Lalu setelah benar-benar terbuka maka Prabu Jayantaka pun langsung terkejut dan terheran-heran dengan apa yang berada di dalam peti kecil itu.
"Benarkah ini mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu?" tanya Sang Prabu dengan ucapan yang lirih. Dan disaat sang Prabu masih terpana melihat perwujudan dari mayat sakti itu, tiba-tiba saja jimat gelang rambut sakti yang melingkar di lengannya terlepas dari kain sutra pembungkusnya, dan kemudian langsung menempel pada kepala mayat sakti itu.
"Oh tidak salah lagi, ini memang benar mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu, buktinya rambut yang selama ini menempel di lenganku tiba-tiba saja keluar dari kain sutra ini dan langsung menempel kembali ke tempatnya semula, oh sungguh luar biasa ..." ujar Prabu Jayantaka tidak henti-hentinya merasa kagum melihat kejadian itu.
Kemudian Gusti Prabu pun segera mendekap erat peti mayat sakti itu, dan seketika itu pula Prabu Jayantaka merasa seperti ada kekuatan yang masuk ke dalam tubuhnya, tubuh
"Bukalah matamu Kakang Dipasena." Lalu dengan perlahan Rakryan Dipasena pun langsung membuka kedua matanya, dan kemudian betapa terkejutnya saudara sepupunya Prabu Jayantaka itu, karena tiba-tiba saja dia sudah berada di halaman rumahnya bersamaan dengan terbitnya fajar dari ufuk timur."Baiklah Kakang silahkan kalau mau istirahat, terimakasih sudah bersedia menemaniku untuk malam ini, ada hal penting lain yang harus segera aku kerjakan, selamat tinggal," ujar Prabu Jayantaka sambil bergegas pergi meninggalkan Rakryan Dipasena.Begitulah akhirnya semenjak memiliki mayat sakti sosok Prabu Jayantaka terlihat makin sempurna, selain makin sakti tubuh sang Prabu pun juga nampak kembali bugar lagi, bak umpama kembali muda dua puluh tahun.Meskipun kepemilikan mayat sakti Prabu Jayantaka berawal dari permintaannya sendiri namun begitu, sang pemilik aslinya yakni Biswara memang sudah merelakannya, di samping itu karena memang selalu diawasi secara langsung oleh Biswara
"Menyingkirkan Biswara memang cara yang terbaik, tapi untuk bisa mewujudkannya kita perlu sebuah cara yang benar-benar tepat Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menimpali perkataan sang Pangeran."Lha memangnya Paman Dipasena sudah punya cara untuk menyingkirkan Biswara apa belum?" tanya balik Pangeran Cayapata."Biswara itu tidak bisa kita lawan dengan kekuatan Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menjawab."Iya aku juga tahu, lalu cara apa yang harus kita gunakan untuk menyingkirkannya?" timpal Pangeran Cayapata balik bertanya."Begini Nanda Pangeran, saat ini Biswara itu menjadi orang yang sangat di kagumi oleh Gusti Prabu Jayantaka oleh karena itu bisa dibilang Gusti Prabu adalah merupakan tameng bagi Biswara itu sendiri, artinya kalau memang kita ingin Biswara hilang dari dalam istana, maka kita harus menyingkirkan dulu orang yang jadi pelindunginya yaitu Gusti Prabu," ujar Rakryan Dipasena langsung disahut oleh sang Pangeran."Jadi maksu
"Baiklah Cayapata, sebaiknya ayo kita lanjutkan pembahasan kita yang kemaren, yaitu kitab Rajaniti bab Ngolah Roso (Membangun kepekaan terhadap sesama)," tutur Prabu Jayantaka."Baiklah Ayahanda ..." balas Pangeran Cayapata sambil terus membuka kitab Rajaniti yang sudah tersedia dihadapannya itu, dan kemudian mulailah Prabu Jayantaka menggembleng Putranya itu dengan materi yang mengajarkan tentang kepekaan sosial terhadap semua makhluk, baik itu dari yang bernyawa maupun benda mati.Meskipun Pangeran Cayapata terlihat khusyuk mendengarkan nasehat dan petuah-petuah dari Ayahandanya itu namun ternyata dalam hatinya sang Pangeran terlihat sedang berusaha mencari kesempatan untuk bisa keluar dari tempatnya belajar itu beberapa saat saja, namun sayang setelah beberapa saat menunggu kesempatan itu belum datang-datang juga.Lalu setelah kira-kira pembelajaran mulai memasuki pertengahan tiba-tiba Pangeran Cayapata melihat Ayahanda Prabu ter batuk-batuk.Uhuk, uhu
