari Gusti Putri Nirmalasari juga ...? Karena sebagai orang yang akan menjalaninya ..." tanya Biswara mencoba ingin mencari tahu dengan perasaan Gusti Putri Nirmalasari."Begini Tuan Biswara ..." sahut sang Putri yang tiba-tiba menyahuti pembicaraan antara Adhinata dan Biswara karena memang dia diharapkan untuk memberikan tanggapannya."Saya dilahirkan di Istana dibesarkan dan dididik di sana juga, selama saya hidup saya merasa bahwa negeri Karmajaya ini sangatlah tenang dan damai, tidak ada peperangan, hidup tenang, para Rakyat tiap hari bisa pergi ke ladang dan sawah mereka, berdagang tanpa adanya ketakutan karena memang semua orang yang bermaksud untuk mengganggu selalu bisa diatasi, dan itu aku sangat senang dan bersyukur," terang Putri Nir
Nampaknya tuah mayat sakti masih menjadi incaran dari para pencari kekuatan, baik itu dari kalangan sesama pendekar bahkan seorang raja sekalipun, mereka semua tidak mengerti kalau kesempurnaan tuah dari mayat sakti itu tidak akan bisa dimiliki selain bagi orang yang bisa memiliki batu mustika sebagai penyeimbang nya, karena memiliki mayat sakti tanpa batu mustika maka sudah bisa dipastikan tidak akan membawa kebaikan bagi sang pemilik, namun sebaliknya malah akan membuat bencana dan kerusakan bagi dirinya. Saat ini hati Biswara nampak terisi dengan dua perasaan sekaligus, rasa bahagia karena ada seorang wanita yang mau menjadi istrinya namun di sisi lain dia juga masih tidak yakin dengan perasaan wanita tersebut. Sebagai seorang Pendekar mengobati kegalauan hati dan pikiran haruslah segera dilakukan karena kalau tidak maka itu bisa merusak kematangan jiwa ksatria yang sudah dimilikinya sejak dulu dan bersemedi lah cara yang paling tepat untuk dilakukan sebagai terapi obat k
Namun meski begitu nampak Biswara sama sekali tidak membuka matanya, dia terlihat sudah sangat masuk ke alam Suargaloka menemui roh para leluhurnya, begitulah kira-kira. Kemudian setelah sempat melambat putaran tubuh Biswara kini tiba-tiba kembali berputar dengan sangat cepat dan kemudian tiba-tiba tubuh Biswara terlempar ke arah kanan dan akhirnya menghantam dinding ruangan Goa tersebut. Gubrak ...! Benturan itu cukup lumayan keras hingga mengakibatkan dinding ruangan Goa tersebut mengalami rontok dibeberapa bagian, namun begitu Biswara terlihat tidak bergeming sama sekali dia nampak masih seperti posisinya semula yaitu dengan duduk bersila, dan bersamaan dengan terbenturnya tubuh Biswara ke dinding Goa tadi tiba-tiba saja terdengar suara tawa yang sangat menyeramkan. Rupanya sejak tadi itu tubuh Biswara sedang diganggu oleh para dedemit gunung Argapura yang telah mengambil alih Goa tersebut sejak hilangnya jasad Eyang Reksa Jagat dari sana, rupanya mereka p
Keesokan harinya setelah hampir satu hari satu malam terguncang-guncang di dalam kereta akhirnya rombongan Adhinata dan Putri Nirmalasari pun tiba di Istana tepat di saat matahari berada di atas kepala.Tahu kalau utusannya telah tiba akhirnya Prabu Jayantaka pun segera meminta Adhinata untuk menghadap."Gusti Adhinata, mohon maaf Gusti?" sambut seorang prajurit sesaat setelah adinata beserta rombongannya turun dari kereta."Ya prajurit ada apa?" tanya balik Adhinata."Gusti diminta untuk langsung menghadap pada Gusti Prabu beliau sudah menunggu di Pendopo Istana.""Gusti Prabu telah mengetahui kedatangan kami?" tanya Adhinata keheranan."Benar Gusti, Gusti Prabu memang sudah menanti-nanti kedatangan Gusti Adhinata dan rombongan," balas sang Prajurit."Baiklah kalau begitu kami akan langsung segera menghadap, mari Gusti Selir dan Tuan Putri kita sama-sama menghadap kepada Gusti Prabu," ajak Adhinata kepada Selir Purbasari dan Putri Ni
