Beranda / Pendekar / Pendekar Kera Sakti / 638. Tombak Kematian

Share

638. Tombak Kematian

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-12 01:01:35

SUNGGUH sederhana pengobatan itu. Setelah beristirahat satu malam, esok paginya semua luka memar telah hilang, luka berdarah di betisnya menjadi kering dan nyaris hilang. Badan terasa segar, bahkan Badai Kelabu merasa seperti mendapat kekuatan baru. Lebih lincah dalam bergerak, lebih lega dalam bernapas.

"Hanya seperti itu...?" gumam Cempaka Ungu di dalam hatinya. "Apakah suatu saat nanti kalau aku mengalami luka dalam atau luka luar bisa cepat sembuh secepat itu?"

Hanya saja, Badai Kelabu masih sedikit sangsi dengan kemampuan Baraka. Terang-terangan ia berkata, "Pusaka Tombak Kematian adalah pusaka yang ganas dan berbahaya, apalagi di tangan orang-orang angkara murka! Tak pernah ada lawan yang luput dari ancaman maut Pusaka Tombak Kematian, menurut cerita guruku. Jika kau ingin mengobati guruku, apakah kau punya pusaka lain yang bisa menandingi racun dari Pusaka Tombak Kematian itu? Apakah kau juga mempunyai Batu Galih Bumi, seperti yang dimiliki Nyai Ratu Pekat itu?"

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   639. Part 2

    "Kau bermaksud menghinaku?"“Tidak. Aku tidak bermaksud menghinamu atau merendahkan kamu. Tapi aku bermaksud memacu semangatmu agar terus menuntut ilmu setinggi mungkin, supaya kau tidak direndahkan oleh orang lain!"Badai Kelabu akhirnya hempaskan napas panjang, lalu berkata, "Sulit sekali membantah kata-katamu. Sebaiknya memang kita segera bertolak dari pulau ini menuju Pulau Hitam. Sebaiknya... sebaiknya aku memeriksa perahu dulu sebelum berangkat!""Aku hanya akan membawa Dewa Racun. Mungkin dia bisa membantuku!"Tanpa diketahui oleh mereka, sepasang mata memperhatikan percakapan itu dan mencuri dengar semuanya. Sepasang mata itu adalah milik Cempaka Ungu yang berwajah berang.-o0o-Baru saja menapakkan kakinya di pasir pantai, Badai Kelabu sudah mendapat serangan dari arah belakang. Hembusan angin panas terasa melesat mendekati punggungnya. Badai Kelabu cepat sentakkan kaki dan melesat ke samping.Wuttt...! Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Pendekar Kera Sakti   640. Part 3

    "Sial! Dia mengetahui keadaanku!" geram Cempaka Ungu dalam hatinya. Karena rasa malu, maka tanpa bicara apa-apa lagi, ia segera sentakkan kaki dan kembali menerjang ke arah lawannya."Hiaaat...!"Wugggh...! Wugggh...!Dua sosok perempuan itu saling terjang kembali di udara. Pedang mereka saling dikibaskan dengan cepat.Trang trang trang...!Buhgg...! Jleg...!Cempaka Ungu mendaratkan kakinya di tanah, ia telah berhasil menyodok bagian bawah ketiak lawannya dengan siku yang berkekuatan tenaga dalam.Sodokannya tadi terasa terkena telak. Itulah sebabnya ia membalikkan tubuh dengan tersenyum angkuh. Badai Kelabu berhasil berdiri dengan tegak walau tadi saat mendaratkan kakinya di atas batu tempat berdirinya Cempaka Ungu itu hampir saja ia terjungkal jatuh.Sodokan keras bertenaga dalam terasa meremukkan tulang rusuk dan menahan jalur pernapasannya. Tetapi ia masih mampu menahan dengan mengeraskan seluruh urat yang ada di sekitar b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Pendekar Kera Sakti   641. Part 4