"Pulanglah ke Istana mu, besok kita lanjutkan lagi pengajaran ini, mungkin tiga atau empat pertemuan lagi kitab Rajaniti ini sudah katam," ujar Prabu Jayantaka sambil memandangi wajah Putra Mahkotanya itu."Baiklah Ayahanda ... Ayahanda juga segeralah istirahat," ujar Pangeran Cayapata menimpali ucapan dari Ayahandanya itu.Kemudian setelah keluar dari dalam ruangan itu nampak Pangeran Cayapata berkata lirih."Kok aku tidak diajak makan malam bersama oleh Ayahanda Prabu? Padahal aku ingin sekali melihat reaksi dari racun yang barusan dia minum, tapi ya sudahlah gak papa, racun itu sudah bisa masuk saja itu sudah separuh keberhasilan yang telah aku capai, sekarang tinggal menunggu separuh sisanya itu," ujar Pangeran Cayapata sambil terus berjalan menuju ke Istana pribadinya.Sementara itu seperti apa yang dibilang oleh Pangerang Cayapata, bahwa Prabu Jayantaka memang sengaja tidak mengajak Putra Mahkotanya itu untuk makan malam bersama, karena ternyata san
Mendengar penuturan Pangeran Cayapata seperti itu nampak Rakryan Dipasena terdiam sesaat, lelaki setengah baya itu nampak seperti sedang berpikir mencari cara untuk bisa memuluskan rencananya itu.Lalu tidak lama kemudian Rakryan Dipasena pun nampak sudah menemukan cara untuk melanjutkan aksinya tersebut."Begini Nanda Pangeran aku punya cara!" ujarnya nampak mengejutkan Pangeran Cayapata."Apa rencanamu Paman?" sahut tanya sang Pangeran."Bagaimana kalau misalkan Nanda Pangeran menawarkan diri kepada Gusti Prabu untuk memijit tubuh beliau? Karena dengan begitu pasti beliau akan mau melepaskan mayat sakti itu dari tubuhnya," ujar Dipasena memberi usulan."Memijit tubuh Ayahanda Prabu? Ah, Paman ini ada-ada saja! Aku kan gak bisa memijit," timpal sang Pangeran nampak beralasan."Yah, pura-pura sajalah Nanda Pangeran ...!" sergah Dipasena pada sang Pangeran."Begini ya saya kasih tau caranya, biasanya kalau selesai pembelajaran Pangeran
Melihat hal itu bukan main bahagianya Prabu Jayantaka dan para Permaisuri karena mereka akan mendapatkan anugerah momongan dalam waktu yang sama.Sementara itu hal yang sama pun juga nampak dirasakan oleh pasangan Biswara dan Putri Nirmalasari, Putri Prabu Jayantaka dari Selir Purbasari itu rupanya juga sudah mulai mengandung janin dari sang Pendekar sakti Biswara, namun yang membedakan usia kandungan Putri Nirmalasari itu masih terbilang muda, sedang untuk keempat Permaisurinya Prabu Jayantaka sepertinya saat ini usia kandungannya sudah memasuki bulan-bulan terakhir dan mungkin tidak lama lagi mereka pun akan segera melahirkan.Kembali pada Pangeran Cayapata, setelah tadi mendapat arahan dari Pamannya Rakryan Dipasena maka ketika waktu sudah mulai memasuki sore hari dia pun segera bergegas menuju ke Istana Ayahandanya, dan kedatangannya itu lebih cepat dari biasanya sesuai dengan arahan dari sang Paman.Lalu begitu tiba di Istana maka Pangeran Cayapata pun lang
Tidak cuma itu saja, disaat mereka berdua mulai menyantap hidangannya itu sang Prabu pun juga menawarkan minuman yang telah dimasuki racun maculata itu pada Pangeran Cayapata."Minumlah air ramuan ini Cayapata, biar tubuhmu terasa segar," ujarnya, dan sontak saja hal itu pun langsung membuat hati sang Pangeran sedikit terkejut. Lalu dengan segera diapun menolak halus pemberian dari Ayahandanya itu.''Tidak Ayahanda Prabu, saya masih belum terbiasa minum air herbal seperti ini, lain kali saja," jawab Pangeran Cayapata seraya kembali menggeser teko berbentuk naga itu."Ya sudah kalau begitu biar aku sendiri saja yang minum," balas sang Prabu.Lalu dengan tanpa ragu lagi Prabu Jayantaka pun langsung menenggak minuman herbal beracun itu.Glek, glek, glek ...Kembali tiga tegukan masuk ke kerongkongan sang Prabu. Seperti yang sudah-sudah meskipun sudah banyak racun maculata yang masuk ke dalam perutnya tapi tanda-tanda orang yang keracunan nampak
"Sepertinya ini tidak ada orang yang melihat, yah sebaiknya aku harus segera menghubungi Paman Dipasena untuk mengabarkan masalah ini," ujar Pangeran Cayapata. Lalu sebelum meninggalkan ruangan itu nampak sang Pangeran menutupi tubuh Ayahandanya itu dengan menggunakan kain.Begitulah akhirnya Pangeran Cayapata pun bergegas menemui sang Paman yaitu Rakryan Dipasena untuk menyampaikan perihal kematian Ayahandanya Prabu Jayantaka, dan sudah bisa dipastikan maka sang Paman pun langsung menyambut berita itu dengan suka cita."Apa aku bilang, semua ide-ide ku berhasil kan ...?!" ujar tanya Dipasena terlihat begitu bangganya."Ya Paman, terus mengenai jasad Ayahanda Prabu bagaimana ini selanjutnya?" tanya Pangeran Cayapata meminta arahan dari sang Paman."Jasad Gusti Prabu biarkan saja tetap berada di dalam ruangan itu," ujar Dipasena yang langsung dipotong oleh Pangeran Cayapata."Lha terus ini mayat saktinya?" tanya Pangeran Cayapata sembari menunjuk pe