Waktu pun terus bergulir, setelah cukup lama terguncang-guncang di dalam kereta akhirnya rombongan Biswara itu pun hampir keluar dari hutan tarik, dan itu artinya Biswara dan rombongannya sudah hampir bertemu dengan orang yang hendak mencegatnya, yakni Suratmi dan komplotannya.
Memang benar, nampak dari kejauhan Prajurit yang bertindak menjadi kusir itu sudah mulai melihat ada sosok orang yang berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya dan sepertinya orang itu bermaksud menghadang perjalanan mereka.
'Itu rupanya orangnya, heh!' gumam Prajurit yang menjadi Kusir itu, memang sebenarnya semua Prajurit yang bertugas mengawal itu sudah pada mengetahui dengan apa yang akan terjadi, jadi kalau saat ini mereka terlihat tidak tahu itu tidak lain hanyalah bagian dari akting yang sedang mereka peragakan.
"Gusti Biswara ... itu di depan sepertinya ada orang yang menghadang perjalanan kita ...!" seru Prajurit yang bertugas jadi Kusir itu.
"Laki-laki a
"Ayo Tuan ikut saya masuk ke dalam kamar," ajak Suratmi dengan mengulurkan tangan kanannya untuk menggandeng tangan Biswara, sedangkan tangan kirinya nampak mulai menarik ikatan tali bajunya, dan selanjutnya begitu tali bajunya itu terlepas maka dari arah depan perempuan itu sudah terlihat seperti orang yang sedang bugil, dikarenakan memang baju yang dikenakan itu hanya merupakan sebuah jubah lebar yang hanya dia ikat di bagian dada dan perutnya saja.Meskipun sudah mulai curiga namun Biswara terus mengikuti langkah perempuan itu, dan sejauh ini dia pun masih belum menyadari kalau perempuan itu sudah seperti orang yang sudah tidak memakai baju lagi melainkan hanya seperti orang yang menaruh kain yang diselimutkan saja.Sementara itu diluar nampak Bregul dan beberapa temannya yang berjumlah sekitar dua puluhan sudah berada mengitari rumahnya itu, dengan berjalan mengendap-endap mereka mulai mendekat ke rumah itu.Lalu setelah mereka benar-benar berada di de
Lalu kemudian berangkatlah mereka beramai-ramai kembali menuju ke Istana Karmajaya, dengan masing-masing menaiki kuda. Dan selama perjalanan balik ke Istana itu nampak Biswara kembali merenungi semua peristiwa yang dialaminya saat ini.'Oh Shang Yang Widhi ... benarkah ini takdir yang memang harus aku jalani ...? Haruskah aku menanggung beban hukuman dari perbuatan yang tidak pernah aku lakukan samasekali ...? Kalau lah ini memang sudah jadi bagian takdirmu untukku, aku rela Shang Yang Widhi ... aku pasrahkan semuanya padamu ...' ujar Biswara meratap dalam hati.Sementara itu sebuah suasana hati yang tidak sama, nampak diperlihatkan oleh ke empat orang yang membawanya itu, yakni Darto, Darso, Bregul dan Suratmi. Meskipun tidak mengungkapkannya dengan ucapan maupun tingkah laku namun cerianya wajah dengan sesekali diiringi senyum sumringah cukup menggambarkan kebahagiaan yang sedang mereka rasakan.Gambaran hadiah besar dari Prabu Cayapata dan Patih Arya Di
Malam pun mulai tiba, sementara ituPutri Nirmalasari rupanya juga sudah mengetahui kalau saat ini suaminya itu sedang berada di dalam penjara, karena ternyata tadi sehabis menjebloskan Biswara ke dalam penjara rupanya Patih Arya Dipasena dan Prabu Cayapata datang menemuinya untuk memberi tahu dengan apa yang diperbuat oleh suaminya itu.Namun Sang Putri yang memang sudah mengenali sifat dan perilaku suaminya tidak percaya sama sekali dengan apa yang disampaikan oleh Raja dan Patihnya itu. Dia yang saat itu sedang termenung di dalam kamar langsung terkejut begitu melihat suaminya tiba-tiba muncul dari balik pintu yang memang tidak dia kunci."Kanda Biswara ..." seru Putri Nirmalasari sambil beranjak dari duduknya dan kemudian langsung memeluk tubuh sang suami."Kakang aku sudah mendengar semua tentang peristiwa apa yang telah Kakang alami," ujar Putri Nirmalasari."Lalu apakah Dinda Nirmalasari mempercayainya?" tanya Biswara."tidak Kand
Keesokan harinya seperti apa yang telah diputuskan oleh Gusti Prabu Cayapata, bahwa untuk menghukum mati Biswara tidaklah harus melalui proses pengadilan, dan memang akan dilakukan pada hari itu juga.Suasana pagi itu nampak tidak terlalu cerah, awan yang tidak terlalu tebal nampak tersebar merata di angkasa hingga membuat matahari hanya memantulkan sinar yang redup, seolah ikut merasakan duka yang tengah dirasakan oleh beberapa orang Kerajaan Karmajaya yang masih memiliki simpati atas apa yang sedang menimpa pada diri Biswara.Semenjak kepemimpinan Raja Cayapata memang bisa dibilang hampir seluruh penghuni Kerajaan Karmajaya itu adalah golongan orang-orang yang juga memiliki mental yang sama dengan Rajanya itu, maka begitu kabar tentang perbuatan cabul yang dituduhkan kepada Biswara itu tersebar hanya beberapa orang saja yang tidak mempercayainya, sedangkan untuk kebanyakan orang nampak ikut percaya dan bahkan mendukung dengan hukuman mati yang diberikan Prabu Cayapat
