Lalu akhirnya Jaka Wulung dan Dewi Sunti pun berjalan perlahan-lahan mendekati tubuh Biswara, dan betapa terkejutnya mereka berdua karena baru saja mereka melangkahkan kakinya tiba-tiba saja tubuh Biswara langsung ambruk ke tanah, dan bukan main girangnya Jaka Wulung melihat kejadian itu.
"Dewi rupanya kamu berhasil merobohkan Biswara," seru Jaka Wulung nampak heboh.
"Benar Kang, rupanya kesaktian Pendekar jelek itu tidaklah seperti yang aku bayangkan sebelumnya, tidak percuma aku mengeluarkan ajian Paku Sewu andalanku," timpal Dewi Sunti juga terlihat mulai yakin kalau Biswara memang benar telah berhasil dia robohkan.
Lalu dengan tanpa ragu lagi sepasang Pendekar aliran hitam itu pun segera bergegas mendekati tubuh Biswara yang masih menyala dan juga dipenuhi dengan Paku yang membara itu, lalu begitu sudah mendekat nampak Dewi Sunti duduk jongkok tepat di hadapan muka Biswara sedangkan Jaka Wulung terlihat berada di sebelahnya.
Lalu kemudian Jaka Wulung
"Oh ... itu ada surat, dari siapa dan untuk siapa surat itu?" tanya Adhinata sambil melangkah menghampiri selembar surat tersebut, dan kemudian wakil Patih Kerajaan Karmajaya itu pun langsung segera mengambil surat itu dan kemudian langsung membacanya."Tuan Adhinata ... sepertinya Tuan terlihat capek sekali jadi aku tidak tega untuk membangunkan Tuan, pesanan Tuan telah aku bawakan, itu saya taruh di atas kantong di bawah surat ini, saat ini saya sedang ke pasar untuk berjualan, seandainya Tuan mau pulang sekarang silakan ... tapi kalau misalnya mau menunggu, saya tidak lama, sebelum tengah hari saya sudah kembali ke rumah, sekian dari saya Biswara," demikianlah bunyi tulisan surat dari Biswara."Oh Tuan Biswara ... kamu ternyata masih seperti dulu, sama sekali sedikitpun kamu tidak berubah, dengan kesaktian yang kamu miliki kamu tetap setia memilih untuk menjalani hidup sederhana sebagai petani dan penjual sayuran," ujar Adhinata setelah selesai membaca tulisan Biswa
Namun meski begitu, akibat dari gigitan ular kobra yang cukup dalam dan juga ditambah akibat dari tarikan Adhinata yang cukup keras tadi akhirnya pada leher sang wakil Patih Kerajaan Karmajaya itu benar-benar menyisakan luka yang cukup parah.Lalu setelah itu Adhinata pun tidak jadi mengambil buah pisang itu, dia memutuskan untuk kembali ke rumah Biswara, dengan luka akibat gigitan ular ular kobra tadi wakil Patih Kerajaan itu itu nampak berjalan dengan agak sempoyongan, dan beruntung sekali karena begitu dia hampir sampai di rumah Biswara ternyata sang pemilik rumah itu telah tiba dari pasar."Tuan Biswara ... tolong aku Tuan ..." seru Adhinata."Oh ada apa Tuan ...? Kenapa Tuan Adhinata bisa terluka seperti itu?" tanya Biswara."Aku habis bertarung dengan ular kobra Tuan, dan aku telah berhasil membunuhnya tapi ular itu juga berhasil menggigit leherku, i, ini," ujar Adhinata dengan suara agak terbata-bata."Wah, itu harus segera di obati Tuan kar
"Jadi menurutmu mayat sakti itu memang tidak bisa aku miliki begitu?!""Benar Gusti, memang nampaknya seperti itu," jawab Adhinata dengan jujurnya.Lalu begitu mendengar jawaban Adhinata seperti itu nampaknya Prabu Jayantaka merasa tersinggung lalu tiba-tiba dia berkata:"Ah ...! Sudahlah Adhinata, aku bosan mendengar jawaban seperti itu! Kalau memang kamu tidak bisa membantu aku mendapatkan mayat sakti itu sudah sana pergi saja!" sang prabu nampak terlihat marah dan membentak wakil patihnya itu.Lalu Adhinata pun segera berpamitan untuk kembali ke kediamannya dan sebelum itu dia nampak menghaturkan sembah hormatnya dulu sebelum akhirnya dia meninggalkan istana sang Raja itu.Setelah wakil patihnya itu pergi meninggalkan istana nampak Prabu Jayantaka masih terus berpikir, dia terlihat masih belum bisa menerima dengan perkataan dari Adhinata tadi, sang Raja terlihat masih terus berpikir mencari cara agar dia bisa mengambil mayat sakti itu dari tanga
