"Pulanglah ke Istana mu, besok kita lanjutkan lagi pengajaran ini, mungkin tiga atau empat pertemuan lagi kitab Rajaniti ini sudah katam," ujar Prabu Jayantaka sambil memandangi wajah Putra Mahkotanya itu.
"Baiklah Ayahanda ... Ayahanda juga segeralah istirahat," ujar Pangeran Cayapata menimpali ucapan dari Ayahandanya itu.
Kemudian setelah keluar dari dalam ruangan itu nampak Pangeran Cayapata berkata lirih.
"Kok aku tidak diajak makan malam bersama oleh Ayahanda Prabu? Padahal aku ingin sekali melihat reaksi dari racun yang barusan dia minum, tapi ya sudahlah gak papa, racun itu sudah bisa masuk saja itu sudah separuh keberhasilan yang telah aku capai, sekarang tinggal menunggu separuh sisanya itu," ujar Pangeran Cayapata sambil terus berjalan menuju ke Istana pribadinya.
Sementara itu seperti apa yang dibilang oleh Pangerang Cayapata, bahwa Prabu Jayantaka memang sengaja tidak mengajak Putra Mahkotanya itu untuk makan malam bersama, karena ternyata san
Mendengar penuturan Pangeran Cayapata seperti itu nampak Rakryan Dipasena terdiam sesaat, lelaki setengah baya itu nampak seperti sedang berpikir mencari cara untuk bisa memuluskan rencananya itu.Lalu tidak lama kemudian Rakryan Dipasena pun nampak sudah menemukan cara untuk melanjutkan aksinya tersebut."Begini Nanda Pangeran aku punya cara!" ujarnya nampak mengejutkan Pangeran Cayapata."Apa rencanamu Paman?" sahut tanya sang Pangeran."Bagaimana kalau misalkan Nanda Pangeran menawarkan diri kepada Gusti Prabu untuk memijit tubuh beliau? Karena dengan begitu pasti beliau akan mau melepaskan mayat sakti itu dari tubuhnya," ujar Dipasena memberi usulan."Memijit tubuh Ayahanda Prabu? Ah, Paman ini ada-ada saja! Aku kan gak bisa memijit," timpal sang Pangeran nampak beralasan."Yah, pura-pura sajalah Nanda Pangeran ...!" sergah Dipasena pada sang Pangeran."Begini ya saya kasih tau caranya, biasanya kalau selesai pembelajaran Pangeran
Melihat hal itu bukan main bahagianya Prabu Jayantaka dan para Permaisuri karena mereka akan mendapatkan anugerah momongan dalam waktu yang sama.Sementara itu hal yang sama pun juga nampak dirasakan oleh pasangan Biswara dan Putri Nirmalasari, Putri Prabu Jayantaka dari Selir Purbasari itu rupanya juga sudah mulai mengandung janin dari sang Pendekar sakti Biswara, namun yang membedakan usia kandungan Putri Nirmalasari itu masih terbilang muda, sedang untuk keempat Permaisurinya Prabu Jayantaka sepertinya saat ini usia kandungannya sudah memasuki bulan-bulan terakhir dan mungkin tidak lama lagi mereka pun akan segera melahirkan.Kembali pada Pangeran Cayapata, setelah tadi mendapat arahan dari Pamannya Rakryan Dipasena maka ketika waktu sudah mulai memasuki sore hari dia pun segera bergegas menuju ke Istana Ayahandanya, dan kedatangannya itu lebih cepat dari biasanya sesuai dengan arahan dari sang Paman.Lalu begitu tiba di Istana maka Pangeran Cayapata pun lang
Tidak cuma itu saja, disaat mereka berdua mulai menyantap hidangannya itu sang Prabu pun juga menawarkan minuman yang telah dimasuki racun maculata itu pada Pangeran Cayapata."Minumlah air ramuan ini Cayapata, biar tubuhmu terasa segar," ujarnya, dan sontak saja hal itu pun langsung membuat hati sang Pangeran sedikit terkejut. Lalu dengan segera diapun menolak halus pemberian dari Ayahandanya itu.''Tidak Ayahanda Prabu, saya masih belum terbiasa minum air herbal seperti ini, lain kali saja," jawab Pangeran Cayapata seraya kembali menggeser teko berbentuk naga itu."Ya sudah kalau begitu biar aku sendiri saja yang minum," balas sang Prabu.Lalu dengan tanpa ragu lagi Prabu Jayantaka pun langsung menenggak minuman herbal beracun itu.Glek, glek, glek ...Kembali tiga tegukan masuk ke kerongkongan sang Prabu. Seperti yang sudah-sudah meskipun sudah banyak racun maculata yang masuk ke dalam perutnya tapi tanda-tanda orang yang keracunan nampak
"Sepertinya ini tidak ada orang yang melihat, yah sebaiknya aku harus segera menghubungi Paman Dipasena untuk mengabarkan masalah ini," ujar Pangeran Cayapata. Lalu sebelum meninggalkan ruangan itu nampak sang Pangeran menutupi tubuh Ayahandanya itu dengan menggunakan kain.Begitulah akhirnya Pangeran Cayapata pun bergegas menemui sang Paman yaitu Rakryan Dipasena untuk menyampaikan perihal kematian Ayahandanya Prabu Jayantaka, dan sudah bisa dipastikan maka sang Paman pun langsung menyambut berita itu dengan suka cita."Apa aku bilang, semua ide-ide ku berhasil kan ...?!" ujar tanya Dipasena terlihat begitu bangganya."Ya Paman, terus mengenai jasad Ayahanda Prabu bagaimana ini selanjutnya?" tanya Pangeran Cayapata meminta arahan dari sang Paman."Jasad Gusti Prabu biarkan saja tetap berada di dalam ruangan itu," ujar Dipasena yang langsung dipotong oleh Pangeran Cayapata."Lha terus ini mayat saktinya?" tanya Pangeran Cayapata sembari menunjuk pe
