"Baik Gusti Prabu hamba akan bicarakan nanti dengan Bapak Dang Acarya," balas Selir Purbasari menyanggupi titah dari suami yang sekaligus juga junjungannya itu.
"Ya sudah kalau begitu kalian silakan istirahat dan untuk kamu Adhinata! Apabila semua telah siap maka segera laporkan kepadaku, kita akan gelar acara pernikahan ini,tapi aku ingin acara pernikahan ini tidak terlalu mewah, pokok yang penting acara intinya sudah bisa terlaksana," pesan sang Prabu.
"Siap Gusti! Akan segera hamba laksanakan, dan sekarang hamba mohon pamit dulu Gusti ..." ucap Adhinata.
"Kami juga sekalian mau kembali ke Istana Kaputren Gusti ..." sahut Selir Purbasari nampak juga ingin segera istirahat.
"Ya sudah kalau begitu biar nanti saya ke Kaputren untuk membicarakan hal ini lebih lanjut lagi," balas sang Prabu menimpali. Kemudian Selir Purbasari dan Putri Nirmalasari pun segera keluar meninggalkan Pendopo dengan diantar kereta, sedangkan Adhinata juga nampak bergegas menu
"Kanda Prabu ini kami sudah datang," ujar Ratu Manika menyapa suaminya itu. "Oh rupanya kalian semua telah datang, saking enaknya dipijit sampai aku tidak tahu kalau kalian semua telah masuk ke ruangan ini," ujar sang Prabu sambil bangkit dari tidurannya itu. "Oh iya Dinda Manika tolong juga sekalian panggil semua putri-putri ku, Candrawati, Awandana dan Yoda semua suruh ikutan ngumpul di sini," lanjut perintah sang Prabu. "Memangnya para Putri juga ingin Kanda kasih tahu juga?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Lha iya to ... biar mereka juga tahu tentang kabar baik ini," timpal sang Prabu. "Ya sudah, kalau begitu biar saya saja yang manggil mereka, kalian berdua tetaplah nunggu disini," ujar Ratu Bhanuwati kepada dua madunya itu. "Baiklah Yunda ..." timpal Ratu Naeswari dan Ratu Manika dengan kompak, lalu kemudian Ratu Bhanuwati pun segera bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Selagi Ratu banuwati pergi memanggil ketiga pu
Mendengar penuturan sang Prabu seperti itu, nampak semua Permaisuri dan juga para Putri terlihat menampakkan ekspresi terkejut. "Siapakah nama Pemuda itu Kanda Prabu? Dan dari manakah dia itu berasal?" tanya Ratu Bhanuwati. "Pemuda itu bernama Biswara Dinda Ratu," jawab sang Prabu. "Biswara? Biswara yang mana itu Kanda ...?" dan baru mau dijawab tiba-tiba Ratu Bhanuwati teringat. "Oh iya, iya Biswara yang katanya penunggu Mayat Sakti itu to?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Benar Dinda, dialah pemuda sakti yang jadi pilihan Kanda Prabu mu ini, gimana Para Permaisuriku dan para Putriku? Bukankah ini kabar baik dan menyenangkan?" tanya Prabu Jayantaka dengan semangat. "Ya Kanda, saya seneng sekali mendengarnya," jawab Ratu Manika dengan wajah terlihat sangat sumringah. "Benar Kanda, saya pun juga merasa seperti itu, Nanda Putri Nirmalasari sangat beruntung bisa mendapat jodoh seorang pemuda sakti seperti Biswara, pasti nanti se
Mendengar penuturan sang Prabu seperti itu, nampak semua Permaisuri dan juga para Putri terlihat menampakkan ekspresi terkejut. "Siapakah nama Pemuda itu Kanda Prabu? Dan dari manakah dia itu berasal?" tanya Ratu Bhanuwati. "Pemuda itu bernama Biswara Dinda Ratu," jawab sang Prabu. "Biswara? Biswara yang mana itu Kanda ...?" dan baru mau dijawab tiba-tiba Ratu Bhanuwati teringat. "Oh iya, iya Biswara yang katanya penunggu Mayat Sakti itu to?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Benar Dinda, dialah pemuda sakti yang jadi pilihan Kanda Prabu mu ini, gimana Para Permaisuriku dan para Putriku? Bukankah ini kabar baik dan menyenangkan?" tanya Prabu Jayantaka dengan semangat. "Ya Kanda, saya seneng sekali mendengarnya," jawab Ratu Manika dengan wajah terlihat sangat sumringah. "Benar Kanda, saya pun juga merasa seperti itu, Nanda Putri Nirmalasari sangat beruntung bisa mendapat jodoh seorang pemuda sakti seperti Biswara, pasti nanti se
Lalu sang Prabu pun segera mengajak saudara sepupunya itu masuk ke dalam ruangan pribadinya dan nampak di situ Ratu Manika terlihat masih duduk-duduk santai di tempatnya yang tadi, Ratu termuda itu terlihat masih sibuk dengan pisau kecilnya dan juga satu keranjang berisi aneka macam buah."Mari Kakang silakan duduk," ujar Prabu Jayantaka sambil tangannya menunjukkan tempat duduk untuk saudara sepupunya itu."Terima kasih Gusti Prabu," jawab Rakryan Dipasena dengan segera menempati tempat duduk tersebut."Dinda Ratu Manika, mungkin Dinda bisa masuk ke kamar dulu, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Kakang Dipasena," pinta sang Prabu pada Permaisuri termudanya itu."Baik Kanda ... mari Tuan Dipasena ..." jawab Ratu Manika sambil menganggukkan kepalanya pada Rakryan Dipasena, dan Dipasena pun langsung membalas dengan menganggukkan kepalanya juga."Gimana Kakang Dipasena?" ucap tanya Prabu Jayantaka memulai pembicaraannya."Yah cuma