"Kita carikan dia itu perempuan yang sangat cantik, lalu kita suruh wanita itu bersedia untuk menjadi istrinya, dan kalau sudah begitu dengan perantaraan istrinya itulah kita minta supaya dia mau menyerahkan mayat sakti itu kepada kita, bagaimana Pangeran usulan Pamanmu ini ...? Hem?" tanya Dipasena sembari mengangkat-angkat alisnya, memang sepupu Prabu Jayantaka itu terkenal jeli namun juga licik dalam urusan memperdayai lawan."Yah, aku sangat setuju sekali Paman, memang menurutku cara seperti itulah yang bisa meluluhkan hati seorang Biswara, karena tidak ada seorang lelaki pun di dunia ini yang tidak runtuh pendiriannya manakala sudah dihadapkan dengan seorang wanita," timpal Pangeran Cayapata terlihat juga sependapat dengan Pamannya itu."Tapi kira-kira siapa wanita yang akan kita jadikan umpan untuk menundukkan Biswara? Apakah kira-kira Paman sudah memiliki pilihan?" lanjut tanya Pangeran Cayapata."Ya inilah yang sedang saya pikirkan Nanda," sahut Dipasena
Setelah cukup berangan-angan dan berandai-andai sepupu Prabu Jayantaka itu segera bergegas meninggalkan ruangan bawah tanahnya dan beranjak menuju ke Istana sang Prabu. Lalu setelah sampai di Istana Dipasena pun langsung menghadap gusti Prabu yang kebetulan saat itu beliau sedang berada di ruang pemujaan."Prajurit, apakah Gusti Prabu ada?" tanya Dipasena kepada salah seorang prajurit yang berjaga di depan pintu ruangan pribadi sang Prabu."Ada Gusti, sekarang Gusti Prabu masih sedang melakukan pemujaan," ujar sang Prajurit."Lama gak kira-kira?" lanjut tanya Dipasena seolah tidak sabar."Ah ... Gusti Dipasena pakai tanya, kan Gusti sudah tahu seberapa lama biasanya pemujaan itu dilakukan ...?" balas sang Prajurit yang terlihat sudah sangat akrab dengan sepupu Raja itu. Lalu mereka berdua pun terlihat ngobrol ke sana-kemari hingga akhirnya sang Prabu yang terlihat sudah selesai melakukan sesembahannya itu nampak mendengar percakapan mereka berdua dari dal
"Yah, yah, yah ... terus siapakah wanita Kerajaan yang pantas untuk dinikahkan dengan Biswara Kakang?" tanya Prabu Jayantaka terlihat dengan mengernyitkan dahi, karena sepertinya beliau sendiri juga sedang berpikir untuk mencari sosok wanita itu."Ampun Gusti bagaimana kalau saya mengusulkan ... Putri Nirmalasari," ujar Dipasena dengan sangat hati-hati."Nirmalasari? Nirmalasari Putriku?" tanya sang Prabu seperti agak kaget."Benar Gusti, menurut saya Putri Nirmalasari sangat tepat apabila dijodohkan dengan Biswara, karena selain dia putri yang cantik, dia juga merupakan Putri Gusti Prabu Jayantaka sendiri, yang tentunya itu akan lebih memudahkan Gusti Prabu untuk mengatur seperti apa yang sudah saya katakan tadi diawal," ujar Dipasena kembali memberikan sebuah alasan.Lalu begitu mendengar penuturan dari Dipasena nampak Prabu Jayantaka terdiam sesaat, Raja Karmajaya itu terlihat seperti sedang berfikir. Dan setelah beberapa saat saling terdiam akhirnya D
"Rampes ... oh ... Bunda Ratu Bhanuwati ..." jawab Nirmalasari dengan sedikit merasa grogi setelah melihat siapa yang datang. Lalu setelah meletakkan peralatan yang digunakannya untuk merawat tanaman itu Nirmalasari pun langsung mempersilahkan Ratu Bhanuwati untuk masuk ke dalam Istananya."Bundamu ada ndok ...?" tanya Ratu Bhanuwati."Ada Bunda Bhanuwati, didalam ..." jawab Putri Nirmalasari, dan tiba-tiba dari dalam Istana Kaputren terdengar suara berseru."Siapa yang datang Nirmalasari ...?" ujar suara yang tidak lain adalah Selir Purbasari atau ibu kandung Nirmalasari."Saya Purbasari ... Ratu Bhanuwati ..." sahut Ratu Bhanuwati menjawab.Kreeek ....!Suara pintu terbuka."Oh Gusti Ratu Bhanuwati ... kok tumben datang kemari ... mari silahkan masuk ..." ucap Selir Purbasari menyambut kedatangan sang Ratu dengan memberikan salam hormatnya."Terimakasih Purbasari," Lalu Selir Purbasari pun segera kembali masuk ke dalam Istana
Akhirnya ketiga sahabat Adhinata itu pun langsung segera bergegas pulang bersamaan dengan berangkatnya Adhinata menghadap Ratu Bhanuwati.Lalu begitu tiba di Istiana sang Prabu, Adhinata yang memang sudah ditunggu kedatangannya langsung disuruh masuk oleh Prajurit penjaga."Silahkan langsung masuk Gusti Adhinata, karena Gusti Prabu sudah menunggu di dalam.""Ya Prajurit, terima kasih." Dan kemudian Adhinata pun segera langsung masuk ke dalam istana.Lalu setibanya di situ Prabu jayantaka pun segera menyampaikan maksud tujuannya memanggil dirinya, dan begitu mendengar penuturan sekaligus tugas yang akan dibebankan kepadanya Adhinata sempat merasa terkejut, karena dia tidak habis pikir sama sekali kalau ternyata ambisi Gusti Prabu Jayantaka untuk bisa mendapatkan mayat sakti itu sangatlah besar, bahkan sampai rela mengorbankan Putrinya sendiri, selain itu dia juga sebenarnya masih cukup capek karena memang baru beberapa hari dia tiba dari kediaman Biswara d