Nampaknya tuah mayat sakti masih menjadi incaran dari para pencari kekuatan, baik itu dari kalangan sesama pendekar bahkan seorang raja sekalipun, mereka semua tidak mengerti kalau kesempurnaan tuah dari mayat sakti itu tidak akan bisa dimiliki selain bagi orang yang bisa memiliki batu mustika sebagai penyeimbang nya, karena memiliki mayat sakti tanpa batu mustika maka sudah bisa dipastikan tidak akan membawa kebaikan bagi sang pemilik, namun sebaliknya malah akan membuat bencana dan kerusakan bagi dirinya.
Saat ini hati Biswara nampak terisi dengan dua perasaan sekaligus, rasa bahagia karena ada seorang wanita yang mau menjadi istrinya namun di sisi lain dia juga masih tidak yakin dengan perasaan wanita tersebut. Sebagai seorang Pendekar mengobati kegalauan hati dan pikiran haruslah segera dilakukan karena kalau tidak maka itu bisa merusak kematangan jiwa ksatria yang sudah dimilikinya sejak dulu dan bersemedi lah cara yang paling tepat untuk dilakukan sebagai terapi obat k
Namun meski begitu nampak Biswara sama sekali tidak membuka matanya, dia terlihat sudah sangat masuk ke alam Suargaloka menemui roh para leluhurnya, begitulah kira-kira. Kemudian setelah sempat melambat putaran tubuh Biswara kini tiba-tiba kembali berputar dengan sangat cepat dan kemudian tiba-tiba tubuh Biswara terlempar ke arah kanan dan akhirnya menghantam dinding ruangan Goa tersebut. Gubrak ...! Benturan itu cukup lumayan keras hingga mengakibatkan dinding ruangan Goa tersebut mengalami rontok dibeberapa bagian, namun begitu Biswara terlihat tidak bergeming sama sekali dia nampak masih seperti posisinya semula yaitu dengan duduk bersila, dan bersamaan dengan terbenturnya tubuh Biswara ke dinding Goa tadi tiba-tiba saja terdengar suara tawa yang sangat menyeramkan. Rupanya sejak tadi itu tubuh Biswara sedang diganggu oleh para dedemit gunung Argapura yang telah mengambil alih Goa tersebut sejak hilangnya jasad Eyang Reksa Jagat dari sana, rupanya mereka p
Keesokan harinya setelah hampir satu hari satu malam terguncang-guncang di dalam kereta akhirnya rombongan Adhinata dan Putri Nirmalasari pun tiba di Istana tepat di saat matahari berada di atas kepala.Tahu kalau utusannya telah tiba akhirnya Prabu Jayantaka pun segera meminta Adhinata untuk menghadap."Gusti Adhinata, mohon maaf Gusti?" sambut seorang prajurit sesaat setelah adinata beserta rombongannya turun dari kereta."Ya prajurit ada apa?" tanya balik Adhinata."Gusti diminta untuk langsung menghadap pada Gusti Prabu beliau sudah menunggu di Pendopo Istana.""Gusti Prabu telah mengetahui kedatangan kami?" tanya Adhinata keheranan."Benar Gusti, Gusti Prabu memang sudah menanti-nanti kedatangan Gusti Adhinata dan rombongan," balas sang Prajurit."Baiklah kalau begitu kami akan langsung segera menghadap, mari Gusti Selir dan Tuan Putri kita sama-sama menghadap kepada Gusti Prabu," ajak Adhinata kepada Selir Purbasari dan Putri Ni
"Baik Gusti Prabu hamba akan bicarakan nanti dengan Bapak Dang Acarya," balas Selir Purbasari menyanggupi titah dari suami yang sekaligus juga junjungannya itu."Ya sudah kalau begitu kalian silakan istirahat dan untuk kamu Adhinata! Apabila semua telah siap maka segera laporkan kepadaku, kita akan gelar acara pernikahan ini,tapi aku ingin acara pernikahan ini tidak terlalu mewah, pokok yang penting acara intinya sudah bisa terlaksana," pesan sang Prabu."Siap Gusti! Akan segera hamba laksanakan, dan sekarang hamba mohon pamit dulu Gusti ..." ucap Adhinata."Kami juga sekalian mau kembali ke Istana Kaputren Gusti ..." sahut Selir Purbasari nampak juga ingin segera istirahat."Ya sudah kalau begitu biar nanti saya ke Kaputren untuk membicarakan hal ini lebih lanjut lagi," balas sang Prabu menimpali. Kemudian Selir Purbasari dan Putri Nirmalasari pun segera keluar meninggalkan Pendopo dengan diantar kereta, sedangkan Adhinata juga nampak bergegas menu
