"Jadi sekarang kamu mau menemui Bapak Dang Acarya Brahma?" tanya Prabu Jayantaka.
"Benar Gusti Prabu, sebelum nanti beliau menentukan hari untuk acara pernikahan itu, " jawab Adhinata.
"Tidak usah Adhinata, karena aku juga sudah meminta kepada Kakang Dipasena untuk sekalian membahas masalah ini dengan Bapak Dang Acarya Brahma, sekarang kamu di sini saja dulu, karena masih ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu," pinta sang Prabu.
'Aneh kenapa Gusti Prabu tiba-tiba saja berubah sikap seperti ini? Tidak biasanya beliau mempercayakan tugasnya kepada Gusti Dipasena, pasti Tuan Dipasena sedang merencanakan sesuatu,' ujar batin Adhinata nampak keheranan.
Jujur dengan cara Gusti Prabu membebastugaskan dirinya itu Adhinata merasa kurang nyaman, karena memang dengan cara sepihak, namun meski begitu dia juga tidak bisa menolak manakala sang Prabu memintanya untuk tetap menemaninya di situ.
"Hal penting Apakah yang hendak Gusti Prabu sampaikan kepada h
"Sejak kemarin sore Pardi kok belum datang-datang juga ya? Padahal biasanya gak sampai lama kayak gini dia sudah muncul, apa perlu aku kirim Prajurit susulan untuk memastikan keadaan yang sebenarnya?" lagi-lagi tanya Dipasena terlihat sangat gusar.Tidak lama kemudian disaat Dipasena masih mondar-mandir di halaman kediamannya tersebut tiba-tiba dari kejauhan terlihat ada tiga orang menunggang kuda bergerak menuju ke arahnya."Oh itu rupanya mereka, kenapa baru pagi ini mereka datang?" ujar tanya Dipasena. Dan begitu ketiga anak buahnya itu sudah sampai di halaman rumahnya Dipasena pun segera menyambutnya dengan agak emosi."Hei kalian! Kenapa baru sekarang datangnya?" tanya Dipasena sambil menatap wajah Darto, Darso dan Pardi secara bergantian.Tahu kalau majikannya itu sedang marah maka Pardi pun tidak berani untuk menjawab, dia terlihat malah menyenggol lengan Darto dengan menggunakan sikunya sebagai isyarat agar supaya Darto lah yang menjawab."
"Sepertinya rencanaku akan berjalan dengan baik dan mulus, setelah nanti berhasil aku mencarikan Permaisuri untuk Jayantaka maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan cara untuk membunuh dia, Hehehe ... tunggu saja sampai tiba saatnya untuk berpesta," ujar Dipasena sambil tersenyum sinis.Sementara itu Darto dan Darso yang telah berangkat ke rumah Tumenggung Sutojoyo yang berada di daerah Gejayan terlihat juga sudah hampir sampai di saat hari mulai bergerak memasuki siang, cuaca yang tidak terlalu panas dikarenakan tersebarnya mendung tipis yang menutupi, sehingga membuat perjalanan mereka berdua tidak begitu terasa melelahkan.Hihiyyeh ...! Hihiyyeh ...! Suara ringkikan kuda Darto dan Darso terdengar begitu menyeringai manakala tali kendalinya itu ditarik dengan cukup mendadak."Gimana ini Darto, bukankah kita ini sudah tiba di daerah Gejayan?" tanya Darso."Ya kayaknya sih iya, tapi dari tadi aku kok belum melihat gapuranya kota Gejayan, mungkin kita
"Oh begitu, ya gak masalah, mau dia itu anak Tuan Tumenggung Sutojoyo sendiri atau hanya anak asuh menurut saya itu tak jadi masalah, yang penting dia itu siap untuk dijadikan Permaisuri Gusti Prabu, bagaimana Tuan Tumenggung?" lanjut tanya Darso."Ya inilah yang belum bisa saya jawab sekarang, karena itu mesti saya tanyakan dulu pada anaknya langsung Tuan," jawab Tumenggung Sutojoyo dirasa masih kurang memuaskan oleh Darto dan Darso."Tapi sekarang anak gadis Tuan Tumenggung itu ada kan?" lanjut tanya Darto."Ada," jawab Tumenggung sutojoyo singkat."Boleh kami berdua melihatnya Tuan Tumenggung?" pinta Darso dengan ekspresi muka berharap."Ya boleh-boleh saja Tuan, tapi kayaknya kalau untuk memberi jawaban mau atau tidaknya Saya masih belum yakin apakah dia bisa memberi jawaban itu sekarang atau tidak," balas Tumenggung Sutojoyo nampak masih ragu."Ya gak apa-apa, nanti jawabannya bisa menyusul, yang penting sekarang ini saya pingin lihat d
Begitulah akhirnya setelah semua tahapan pernikahan baik yang untuk Putri Nirmalasari dengan Biswara maupun Prabu Jayantaka dengan Adhiti Sharma, mulai dari melamar menyerahkan seserahan, hingga penentuan hari pernikahan selesai maka kesibukan dilingkungan Istana pun langsung terlihat, pernikahan yang semula hanya akan dilaksanakan dengan sederhana sekarang telah dirubah menjadi pernikahan yang mewah dan megah, terlebih yang menjadi pengantin adalah Gusti Prabu Jayantaka sendiri.Sementara itu Rakryan Dipasena yang dalam hal ini menjadi pengatur semuanya juga terlihat sangat super sibuk, bahkan karena saking sibuknya sampai-sampai petinggi kerajaan yang sekaligus juga sepupu Prabu Jayantaka itu jadi makin sulit untuk ditemui termasuk Pangeran Cayapata pun juga merasa kesulitan untuk bisa menemui Pamannya itu.Siang itu sang Pangeran yang juga sudah diberi tahu tentang akan dilaksanakannya pernikahan Putri Nirmalasari dengan Biswara dan Prabu Jayantaka dengan Adhiti Sha