Namun meski begitu semua itu bukanlah sesuatu yang dianggap hal yang membuat Gusti Prabu Cayapata itu merasa sedih, Raja muda itu nampak merasa tidak ada yang kurang sedikit pun pada dirinya meskipun dia tidak bisa memiliki keturunan, jadi sangatlah lumrah manakala Putra mendiang Biswara itu sangat begitu disayang oleh para Permaisuri Kerajaan Karmajaya itu, tidak terkecuali dengan Ratu Manika yang saat ini telah menjadi Permaisuri dari Raja Cayapata, sang Ratu cantik dan seksi itu juga sangat menyayangi dengan Santana anak dari Biswara itu.Santana tumbuh kembang begitu baik dan pesat dalam asuhan para Permaisuri kerajaan, dan tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak menyukai bocah ini, anak ini memiliki wajah yang teramat sangat tampan, kulitnya bersih dan rambutnya ikal sebahu, dilengkapi dengan hidung mancungnya dan juga mata yang indah dan penuh cahaya. Alis hitam dan melengkung membuat tatapannya begitu tajam setajam tatapan seekor burung Elang, ditambah dengan perila
Lalu setelah cukup lama tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Santana, tiba-tiba saja air sungai itu nampak bergejolak, semakin lama gejolak air itu terlihat makin besar dan setelah beberapa saat kemudian tepat dari arah gejolaknya air itu bersumber tiba-tiba keluar warna merah darah yang muncul kepermukaan sungai.Tidak ada satupun orang yang tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam sungai itu."Santana ... hu ... hu ... hu ...!" teriak para bocah itu sambil menangis dan berpelukan satu sama lain.Lalu tidak lama setelah itu tiba-tiba muncul gelembung-gelembung udara dari dalam air, makin lama makin banyak dan besar gelembung udara itu muncul kepermukaan sungai, dan tidak lama kemudian tiba-tiba muncullah si bocah sakti Santana kepermukaan sungai dengan menunggangi kepala ular anaconda raksasa.Melihat hal itu sontak saja semua anak yang ada di pinggiran sungai itu langsung ketakutan, ada dari mereka yang langsung lari tunggang langgang, ada
Adapun Jin anaconda itu bisa tahu kalau bocah itu adalah sang Pendekar Mayat Bertuah itu tidak lain karena dia melihat kesaktian yang dimilikinya dan juga tanda khusus yang hanya diketahui oleh Jin anaconda itu sendiri. Lalu diakhir dialog itu nampak anaconda itu menawarkan diri untuk mengantarkan Santana kembali naik ke daratan.Lalu setelah Santana turun dari kepala anaconda nampak Jin yang berwujud binatang melata itu menoleh pada Garda yang sudah tidak bisa bergerak karena ketakutan. Dan anaconda itu terus bergerak mendekati tubuh Garda dan bermaksud untuk menyantapnya namun buru-buru dicegah oleh Santana."Jangan ...! Jangan kau apa-apakan dia ...!" seru Santana."Bocah ini adalah anak dari orang jahat yang ada di Kerajaan Karmajaya itu Pangeran Pendekar, biarlah dia aku mangsa saja," ucap sang anaconda meminta."Jangan anaconda, biarlah dia tumbuh besar, siapa tahu dia bisa berubah jadi manusia baik dan tidak meniru perbuatan orang tuanya," timpal S
"Apa katamu Paman?! Adhinata ingin berani mengambil Nirmalasari adikku?!""Yah, benar!" sahut Dipasena dengan entengnya."Kurang ajar! Bukankah saat ini dia sudah membuka perguruan silat?" tanya Prabu Cayapata berlanjut."Yah memang, tapi sampai saat ini juga dia itu masih belum punya istri!" timpal Arya Dipasena."Makanya Nanda Prabu gerak cepat saja, sebelum Putri Nirmalasari benar-benar jatuh ke pelukan Adhinata, karena saya sangat yakin dengan keadaannya yang sekarang, pasti Putri Nirmalasari juga mau kalau seandainya dia diminta Adhinata untuk jadi istrinya, terlebih saat ini Putri Nirmalasari itu sudah tidak punya siapa-siapa lagi di istana," ujar Arya Dipasena mencoba terus mempengaruhi Raja muda itu, dan memang benar bahwa saat ini Putri Nirmalasari itu bisa dibilang cuma sebatang kara alias sudah tidak memiliki keluarga lain kecuali Putranya itu (Santana), karena Ayahnya Prabu Jayantaka sudah tiada, ibunya Selir Purbasari juga telah meninggal beb
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k