"Kanda Prabu ini kami sudah datang," ujar Ratu Manika menyapa suaminya itu. "Oh rupanya kalian semua telah datang, saking enaknya dipijit sampai aku tidak tahu kalau kalian semua telah masuk ke ruangan ini," ujar sang Prabu sambil bangkit dari tidurannya itu. "Oh iya Dinda Manika tolong juga sekalian panggil semua putri-putri ku, Candrawati, Awandana dan Yoda semua suruh ikutan ngumpul di sini," lanjut perintah sang Prabu. "Memangnya para Putri juga ingin Kanda kasih tahu juga?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Lha iya to ... biar mereka juga tahu tentang kabar baik ini," timpal sang Prabu. "Ya sudah, kalau begitu biar saya saja yang manggil mereka, kalian berdua tetaplah nunggu disini," ujar Ratu Bhanuwati kepada dua madunya itu. "Baiklah Yunda ..." timpal Ratu Naeswari dan Ratu Manika dengan kompak, lalu kemudian Ratu Bhanuwati pun segera bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Selagi Ratu banuwati pergi memanggil ketiga pu
Mendengar penuturan sang Prabu seperti itu, nampak semua Permaisuri dan juga para Putri terlihat menampakkan ekspresi terkejut. "Siapakah nama Pemuda itu Kanda Prabu? Dan dari manakah dia itu berasal?" tanya Ratu Bhanuwati. "Pemuda itu bernama Biswara Dinda Ratu," jawab sang Prabu. "Biswara? Biswara yang mana itu Kanda ...?" dan baru mau dijawab tiba-tiba Ratu Bhanuwati teringat. "Oh iya, iya Biswara yang katanya penunggu Mayat Sakti itu to?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Benar Dinda, dialah pemuda sakti yang jadi pilihan Kanda Prabu mu ini, gimana Para Permaisuriku dan para Putriku? Bukankah ini kabar baik dan menyenangkan?" tanya Prabu Jayantaka dengan semangat. "Ya Kanda, saya seneng sekali mendengarnya," jawab Ratu Manika dengan wajah terlihat sangat sumringah. "Benar Kanda, saya pun juga merasa seperti itu, Nanda Putri Nirmalasari sangat beruntung bisa mendapat jodoh seorang pemuda sakti seperti Biswara, pasti nanti se
Mendengar penuturan sang Prabu seperti itu, nampak semua Permaisuri dan juga para Putri terlihat menampakkan ekspresi terkejut. "Siapakah nama Pemuda itu Kanda Prabu? Dan dari manakah dia itu berasal?" tanya Ratu Bhanuwati. "Pemuda itu bernama Biswara Dinda Ratu," jawab sang Prabu. "Biswara? Biswara yang mana itu Kanda ...?" dan baru mau dijawab tiba-tiba Ratu Bhanuwati teringat. "Oh iya, iya Biswara yang katanya penunggu Mayat Sakti itu to?" tanya Ratu Bhanuwati meyakinkan. "Benar Dinda, dialah pemuda sakti yang jadi pilihan Kanda Prabu mu ini, gimana Para Permaisuriku dan para Putriku? Bukankah ini kabar baik dan menyenangkan?" tanya Prabu Jayantaka dengan semangat. "Ya Kanda, saya seneng sekali mendengarnya," jawab Ratu Manika dengan wajah terlihat sangat sumringah. "Benar Kanda, saya pun juga merasa seperti itu, Nanda Putri Nirmalasari sangat beruntung bisa mendapat jodoh seorang pemuda sakti seperti Biswara, pasti nanti se
Lalu sang Prabu pun segera mengajak saudara sepupunya itu masuk ke dalam ruangan pribadinya dan nampak di situ Ratu Manika terlihat masih duduk-duduk santai di tempatnya yang tadi, Ratu termuda itu terlihat masih sibuk dengan pisau kecilnya dan juga satu keranjang berisi aneka macam buah."Mari Kakang silakan duduk," ujar Prabu Jayantaka sambil tangannya menunjukkan tempat duduk untuk saudara sepupunya itu."Terima kasih Gusti Prabu," jawab Rakryan Dipasena dengan segera menempati tempat duduk tersebut."Dinda Ratu Manika, mungkin Dinda bisa masuk ke kamar dulu, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Kakang Dipasena," pinta sang Prabu pada Permaisuri termudanya itu."Baik Kanda ... mari Tuan Dipasena ..." jawab Ratu Manika sambil menganggukkan kepalanya pada Rakryan Dipasena, dan Dipasena pun langsung membalas dengan menganggukkan kepalanya juga."Gimana Kakang Dipasena?" ucap tanya Prabu Jayantaka memulai pembicaraannya."Yah cuma
"Ya Kan katanya ini bukan masalah pingin? Kata Kakang Dipasena ini adalah sebuah kelaziman? Tapi meski begitu saya tidak ingin buru-buru kok Kang," jawab Prabu Jayantaka terdengar kurang memuaskan hati Dipasena."Lho kenapa Gusti ...?" tanya Dipasena mengejar."Ya karena saya merasa bahwa itu keperluan yang tidak begitu mendesak yang harus segera dilakukan dengan terburu-buru," jawab Prabu Jayantaka beralasan. Namun nampaknya jawaban Prabu Jayantaka itu langsung kembali ditimpali oleh Rakryan Dipasena."Begini lho Gusti ya ...? Sekali lagi ini bukan soal terbaru-buru atau lainnya ... tapi lagi-lagi ini adalah berbicara tentang kepatutan dan kesempurnaan seorang Raja! Coba sekarang saya mau tanya! Apakah waktu enam purnama masih kurang lama untuk merasakan ketidaksempurnaan ini? Lalu kalau misalkan calon Permaisuri itu sudah ada apa kira-kira Gusti Prabu tetap tidak berkenan?" tanya Rakryan Dipasena terdengar begitu sangat pengertian pada sang Prabu. Lalu begitu