    "Cukup asing namamu itu di telingaku! Pangeran Berdarah...! Sebuah nama yang belum kondang, tentunya!" ejek Badai Kelabu.Pangeran Berdarah merasa terhina dan menggeram gusar. Wajahnya yang tampan kelihatan buas dan liar. Segera ia sentakkan tangan kanannya ke arah sebuah batu, wuut...! ia lepaskan pukulan tenaga dalamnya ke sana. Badai Kelabu hanya melirik dengan menyimpan rasa heran, ia sangka Pangeran Berdarah memamerkan ilmunya.Batu itu tidak pecah. Badai Kelabu sunggingkan senyum tipis meremehkan. Tapi belum habis senyumnya, tiba-tiba ia merasakan gelombang hawa panas mendekatinya dengan gerakan cepat, arahnya dari batu yang habis dihantam Pangeran Berdarah.Wuusss...! Beeghh...!Badai Kelabu terjungkal jatuh dan berguling-guling bagai dilanda angin topan yang bertenaga besar. Rupanya pukulan yang dilepaskan Pangeran Berdarah itu sengaja dipantulkan melalui batu tersebut untuk mengecohkan lawan, sehingga lawan menjadi kelabakan."Edan! Ini ju

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Pendekar Kera Sakti   642. Part 5

    "Ibu Ratu," kata Pangeran Berdarah dengan sopan, "Saya mohon Ibu Ratu tidak menaruh curiga kepada tiga teman saya itu, mereka adalah Jalak Putih, si Latah Lidah dan Penghulu Petir. Mereka yang akan membantu saya dalam mengejar larinya Tapak Baja. Pusaka milik Guru saya telah dicuri oleh Tapak Baja dan....""Aku sudah mendengar," sahut Ratu Pekat. "Pusaka Tombak Kematian milik gurumu; Ki Jangkar Langit, telah berada di tangan Tapak Baja, si Nakhoda Kapal Neraka itu."Pendekar Kera Sakti dan Dewa Racun diam saja. Tapi Dewa Racun manggut-manggut dan baru tahu bahwa Pangeran Berdarah adalah murid dari Ki Jangkar Langit, pemilik Pusaka Tombak Kematian itu. Pendekar Kera Sakti pun baru tahu hal itu, tapi ia sepertinya tidak begitu peduli siapa Pangeran Berdarah, ia garuk-garuk kepalanya sambil mengikuti percakapan tersebut.Pangeran Berdarah berkata kepada Ratu Pekat, "Saya datang kemari di samping untuk menengok keadaan Cempaka Ungu dan Ibu Ratu, juga mencari tahu ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Pendekar Kera Sakti   643. Part 6

    Penghulu Petir, yang sejak tadi duduk di belakang agak samping dari Badai Kelabu, segera menyumbang kata, “Tapak Baja memang keji dan ganas. Kabar terakhir yang saya terima, bahwa dari sejumlah dua puluh tujuh orang anak buahnya dalam Kapal Neraka itu, sekarang tinggal satu orang, yaitu yang bernama Hantu Laut. Dua puluh enam anak buahnya itu kebanyakan mati di tangan Tapak Baja sendiri. Tetapi dengan adanya Pangeran Berdarah dan kami bertiga di sini, Ratu tidak perlu cemas lagi. Kami mampu menghadapi Tapak Baja dan Hantu Laut. Kami sudah perhitungkan kekuatan mereka, dan kami sudah atur satu rencana perlawanan sendiri!"Semua mata tertuju pada orang berusia lima puluh tahun yang berambut abu-abu itu. Rambutnya pendek, tubuhnya kurus, matanya sedikit sipit, ia mengenakan jubah panjang warna ungu tua yang sudah kumal, tanpa mengenakan baju dalam, tapi memakai celana abu-abu dengan ikat pinggang kain putih. Jubahnya itu tak pernah ditutup, sehingga tulang iganya tampak be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Pendekar Kera Sakti   644. Part 7

    “Tapi, kau tahu cara menanggulangi semua jenis racun berbahaya, Pendekar Kera Sakti?""Hmmm... mungkin tidak semua racun kuketahui juga cara penanggulangannya. Tapi, mungkin juga aku bisa menawarkan semua jenis racun dari yang berbahaya dan yang tidak berbahaya.""Kenapa masih bersifat mungkin? Kenapa kau tidak tahu dengan pasti, Baraka?""Karena aku belum pernah mencoba menawarkan semua jenis racun!" jawab Pendekar Kera Sakti dengan bersikap jujur, namun menyembunyikan kepandaiannya.Kepandaian yang ada pada Pendekar Kera Sakti, serta tingginya ilmu Baraka, telah membuat Badai Kelabu menjadi sering berpikir tentang diri Baraka. Namun Badai Kelabu menganggap Pendekar Kera Sakti lelaki yang dingin terhadap perempuan. Terbukti, semalam ia tidur di dalam kamar beratap rumbia itu, tapi tak sedikit pun tubuhnya terasa disentuh oleh Pendekar Kera SaktiBaraka ada di haluan bersama Dewa Racun. Bahkan sesekali Baraka yang mengendalikan lajunya perahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Pendekar Kera Sakti   645. Part 8

