Sementara itu sebagai orang yang memiliki ketajaman mata hati, Biswara pun juga sudah mengetahui dengan apa yang saat ini sedang terjadi di dalam kereta, dia nampak minta pada Adhinata untuk tidak menyuruh sang Putri supaya turun.
"Tuan Adhinata, Tuan mau kemana?" tanya Biswara begitu melihat Punggawa Kerajaan itu hendak beranjak dari hadapannya.
"Mau memanggil tuan Putri Tuan Biswara."
"Gak usah, gak usah! Biarlah Tuan Putri tetap berada di dalam kereta, Dewata Agung yang akan mengatur segala urusan ini," ujar Biswara terlihat tidak ingin membuat hati sang Putri bertambah makin sedih.
"Maafkan saya Tuan, memang ini semua adalah kehendak dari Gusti Prabu Jayantaka, beliaulah yang sangat menginginkan Tuan Biswara menjadi suami Putri Nirmalasari," terang Adhinata. Mendengar penuturan Adhinata seperti itu nampak Biswara membalas dengan senyuman dengan berucap.
"Hmmm ... sebenarnya Gusti Prabu pun hanya menjalankan bagian dari rencana Sanghyang Widhi W
"Kamu ini bicara apa to Nduk ...? Kamu tidak sedang mengigau kan ...?" tanya Selir Purbasari nampak berusaha meyakinkan ucapan Putrinya itu."Tidak Ibu ... aku tidak sedang mengigau, aku sadar Ibu ... bahkan sekarang aku ingin kembali ke rumah Tuan Biswara lagi," ujar Nirmalasari."Untuk apa Nak ...?" tanya balik Selir Purbasari nampak merasa aneh dengan perubahan sikap Putrinya itu."Untuk minta maaf Bu ..." jawab Nirmalasari."Hanya minta maaf saja kan? Tidak untuk yang lain ...?" lanjut tanya Purbasari yang terlihat kurang setuju dengan perubahan sikap putrinya itu."Tidak Ibu, sepertinya saya akan menepati apa yang sudah saya janjikan kepada Ayahanda Prabu," jawab Nirmalasari terlihat sangat yakin."Benarkah ucapanmu itu Nirmalasari? Ibu tidak salah dengarkan?""Tidak Ibu ... kenapa sekarang kok sepertinya malah Ibu yang terlihat enggan dengan perjodohan ini?" tanya balik Nirmalasari pada sang Ibu."Bukannya Ibu enggan Anak
'Lalu perubahan seperti yang akan diberlakukan Sanghyang Widhi itu Eyang?' tanya Biswara nampak terus mengejar. Dan karena merasa tidak suka dengan sikap yang ditunjukkan oleh cucunya itu maka akhirnya Eyang Reksa pun menampar mulut Biswara.Plak!'Aduh!'Meskipun merasa sakit namun Biswara tidak berani berkata-kata lagi, dia nampak hanya menundukkan kepala dengan tangannya memegangi pipi yang barusan kena tampar. Biswara sadar bahwa apa yang barusan dia ucapkan itu adalah sebuah tindakan yang tidak benar, karena terlihat seperti orang yang tidak sabaran dengan terlalu banyak tanya. Tidak lama kemudian bisikan Eyang Reksa itu pun tidak terdengar lagi, dan memang sepertinya beliau sudah pergi.Sesaat kemudian Biswara pun telah menyelesaikan semedinya itu, meski dalam hati masih ada sedikit perasaan kurang lega namun sebisa mungkin dia berusaha menutupinya dengan menasehati dirinya sendiri."Sudahlah Biswara ... kamu tidak perlu panik lagi ... sepert
Disela-sela percakapan antara Adhinata dan Selir Purbasari itu tiba-tiba sang Tuan rumah Biswara nampak keluar dari dapur dengan membawa satu kendi berisikan air nira aren yang sudah dihangatkan.Kemudian dengan tangan agak gemetaran pemuda yang terlihat seperti orang Tua itu nampak mulai menuangkan air nira aren itu ke dalam cangkir yang terbuat dari potongan bambu."Mari silahkan diminum Tuan Adhinata ... Tuan Putri Nirmalasari ... Gusti Selir Purbasari dan semu para Prajurit ..." ujar Biswara dengan sangat santun, lalu setelah itu pemuda sakti itu nampak beranjak ingin kembali masuk ke dalam dapurnya namun langsung buru-buru dicegah oleh Adhinata."Ee, Tuan Biswara, Tuan mau kemana? Silahkan duduk di sisi saja Tuan," seru Adhinata."Anu Tuan saya mau kembali ke dapur mau melanjutkan masak," jawab Biswara."Alaah ... Ndak usah ...! Kami sudah membawa banyak makanan bekal kami dari Istana, biar prajurit ambilkan," timpal Adhinata."Prajurit
"Begini Tuan Adhinata bagi saya sebagai bagian kecil dari negeri ini, tidak sepatutnya menolak keinginan mulya dari sang Prabu seperti itu, hanya saja yang masih menjadi pertanyaanku ... Apakah ini juga sudah merupakan keinginan dari Gusti Putri Nirmalasari juga ...? Karena sebagai orang yang akan menjalaninya ..." tanya Biswara mencoba ingin mencari tahu dengan perasaan Gusti Putri Nirmalasari."Begini Tuan Biswara ..." sahut sang Putri yang tiba-tiba menyahuti pembicaraan antara Adhinata dan Biswara karena memang dia diharapkan untuk memberikan tanggapannya."Saya dilahirkan di Istana dibesarkan dan dididik di sana juga, selama saya hidup saya merasa bahwa negeri Karmajaya ini sangatlah tenang dan damai, tidak ada peperangan, hidup tenang, para Rakyat tiap hari bisa pergi ke ladang dan sawah mereka, berdagang tanpa adanya ketakutan karena memang semua orang yang bermaksud untuk mengganggu selalu bisa diatasi, dan itu aku sangat senang dan bersyukur," terang Putri Nir
