Tiong Seng rupanya masih ragu untuk masuk ke dalam Goa malam itu, dia khawatir dengan suasana dalam Goa yang terlihat pekat, "jangan-jangan nanti ada hewan buas lain atau ada hewan melata yang tinggal di dalamnya," begitulah kira-kira isi keraguan dari diri Tiong Seng.
Sementara itu diluar nampak suasana terlihat makin gelap, itu dikarenakan langit yang semula cerah kini telah tertutup awan yang mulai datang bergulung-gulung, dan memang sepertinya tidak lama lagi hujan akan segera turun, ditambah lagi kabut pegunungan juga terlihat begitu tebal menyelimuti seluruh wilayah itu, sehingga makin memperkuat suasana angker di Pegunungan Argapura.
Lalu setelah tidak menemukan orang yang telah membunuh Siluman harimau putih itu, akhirnya Biswara pun menyudahi ilmu Ngrogo Sukmo nya tersebut, dengan gerakan yang sangat cepat Sukma Biswara bergerak kembali menuju ke tubuhnya, dan begitu Sukma Biswara telah kembali menyatu dengan jasadnya hujan pun turun dengan sangat deras, bahka
"Oh, rupanya Goa ini memiliki banyak sekali tikungan, sungguh-sungguh tempat yang tidak mudah untuk dilewati." Akhirnya setelah berhasil melewati tikungan yang ketiga Tiong Seng mulai melihat ada cahaya putih kebiruan yang berasal dari jasad Eyang Reksa itu, lalu sesaat Tiong Seng terlihat menghentikan langkahnya. "Oh ... cahaya apakah itu? Apakah Goa ini memiliki tembusan jalan keluar di telah sampai di ujung? Dan cahaya terang itu adalah sinar mentari pagi? Lantas di mana mayat sakti itu berada?" tanya Tiong Seng nampak merasa heran. Lalu setelah tertegun beberapa saat pendekar asing itu kembali meneruskan langkahnya, dan betapa terkejutnya Tiong Seng manakala dia telah sampai di sebuah ruangan Goa yang cukup luas itu, dua mata sipit yang terlihat sulit untuk dibuka itu nampak langsung terbelalak begitu melihat sebujur jasad yang tergeletak di atas sebuah batu lempengan yang mirip menyerupai sebuah meja. "Oh ... inikah mayat sakti itu ...?" ujar Tio
Sementara itu Ranggawuni yang juga sudah memiliki kekuatan batu Mustika Pager Rogo juga langsung menggebrak kudanya untuk menyusul Tiong Seng, meskipun hanya mengandalkan perkiraannya tapi nyatanya itu memang sudah tepat.'Sebaiknya aku harus segera melaju ke pantai utara, sebelum nanti pendekar asing itu berhasil kabur membawa mayat sakti itu dengan kapalnya,' ujar Ranggawuni dalam hati.Lalu Ranggawuni pun langsung menggebrak kudanya itu dengan sangat cepat."Heya, heya, heya ...!"Ketoprak, ketoprak, ketoprak ....Kuda Ranggawuni nampak lari dengan sangat cepat tidak seperti biasanya, dan Ranggawuni sendiri nampaknya juga merasakannya itu.'Ini pasti akibat dari kekuatan batu Mustika Pager Rogo pemberian Tuan Biswara tadi, tapi aku memang harus segera bisa menyusul pendekar asing itu, karena kalau sampai terlambat maka perjuanganku beberapa hari ini akan berakhir dengan sia-sia,' gumam Ranggawuni dengan tubuh yang masih terguncang-guncang
"Sudahlah Tuan ...! Serahkan mayat sakti itu kepadaku ...! Mayat itu sangat berbahaya untuk Tuan ...! Salah-salah Tuan sendiri dibuat celaka olehnya ...! Karena Tuan memang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi pemilik mayat sakti itu," ujar Ranggawuni terkesan meremehkan meskipun sebenarnya itu adalah sebuah ungkapan yang benar.Mendengar penuturan Ranggawuni seperti itu Tiong Seng makin bertambah jengkel karena merasa direndahkan. Lalu dengan kekuatan yang dia dapatkan dari mayat sakti yang sekarang sudah ada di gendongannya itu Tiong Seng nampak ingin kembali menyusun serangan yang lebih besar lagi.Dengan segera Pendekar asing itu melakukan gerakan salto ke belakang hingga beberapa langkah, lalu setelah berada di posisi yang dirasa pas, Tiong Seng langsung menyilang kan dua telapak tangannya itu ke dada, dengan mulut yang terlihat komat-kamit Pendekar asing itu sepertinya ingin mengeluarkan Ajian Topan Segoro.Ajian Topan Segoro adalah merupakan