    Dalam usia enam puluh tahun lebih itu, Tapak Baja masih bisa memandang dengan awas, gerakan matanya cukup lincah, sehingga ia tahu ada satu orang yang sudah terluka, namun masih bisa bangkit dan hendak menyerangnya dari samping kiri. Seketika itu tangannya menyentak dan sebuah pukulan bercahaya biru melesat menghantam dada orang itu hingga jebol. Berhamburanlah isi dada orang malang itu."Hantu Laut," serunya. "Habisi mereka! Tinggal beberapa gelintir saja! Aku mau istirahat dulu!""Siapa yang sekarat!" sahut Hantu Laut yang memang agak tuli sejak kedua telinganya pernah dihantam oleh Tapak Baja pada saat orang keji itu marah di atas kapalnya dulu."Aku mau istirahat!" bentak Tapak Baja sambil tetap memegangi sebuah tombak bergagang hitam. Itulah Pusaka Tombak Kematian yang sedang diributkan di kalangan para tokoh persilatan."O, Nakhoda mau istirahat dulu? Silakan! Biar aku yang merampungkan sisa tikus-tikus kecil ini, ha ha ha ha...!"Hantu Laut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Pendekar Kera Sakti   646. Part 9

    Pada saat kematian Tambak Lanang itulah, Baraka, Dewa Racun, dan Badai Kelabu muncul dari tempat yang lebih tinggi. Dari sana mereka bisa melihat kematian Tambak Lanang, dan tepuk tangan Tapak Baja yang ditepukkan pada pahanya, dengan satu tangan tetap memegangi Pusaka Tombak Kematian.Plok plok plok....!"Bagus, bagus, bagus...! Itu baru namanya kerja yang bagus!""Mengejar ikan gabus...! Ah, untuk apa aku harus mengejar ikan gabus, Nakhoda?""Kubilang, itu kerja yang bagus! Bukan kusuruh mengejar ikan gabus! Dasar budek!" bentak Tapak Baja dengan mata mendelik membuat Hantu Laut ciut nyali.Di balik rimbunan pohon, di atas sana, tiga makhluk saling berbisik-bisik. Badai Kelabu yang mendului bicara kepada Baraka, "Itu dia orangnya yang bernama Tapak Baja!""Yang tua dan memegang tombak berujung taring babi hutan itu?""Ya. Dan yang berkepala gundul itu adalah Hantu Laut, anak buahnya yang tinggal satu-satunya itu!""Mer... mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1045. Part 3

    Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer

  • Pendekar Kera Sakti   1044. Part 2

    Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli

  • Pendekar Kera Sakti   1043. IBLIS RAJA NAGA

    SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu

  • Pendekar Kera Sakti   1042. Part 17

    Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke

  • Pendekar Kera Sakti   1041. Part 16

    "Memenggal dengan hanya melihat...!" gumam Nyai Cungkil Nyawa sambil merenung dalam kebimbangan."Jubah itu... pasti jubah itu yang membuatnya dapat begitu!"Pendekar Kera Sakti segera ikut bicara, "Apa kelemahan jubah itu, Nyai?""Kelemahannya...!" Nyai Cungkil Nyawa berpikir beberapa saat, kemudian menjawab, "Tidak ada kelemahannya! Kecuali jika jubah itu dilepas, baru orang itu menjadi lemah!""Kalau begitu, biarlah aku yang menghadapinya," kata Pendekar Kera Sakti dengari tegas dan mantap. Semua mata memandang ke arah Baraka, termasuk Ratna Prawitasari.Tiba-tiba terdengar suara menyahut, "Aku yang menghadapi!"Semua berpaling ke arah orang yang menyahut pembicaraan itu. Ternyata Rangka Cula sudah berdiri dalam jarak tujuh tombak dari tempat mereka. Nyai Cungkil Nyawa menggeram benci, ia ingin bergerak maju, tapi tangan Baraka menahannya dan berkata, "Mundurlah semua! Ini bagianku...!"Semua menuruti kata Baraka. Mereka mundur den

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status