Hingga pada puncaknya Prabu Cayapata dan Patih Arya Dipasena bersepakat untuk membuat sebuah fitnah yang terbilang cukup keji untuk ditujukan pada sang Pendekar sakti tersebut, yakni dia difitnah telah melakukan tindakan rudapaksa pada salah seorang perempuan desa yang memang sudah dipersiapkan untuk menjebaknya.Kejadian itu bermula pada saat Patih Arya Dipasena mengusulkan pada sang Raja agar supaya menugaskan Biswara untuk mengantarkan sebuah hadiah pada salah seorang Tumenggung yang dianggap paling patuh dengan Kerajaan, sebuah pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang Pendekar hebat sekelas Biswara, namun karena itu memang hanya sebuah strategi maka hal yang terbilang tidak patut pun tetap dijalankan, dan untuk Biswara sendiri dikarenakan dia memang terkenal sebagai seorang ksatria maka tidak ada alasan baginya untuk menolak tugas dari Raja yang juga sekaligus jadi Kakak iparnya itu.Kemudian dimalam hari tepatnya setelah dia selesai menghadap pada sa
"Benar cuma itu saja? Tidak ada yang lain?" tanya Putri Nirmalasari nampak kurang yakin dengan ucapan suaminya itu. "Benar Dinda Nirmalasari istriku ... pokoknya setelah selesai mengantarkan hadiah itu aku akan langsung pulang," jawab Biswara nampak berusaha meyakinkan istrinya tersebut. Keesokan harinya seperti apa yang sudah ia katakan tadi malam, nampak setelah selesai melakukan sarapan pagi bersama sang istri Biswara pun segera berpamitan untuk berangkat ke Desa Pengging mengantarkan hadiah kepada Tumenggung Sutojoyo. Namun sebelum itu yakni satu minggu sebelum hari Biswara diperintah mengantarkan hadiah itu, nampak Prabu Cayapata terlihat sedang ngobrol dengan Mahapatihnya Arya Dipasena. "Gimana Paman Dipasena, apakah Paman sudah memiliki rencana untuk melenyapkan Biswara dari Istana Karmajaya ini?" tanya Prabu Cayapata. "Inilah yang juga sedang saya pikirkan Nanda Prabu, karena melenyapkan Biswara tidaklah lebih mudah dibanding melenyapk
"Suruh lah Biswara untuk melakukan bepergian ke luar daerah dan nanti ditengah-tengah perjalanan kita suruh perempuan yang kita sewa itu untuk berpura-pura minta tolong pada Biswara," ujar Patih Arya Dipasena terlihat begitu bersemangat."Lalu setelah itu kita suruh perempuan yang kita jadikan umpan itu mengajak ke suatu tempat dan suruh dia untuk buka baju ditempat itu, dan kemudian setelah itu suruh juga dia untuk berteriak sekeras-kerasnya untuk minta tolong seolah-olah dia itu telah jadi korban rudapaksa oleh Biswara, baru setelah itu secara ramai-ramai kita suruh orang-orang menggerebek tempat tersebut, dan jangan lupa kita bekali juga Biswara itu beberapa orang Prajurit yang nantinya juga akan ikut memberi kesaksian sewaktu dia diadili di kerajaan," ujar Patih Arya Dipasena menjelaskan alur dari gagasannya itu."Ya ya, boleh juga ide Paman ini," timpal sang Prabu Cayapata sambil manggut-manggut, dan sepertinya Raja Karmajaya itu nampak puas dengan ide yang digaga
Waktu pun terus bergulir, setelah cukup lama terguncang-guncang di dalam kereta akhirnya rombongan Biswara itu pun hampir keluar dari hutan tarik, dan itu artinya Biswara dan rombongannya sudah hampir bertemu dengan orang yang hendak mencegatnya, yakni Suratmi dan komplotannya.Memang benar, nampak dari kejauhan Prajurit yang bertindak menjadi kusir itu sudah mulai melihat ada sosok orang yang berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya dan sepertinya orang itu bermaksud menghadang perjalanan mereka.'Itu rupanya orangnya, heh!' gumam Prajurit yang menjadi Kusir itu, memang sebenarnya semua Prajurit yang bertugas mengawal itu sudah pada mengetahui dengan apa yang akan terjadi, jadi kalau saat ini mereka terlihat tidak tahu itu tidak lain hanyalah bagian dari akting yang sedang mereka peragakan."Gusti Biswara ... itu di depan sepertinya ada orang yang menghadang perjalanan kita ...!" seru Prajurit yang bertugas jadi Kusir itu."Laki-laki a
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k