Namun suasana tenang itu tidak berlangsung lama, karena tiba-tiba dari dua arah yang berlawanan itu, yakni tepat dari arah Ranggawuni dan Tiong Seng melesat tadi, kini mulai kembali terlihat ada dua buah titik terang yang memiliki warna kuning ke merah-merahan terlihat sedang meluncur menuju ke arah yang sama.Semakin lama dua titik itu semakin terlihat jelas, dan begitu mulai terlihat ternyata Ranggawuni kini telah berubah wujud menjadi seekor naga api, sedangkan Tiong Seng berubah menjadi seekor banteng yang memiliki sayap dan juga tanduk api dengan mayat sakti masih tetap berada di atas punggungnya.Perubahan wujud itu sebenarnya tergantung keinginan dari masing-masing mereka berdua, hewan apa yang memang jadi obsesi mereka? Maka itulah yang akan jadi jelmaan dari diri mereka masing-masing. Dan sepertinya kali ini kedua makhluk jadi-jadian itu terlihat benar-benar telah mempersiapkan diri mereka masing-masing untuk segera mengeluarkan serangan pamungkasnya.L
"Apakah yang kamu bawa itu Kakang?" tanya Gayatri sambil menatap wajah suaminya itu."Inilah mayat sakti itu Gayatri," balas Ranggawuni sambil memegangi peti yang menyerupai sarung pedang itu."Lha terus mayat saktinya itu mana Kakang ...?" sahut tanya Gayatri terlihat sudah sangat penasaran."Ada di dalam peti ini istriku ..." balas Ranggawuni. Lalu Ranggawuni pun membuka tutup peti tersebut perlahan-lahan, dan begitu terbuka nampak lah oleh Gayatri sesosok mayat seorang kakek dengan tampilan rambut, kumis, jenggot yang panjang dan juga berwarna putih.Melihat itu perwujudan mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu Gayatri pun langsung terkejut hingga secara refleks istri Ranggawuni itu melompat mundur ke belakang."Makhluk aneh apa ini Kakang ...?! Aku takut ..." ujar Gayatri sambil berjalan menjauh ke sudut ruangan rumahnya. Melihat istrinya ketakutan seperti itu Ranggawuni pun segera menutup kembali peti mayat sakti tersebut. Lalu setelah itu Pendekar
"Memang saat ini saya masih menjadi wakil Patih kerajaan Karsa ... tapi sepertinya kalau aku harus segera bersikap, pasti mau gak mau aku harus segera berhenti dari tugasku ini," terang Adhinata. Lalu merasa masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh sang majikan akhirnya Karsa pun meminta supaya Adhinata untuk menjelaskan."Stop Gusti! Tolong jangan bicara membingungkan seperti itu, jadi tolong sekarang Gusti terangkan dulu dengan jelas. Apa yang sebenarnya Gusti Adhinata maksudkan? Jujur saya dari tadi tidak mudeng sama sekali dengan perkataan Gusti Adhinata," ujar Karsa dengan lugunya."Begini lho Karsa ... kamu sudah mendengar berita mengenai mayat sakti itu belum?" tanya Adhinata."Mayat sakti untuk sayembara itu to maksud Gusti Adhinata?" tanya Karsa memperjelas."Yah benar," sahut Adhinata sambil mengangguk."Terus kenapa dengan mayat sakti itu Gusti? Apa hubungannya dengan Gusti?" tanya Karsa berlanjut."Oh ... jadi kamu memang belu
"Ampun Gusti, sepertinya kalau sekedar pendekar sakti, menurut hamba itu masih banyak yang mau beradu kekuatan untuk meminta agar Ranggawuni bersedia menyerahkan mayat sakti itu, dan menurut hamba akan lebih baik jika yang meminta salah satu pendekar itu adalah Gusti Prabu sendiri, karena menurut hamba keberadaan mayat sakti itu sampai saat ini pun masih terus diburu oleh para peminatnya, baik itu yang sekedar ingin mendapatkan hadiah dengan ikut sayembara, ataupun yang berstatus sama seperti Ranggawuni, yaitu sama-sama ingin memiliki mayat sakti itu," ujar Adhinata menyampaikan pendapatnya.Kemudian dari penuturan yang disampaikan oleh Adhinata tersebut, terkesan kalau dirinya itu sedang memberikan sebuah cara yang semestinya dilakukan Gusti Prabu untuk menentukan langkah selanjutnya, karena dengan begitu maka tidak akan terkesan kalau dia itu menolak titah sang prabu secara terang-terangan, meskipun toh pada dasarnya dia memang sedang berusaha cari cara untuk bisa menghinda
Kembali berbicara tentang Dewi Sunti dan Jakawulung, meskipun toh diawal pertemuan mereka berdua pernah saling bertarung, tapi sebenarnya Jakawulung sendiri memang sudah menaruh hati pada Dewi Sunti yang kala itu masih memiliki suami yakni Calapati, dan setelah Calapati tewas di pelataran Goa tempat mayat sakti itu berada, ternyata Jakawulung yang juga seorang duda mengetahui kalau Dewi Sunti kini telah berstatus janda. Seolah tidak ingin didahului oleh orang lain, makanya Jakawulung pun terus berusaha mendekati Dewi Sunti. Karena semua orang juga pada tahu kalau Dewi Sunti itu adalah pendekar perempuan yang memiliki wajah yang sangat cantik, jadi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Jakawulung itu tidaklah sesuatu yang berlebih apalagi kalau dianggap sebagai lelaki yang mata keranjang, itu tidak benar sekali. Dan meskipun diawal sempat menolak namun se
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k