"Tenang dulu Nanda Pangeran ... tenang dulu ... sabar ... bukannya saya tidak mau memberi tahu kepada Nanda Pangeran ... Saya tidak bilang itu karena saya mengira kalau Nanda Pangeran itu sudah diberi tahu langsung oleh Gusti Prabu ..." ujar Dipasena beralasan."Enggak!" sergah Pangeran Cayapata nampak begitu sewot."Ayahanda Prabu tidak pernah ngomong apa-apa denganku!" lanjut ujar Pangeran Cayapata."Oh jadi begitu, ya sudah kalau begitu sekarang saya akan ceritakan semuanya kepada Nanda Pangeran ..."Akhirnya Rakryan Dipasena pun menceritakan semuanya dari awal, mulai dia mengusulkan pada sang prabu untuk menikah lagi, hingga mencarikan calon Permaisuri yang hendak dinikahi oleh sang Prabu. Lalu setelah mendengar penjelasan dari Pamannya itu Pangeran Cayapata pun kembali melontarkan pertanyaannya."Lalu untuk apa semua ini Paman lakukan? Bukankah kita sudah merencanakan untuk membunuh Ayahanda Prabu? Kenapa sekarang kok tiba-tiba Paman berubah m
"Mari Kang duduk disini dulu," ajak Biswara pada Kang Sembur. Lalu dua sahabat beda usia itu pun segera duduk bersebelahan di pinggiran ladang."Gimana ... kamu mau ngomong apa Wara ...? Kok kelihatannya penting dan serius banget," ujar Kang Sembur sembari membenahi posisi duduknya."Begini Kang, saya ke istana itu memang atas undangan dari Gusti Prabu tapi bukan dalam rangka diminta oleh beliau untuk mengobati," ucapan Biswara pun langsung dipotong oleh Kang Sembur."Lalu untuk apa?" tanya Kang Sembur."Saya akan dijadikan menantu oleh Gusti Prabu Kang," jawab Biswara sambil tersenyum."Apa kamu bilang Wara? Kamu mau dijadikan menantu oleh Gusti Prabu Jayantaka?" tanya Kang Sembur yang nampak tidak bisa menutupi rasa kagetnya."Lhoo tadi katanya tidak akan kaget ...?" timpal Biswara mengingatkan sahabatnya itu."Kamu serius Wara?!" kembali Kang Sembur mempertegas kembali pertanyaannya."Ya serius to Kang ... memangnya temanmu
"Oh begitu, ya sudah aku ngikut saja kalau begitu, karena saya pun memang sudah siap," balas Biswara.Lalu Prajurit itupun langsung mempersilahkan Biswara untuk segera naik ke dalam kereta, dan kemudian Biswara pun juga langsung mengiyakan, namun baru saja Biswara menginjakkan salah satu kakinya ke atas kereta itu tiba-tiba saja dia teringat kalau pusaka andalannya yaitu Mayat Sakti, itu ternyata masih tertinggal di dalam rumah."Oh ya Tuan ada sesuatu yang masih tertinggal," ujar Biswara sambil segera kembali balik masuk lagi ke dalam rumahnya, dan tidak lama kemudian akhirnya Biswara pun telah kembali keluar dengan sebuah peti yang telah menggantung di punggungnya.'Apa yang digendong oleh Tuan Biswara itu?' tanya salah seorang Prajurit dalam hatinya."Mari Tuan, saya sudah siap untuk berangkat." Lalu Biswara pun langsung kembali masuk ke dalam kereta tersebut. Dalam kereta itu Biswara hanya duduk sendiri, sedangkan untuk yang duduk di kursi kusir nampa
"Iya wes kalau memang begitu, aku akan mencobanya, nanti disaat orang sudah berkumpul untuk menyaksikan upacara pernikahan ini maka Biswara langsung saya mintai seperti apa yang Kakang Dipasena sarankan itu." Dan begitulah akhirnya lagi-lagi Rakryan Dipasena memberi sebuah usulan yang sangat berarti bagi Gusti Prabu.Keesokan harinya disaat fajar mulai menyingsing nampak suasana di dalam Istana terlihat sudah sangat ramai, hiruk-pikuknya para prajurit dan dayang terlihat sangat riuh, mengingat itu memang merupakan hari yang telah dinanti-nanti oleh semua penghuni kerajaan terlebih oleh dua calon pengantin yakni Prabu Jayantaka dan Putri Nirmalasari.Sementara itu di Istana Kaputren nampak Selir Purbasari terlihat masih menemani sang Putri yakni Nirmalasari yang terlihat masih tertidur, memang sengaja malam itu Selir Purbasari menemani Putrinya untuk tidur bareng, itu tidak lain karena Selir Purbasari merasa bahwa itu adalah malam terakhir bagi dirinya untuk bisa
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k