"Oh begitu, ya sudah aku ngikut saja kalau begitu, karena saya pun memang sudah siap," balas Biswara.
Lalu Prajurit itupun langsung mempersilahkan Biswara untuk segera naik ke dalam kereta, dan kemudian Biswara pun juga langsung mengiyakan, namun baru saja Biswara menginjakkan salah satu kakinya ke atas kereta itu tiba-tiba saja dia teringat kalau pusaka andalannya yaitu Mayat Sakti, itu ternyata masih tertinggal di dalam rumah.
"Oh ya Tuan ada sesuatu yang masih tertinggal," ujar Biswara sambil segera kembali balik masuk lagi ke dalam rumahnya, dan tidak lama kemudian akhirnya Biswara pun telah kembali keluar dengan sebuah peti yang telah menggantung di punggungnya.
'Apa yang digendong oleh Tuan Biswara itu?' tanya salah seorang Prajurit dalam hatinya.
"Mari Tuan, saya sudah siap untuk berangkat." Lalu Biswara pun langsung kembali masuk ke dalam kereta tersebut. Dalam kereta itu Biswara hanya duduk sendiri, sedangkan untuk yang duduk di kursi kusir nampa
"Iya wes kalau memang begitu, aku akan mencobanya, nanti disaat orang sudah berkumpul untuk menyaksikan upacara pernikahan ini maka Biswara langsung saya mintai seperti apa yang Kakang Dipasena sarankan itu." Dan begitulah akhirnya lagi-lagi Rakryan Dipasena memberi sebuah usulan yang sangat berarti bagi Gusti Prabu.Keesokan harinya disaat fajar mulai menyingsing nampak suasana di dalam Istana terlihat sudah sangat ramai, hiruk-pikuknya para prajurit dan dayang terlihat sangat riuh, mengingat itu memang merupakan hari yang telah dinanti-nanti oleh semua penghuni kerajaan terlebih oleh dua calon pengantin yakni Prabu Jayantaka dan Putri Nirmalasari.Sementara itu di Istana Kaputren nampak Selir Purbasari terlihat masih menemani sang Putri yakni Nirmalasari yang terlihat masih tertidur, memang sengaja malam itu Selir Purbasari menemani Putrinya untuk tidur bareng, itu tidak lain karena Selir Purbasari merasa bahwa itu adalah malam terakhir bagi dirinya untuk bisa
Lalu tidak lama kemudian meski juga sempat merasa kaget tapi akhirnya Biswara pun menjawab pertanyaan dari Calon mertuanya itu."Baiklah Gusti saya bersedia melakukannya, saya akan memberikan mayat sakti ini kepada Gusti Prabu sekarang juga." Lalu saat itu juga Biswara pun langsung menaruh peti berisi mayat sakti tersebut dihadapan sang Prabu."Ini Gusti Prabu," ucap Biswara dengan penuh rasa hormat, dan begitu melihat sikap dari calon suaminya itu maka Putri Nirmala Sari pun langsung tersentuh hatinya.'Oh ... rupanya Tuan Biswara ini benar-benar rela melakukan apapun untuk pernikahan ini, bahkan satu-satunya pusaka andalannya pun juga tidak keberatan dia berikan kepada Ayahanda Prabu, semoga sikapnya ini tidak semata karena hanya ingin menikahi aku saja, tapi memang karena didasari ketulusannya berkorban untuk kepentingan Kerajaan,' ujar Putri Nirmalasari dalam hati.Memang, meski pusaka andalannya itu diminta oleh sang Prabu nampak Biswara samasekali t
Lalu setelah benar-benar terbuka maka Prabu Jayantaka pun langsung terkejut dan terheran-heran dengan apa yang berada di dalam peti kecil itu."Benarkah ini mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu?" tanya Sang Prabu dengan ucapan yang lirih. Dan disaat sang Prabu masih terpana melihat perwujudan dari mayat sakti itu, tiba-tiba saja jimat gelang rambut sakti yang melingkar di lengannya terlepas dari kain sutra pembungkusnya, dan kemudian langsung menempel pada kepala mayat sakti itu."Oh tidak salah lagi, ini memang benar mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu, buktinya rambut yang selama ini menempel di lenganku tiba-tiba saja keluar dari kain sutra ini dan langsung menempel kembali ke tempatnya semula, oh sungguh luar biasa ..." ujar Prabu Jayantaka tidak henti-hentinya merasa kagum melihat kejadian itu.Kemudian Gusti Prabu pun segera mendekap erat peti mayat sakti itu, dan seketika itu pula Prabu Jayantaka merasa seperti ada kekuatan yang masuk ke dalam tubuhnya, tubuh