Nampaknya tuah mayat sakti masih menjadi incaran dari para pencari kekuatan, baik itu dari kalangan sesama pendekar bahkan seorang raja sekalipun, mereka semua tidak mengerti kalau kesempurnaan tuah dari mayat sakti itu tidak akan bisa dimiliki selain bagi orang yang bisa memiliki batu mustika sebagai penyeimbang nya, karena memiliki mayat sakti tanpa batu mustika maka sudah bisa dipastikan tidak akan membawa kebaikan bagi sang pemilik, namun sebaliknya malah akan membuat bencana dan kerusakan bagi dirinya. Saat ini hati Biswara nampak terisi dengan dua perasaan sekaligus, rasa bahagia karena ada seorang wanita yang mau menjadi istrinya namun di sisi lain dia juga masih tidak yakin dengan perasaan wanita tersebut. Sebagai seorang Pendekar mengobati kegalauan hati dan pikiran haruslah segera dilakukan karena kalau tidak maka itu bisa merusak kematangan jiwa ksatria yang sudah dimilikinya sejak dulu dan bersemedi lah cara yang paling tepat untuk dilakukan sebagai terapi obat k
Namun meski begitu nampak Biswara sama sekali tidak membuka matanya, dia terlihat sudah sangat masuk ke alam Suargaloka menemui roh para leluhurnya, begitulah kira-kira. Kemudian setelah sempat melambat putaran tubuh Biswara kini tiba-tiba kembali berputar dengan sangat cepat dan kemudian tiba-tiba tubuh Biswara terlempar ke arah kanan dan akhirnya menghantam dinding ruangan Goa tersebut. Gubrak ...! Benturan itu cukup lumayan keras hingga mengakibatkan dinding ruangan Goa tersebut mengalami rontok dibeberapa bagian, namun begitu Biswara terlihat tidak bergeming sama sekali dia nampak masih seperti posisinya semula yaitu dengan duduk bersila, dan bersamaan dengan terbenturnya tubuh Biswara ke dinding Goa tadi tiba-tiba saja terdengar suara tawa yang sangat menyeramkan. Rupanya sejak tadi itu tubuh Biswara sedang diganggu oleh para dedemit gunung Argapura yang telah mengambil alih Goa tersebut sejak hilangnya jasad Eyang Reksa Jagat dari sana, rupanya mereka p
Keesokan harinya setelah hampir satu hari satu malam terguncang-guncang di dalam kereta akhirnya rombongan Adhinata dan Putri Nirmalasari pun tiba di Istana tepat di saat matahari berada di atas kepala.Tahu kalau utusannya telah tiba akhirnya Prabu Jayantaka pun segera meminta Adhinata untuk menghadap."Gusti Adhinata, mohon maaf Gusti?" sambut seorang prajurit sesaat setelah adinata beserta rombongannya turun dari kereta."Ya prajurit ada apa?" tanya balik Adhinata."Gusti diminta untuk langsung menghadap pada Gusti Prabu beliau sudah menunggu di Pendopo Istana.""Gusti Prabu telah mengetahui kedatangan kami?" tanya Adhinata keheranan."Benar Gusti, Gusti Prabu memang sudah menanti-nanti kedatangan Gusti Adhinata dan rombongan," balas sang Prajurit."Baiklah kalau begitu kami akan langsung segera menghadap, mari Gusti Selir dan Tuan Putri kita sama-sama menghadap kepada Gusti Prabu," ajak Adhinata kepada Selir Purbasari dan Putri Ni
"Baik Gusti Prabu hamba akan bicarakan nanti dengan Bapak Dang Acarya," balas Selir Purbasari menyanggupi titah dari suami yang sekaligus juga junjungannya itu."Ya sudah kalau begitu kalian silakan istirahat dan untuk kamu Adhinata! Apabila semua telah siap maka segera laporkan kepadaku, kita akan gelar acara pernikahan ini,tapi aku ingin acara pernikahan ini tidak terlalu mewah, pokok yang penting acara intinya sudah bisa terlaksana," pesan sang Prabu."Siap Gusti! Akan segera hamba laksanakan, dan sekarang hamba mohon pamit dulu Gusti ..." ucap Adhinata."Kami juga sekalian mau kembali ke Istana Kaputren Gusti ..." sahut Selir Purbasari nampak juga ingin segera istirahat."Ya sudah kalau begitu biar nanti saya ke Kaputren untuk membicarakan hal ini lebih lanjut lagi," balas sang Prabu menimpali. Kemudian Selir Purbasari dan Putri Nirmalasari pun segera keluar meninggalkan Pendopo dengan diantar kereta, sedangkan Adhinata juga nampak bergegas menu