"Ya Kan katanya ini bukan masalah pingin? Kata Kakang Dipasena ini adalah sebuah kelaziman? Tapi meski begitu saya tidak ingin buru-buru kok Kang," jawab Prabu Jayantaka terdengar kurang memuaskan hati Dipasena."Lho kenapa Gusti ...?" tanya Dipasena mengejar."Ya karena saya merasa bahwa itu keperluan yang tidak begitu mendesak yang harus segera dilakukan dengan terburu-buru," jawab Prabu Jayantaka beralasan. Namun nampaknya jawaban Prabu Jayantaka itu langsung kembali ditimpali oleh Rakryan Dipasena."Begini lho Gusti ya ...? Sekali lagi ini bukan soal terbaru-buru atau lainnya ... tapi lagi-lagi ini adalah berbicara tentang kepatutan dan kesempurnaan seorang Raja! Coba sekarang saya mau tanya! Apakah waktu enam purnama masih kurang lama untuk merasakan ketidaksempurnaan ini? Lalu kalau misalkan calon Permaisuri itu sudah ada apa kira-kira Gusti Prabu tetap tidak berkenan?" tanya Rakryan Dipasena terdengar begitu sangat pengertian pada sang Prabu. Lalu begitu
Lalu Pardi pun langsung segera mengambil kuda dari kandang dan kemudian segera menungganginya dan langsung menggebraknya dengan cukup kencang."Heyaa, heyaa, heyaa!"Setelah kepergian Prajurit suruhannya itu Dipasena pun terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.'Adhinata kamu boleh merasa unggul dariku karena beberapa kali kamu berhasil menjalankan tugas dari Gusti Prabu, tapi untuk kali ini aku lah yang lebih cerdas dibandingkan kamu, karena saat ini semua tugas yang diberikan Gusti Prabu telah aku ambil alih, dan itu berarti tidak lama lagi akulah yang akan menggeser kedudukan mu di hadapan Gusti Prabu,' gumam Dipasena."Apa sebaiknya aku sekarang menemui Adhinata ya? Ya memang sebaiknya begitu, aku akan temui dia dan aku akan bilang kepadanya kalau saat ini semua urusan mengenai pernikahan Putri Nirmalasari dengan Biswara sudah dilimpahkan kepadaku, dan kamu sekarang akan nganggur Adhinata! Dasar wakil Patih bodoh! Hehehe ..." ujar Dipasena sambil t
"Jadi sekarang kamu mau menemui Bapak Dang Acarya Brahma?" tanya Prabu Jayantaka."Benar Gusti Prabu, sebelum nanti beliau menentukan hari untuk acara pernikahan itu, " jawab Adhinata."Tidak usah Adhinata, karena aku juga sudah meminta kepada Kakang Dipasena untuk sekalian membahas masalah ini dengan Bapak Dang Acarya Brahma, sekarang kamu di sini saja dulu, karena masih ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu," pinta sang Prabu.'Aneh kenapa Gusti Prabu tiba-tiba saja berubah sikap seperti ini? Tidak biasanya beliau mempercayakan tugasnya kepada Gusti Dipasena, pasti Tuan Dipasena sedang merencanakan sesuatu,' ujar batin Adhinata nampak keheranan.Jujur dengan cara Gusti Prabu membebastugaskan dirinya itu Adhinata merasa kurang nyaman, karena memang dengan cara sepihak, namun meski begitu dia juga tidak bisa menolak manakala sang Prabu memintanya untuk tetap menemaninya di situ."Hal penting Apakah yang hendak Gusti Prabu sampaikan kepada h
"Sejak kemarin sore Pardi kok belum datang-datang juga ya? Padahal biasanya gak sampai lama kayak gini dia sudah muncul, apa perlu aku kirim Prajurit susulan untuk memastikan keadaan yang sebenarnya?" lagi-lagi tanya Dipasena terlihat sangat gusar.Tidak lama kemudian disaat Dipasena masih mondar-mandir di halaman kediamannya tersebut tiba-tiba dari kejauhan terlihat ada tiga orang menunggang kuda bergerak menuju ke arahnya."Oh itu rupanya mereka, kenapa baru pagi ini mereka datang?" ujar tanya Dipasena. Dan begitu ketiga anak buahnya itu sudah sampai di halaman rumahnya Dipasena pun segera menyambutnya dengan agak emosi."Hei kalian! Kenapa baru sekarang datangnya?" tanya Dipasena sambil menatap wajah Darto, Darso dan Pardi secara bergantian.Tahu kalau majikannya itu sedang marah maka Pardi pun tidak berani untuk menjawab, dia terlihat malah menyenggol lengan Darto dengan menggunakan sikunya sebagai isyarat agar supaya Darto lah yang menjawab."
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k