"Baik Gusti Prabu hamba akan bicarakan nanti dengan Bapak Dang Acarya," balas Selir Purbasari menyanggupi titah dari suami yang sekaligus juga junjungannya itu."Ya sudah kalau begitu kalian silakan istirahat dan untuk kamu Adhinata! Apabila semua telah siap maka segera laporkan kepadaku, kita akan gelar acara pernikahan ini,tapi aku ingin acara pernikahan ini tidak terlalu mewah, pokok yang penting acara intinya sudah bisa terlaksana," pesan sang Prabu."Siap Gusti! Akan segera hamba laksanakan, dan sekarang hamba mohon pamit dulu Gusti ..." ucap Adhinata."Kami juga sekalian mau kembali ke Istana Kaputren Gusti ..." sahut Selir Purbasari nampak juga ingin segera istirahat."Ya sudah kalau begitu biar nanti saya ke Kaputren untuk membicarakan hal ini lebih lanjut lagi," balas sang Prabu menimpali. Kemudian Selir Purbasari dan Putri Nirmalasari pun segera keluar meninggalkan Pendopo dengan diantar kereta, sedangkan Adhinata juga nampak bergegas menu
"Kanda Prabu ini kami sudah datang," ujar Ratu Manika menyapa suaminya itu. "Oh rupanya kalian semua telah datang, saking enaknya dipijit sampai aku tidak tahu kalau kalian semua telah masuk ke ruangan ini," ujar sang Prabu sambil bangkit dari tidurannya itu. "Oh iya Dinda Manika tolong juga sekalian panggil semua putri-putri ku, Candrawati, Awandana dan Yoda semua suruh ikutan ngumpul di sini," lanjut perintah sang Prabu. "Memangnya para Putri juga ingin Kanda kasih tahu juga?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Lha iya to ... biar mereka juga tahu tentang kabar baik ini," timpal sang Prabu. "Ya sudah, kalau begitu biar saya saja yang manggil mereka, kalian berdua tetaplah nunggu disini," ujar Ratu Bhanuwati kepada dua madunya itu. "Baiklah Yunda ..." timpal Ratu Naeswari dan Ratu Manika dengan kompak, lalu kemudian Ratu Bhanuwati pun segera bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Selagi Ratu banuwati pergi memanggil ketiga pu
Mendengar penuturan sang Prabu seperti itu, nampak semua Permaisuri dan juga para Putri terlihat menampakkan ekspresi terkejut. "Siapakah nama Pemuda itu Kanda Prabu? Dan dari manakah dia itu berasal?" tanya Ratu Bhanuwati. "Pemuda itu bernama Biswara Dinda Ratu," jawab sang Prabu. "Biswara? Biswara yang mana itu Kanda ...?" dan baru mau dijawab tiba-tiba Ratu Bhanuwati teringat. "Oh iya, iya Biswara yang katanya penunggu Mayat Sakti itu to?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Benar Dinda, dialah pemuda sakti yang jadi pilihan Kanda Prabu mu ini, gimana Para Permaisuriku dan para Putriku? Bukankah ini kabar baik dan menyenangkan?" tanya Prabu Jayantaka dengan semangat. "Ya Kanda, saya seneng sekali mendengarnya," jawab Ratu Manika dengan wajah terlihat sangat sumringah. "Benar Kanda, saya pun juga merasa seperti itu, Nanda Putri Nirmalasari sangat beruntung bisa mendapat jodoh seorang pemuda sakti seperti Biswara, pasti nanti se
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k