"Bukalah matamu Kakang Dipasena." Lalu dengan perlahan Rakryan Dipasena pun langsung membuka kedua matanya, dan kemudian betapa terkejutnya saudara sepupunya Prabu Jayantaka itu, karena tiba-tiba saja dia sudah berada di halaman rumahnya bersamaan dengan terbitnya fajar dari ufuk timur."Baiklah Kakang silahkan kalau mau istirahat, terimakasih sudah bersedia menemaniku untuk malam ini, ada hal penting lain yang harus segera aku kerjakan, selamat tinggal," ujar Prabu Jayantaka sambil bergegas pergi meninggalkan Rakryan Dipasena.Begitulah akhirnya semenjak memiliki mayat sakti sosok Prabu Jayantaka terlihat makin sempurna, selain makin sakti tubuh sang Prabu pun juga nampak kembali bugar lagi, bak umpama kembali muda dua puluh tahun.Meskipun kepemilikan mayat sakti Prabu Jayantaka berawal dari permintaannya sendiri namun begitu, sang pemilik aslinya yakni Biswara memang sudah merelakannya, di samping itu karena memang selalu diawasi secara langsung oleh Biswara
"Menyingkirkan Biswara memang cara yang terbaik, tapi untuk bisa mewujudkannya kita perlu sebuah cara yang benar-benar tepat Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menimpali perkataan sang Pangeran."Lha memangnya Paman Dipasena sudah punya cara untuk menyingkirkan Biswara apa belum?" tanya balik Pangeran Cayapata."Biswara itu tidak bisa kita lawan dengan kekuatan Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menjawab."Iya aku juga tahu, lalu cara apa yang harus kita gunakan untuk menyingkirkannya?" timpal Pangeran Cayapata balik bertanya."Begini Nanda Pangeran, saat ini Biswara itu menjadi orang yang sangat di kagumi oleh Gusti Prabu Jayantaka oleh karena itu bisa dibilang Gusti Prabu adalah merupakan tameng bagi Biswara itu sendiri, artinya kalau memang kita ingin Biswara hilang dari dalam istana, maka kita harus menyingkirkan dulu orang yang jadi pelindunginya yaitu Gusti Prabu," ujar Rakryan Dipasena langsung disahut oleh sang Pangeran."Jadi maksu
"Baiklah Cayapata, sebaiknya ayo kita lanjutkan pembahasan kita yang kemaren, yaitu kitab Rajaniti bab Ngolah Roso (Membangun kepekaan terhadap sesama)," tutur Prabu Jayantaka."Baiklah Ayahanda ..." balas Pangeran Cayapata sambil terus membuka kitab Rajaniti yang sudah tersedia dihadapannya itu, dan kemudian mulailah Prabu Jayantaka menggembleng Putranya itu dengan materi yang mengajarkan tentang kepekaan sosial terhadap semua makhluk, baik itu dari yang bernyawa maupun benda mati.Meskipun Pangeran Cayapata terlihat khusyuk mendengarkan nasehat dan petuah-petuah dari Ayahandanya itu namun ternyata dalam hatinya sang Pangeran terlihat sedang berusaha mencari kesempatan untuk bisa keluar dari tempatnya belajar itu beberapa saat saja, namun sayang setelah beberapa saat menunggu kesempatan itu belum datang-datang juga.Lalu setelah kira-kira pembelajaran mulai memasuki pertengahan tiba-tiba Pangeran Cayapata melihat Ayahanda Prabu ter batuk-batuk.Uhuk, uhu
"Pulanglah ke Istana mu, besok kita lanjutkan lagi pengajaran ini, mungkin tiga atau empat pertemuan lagi kitab Rajaniti ini sudah katam," ujar Prabu Jayantaka sambil memandangi wajah Putra Mahkotanya itu."Baiklah Ayahanda ... Ayahanda juga segeralah istirahat," ujar Pangeran Cayapata menimpali ucapan dari Ayahandanya itu.Kemudian setelah keluar dari dalam ruangan itu nampak Pangeran Cayapata berkata lirih."Kok aku tidak diajak makan malam bersama oleh Ayahanda Prabu? Padahal aku ingin sekali melihat reaksi dari racun yang barusan dia minum, tapi ya sudahlah gak papa, racun itu sudah bisa masuk saja itu sudah separuh keberhasilan yang telah aku capai, sekarang tinggal menunggu separuh sisanya itu," ujar Pangeran Cayapata sambil terus berjalan menuju ke Istana pribadinya.Sementara itu seperti apa yang dibilang oleh Pangerang Cayapata, bahwa Prabu Jayantaka memang sengaja tidak mengajak Putra Mahkotanya itu untuk makan malam bersama, karena ternyata san
Mendengar penuturan Pangeran Cayapata seperti itu nampak Rakryan Dipasena terdiam sesaat, lelaki setengah baya itu nampak seperti sedang berpikir mencari cara untuk bisa memuluskan rencananya itu.Lalu tidak lama kemudian Rakryan Dipasena pun nampak sudah menemukan cara untuk melanjutkan aksinya tersebut."Begini Nanda Pangeran aku punya cara!" ujarnya nampak mengejutkan Pangeran Cayapata."Apa rencanamu Paman?" sahut tanya sang Pangeran."Bagaimana kalau misalkan Nanda Pangeran menawarkan diri kepada Gusti Prabu untuk memijit tubuh beliau? Karena dengan begitu pasti beliau akan mau melepaskan mayat sakti itu dari tubuhnya," ujar Dipasena memberi usulan."Memijit tubuh Ayahanda Prabu? Ah, Paman ini ada-ada saja! Aku kan gak bisa memijit," timpal sang Pangeran nampak beralasan."Yah, pura-pura sajalah Nanda Pangeran ...!" sergah Dipasena pada sang Pangeran."Begini ya saya kasih tau caranya, biasanya kalau selesai pembelajaran Pangeran
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k