Share

461. Part 10

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-16 01:01:27

"Itu gagasan yang bagus! Cuma yang kuherankan, kenapa pedangnya Pendekar Kera Sakti tadi ikut berkeliaran sendirian? Terbang ke sana-sini menangkis seranganku terhadap Rani Adinda. Mestinya Rani Adinda sudah mati bersama delapan belas orangnya itu. Cuma karena ada pedang bercahaya ungu itu jadi dia bisa dilarikan oleh pengawalnya!"

"Apakah Gusti Ratu yakin kalau itu pedangnya Pendekar Kera Sakti?"

"Lho, bukannya kau dan beberapa orang yang melihat pertarungan Baraka dengan Dalang Setah pernah bercerita tentang ciri-ciri pedangnya Pendekar Kera Sakti? Bukankah menurut kalian ciri-cirinya kayak gitu?"

"Memang sih, cuma saya masih sangsi, apa benar itu pedangnya Pendekar Kera Sakti, sebab orangnya sendiri nggak kelihatan!"

"Nah, itu yang perlu dipelajari! Berarti Baraka itu bisa menghilang. Buktinya ia bisa muncul dengan hanya tampak pedangnya saja!"

"Oo... begitu, ya? Wah, kalau gitu Baraka itu sakti sekali ya, Gusti?"

"Kayaknya sih begitu. Cu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   462. Part 11

    "Setan kau! Keluar! Cepat keluar!" bentaknya dalam keadaan mulut terbungkam bantal. Kakinya segera merapat. Bahkan saling lilit. Saking kuatnya kaki saling lilit akhirnya ia terpelanting jatuh.Buhkk..!Makin menyingkap semuanya, makin kelabakan sang Ratu."Hiaaahh...!” teriaknya jengkel sendiri.Wuutt..! Dalam sekejap tubuhnya yang mampu melenting ke udara itu sudah berdiri di depan Baraka.Jlegg..!Itulah pelampiasan kejengkelan sang Ratu terhadap tingkahnya sendiri. Bantal masih menutup wajah, mata ditongolkan sedikit. Baraka memandangi dengan tenang, badannya malah sedikit bersandar di tepi almari. Kain cadar hitam ada di tangannya. Kain itu segera diulurkan dengan pandangan mata dan senyum yang sering bikin para gadis melayang-layang bagaikan mabuk gadung."Astaga.. ! Ternyata dia yang ada dalam almariku"l" pikir Ratu Cadar Jenazah setelah muiai tenang dan bisa memandang dengan terang."Ambillah cadarmu.. tapi perlu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Kera Sakti   463. Part 12

    Sang Ratu menepukkan tangan ke kasur sampingnya, itu sebuah isyarat agar Baraka duduk di sampingnya. Baraka pun menuruti perintah itu, bagai terhipnotis dari kekuatan gaib yang terpancar dari mata sang Ratu."Apa maksudmu masuk ke kamar pribadiku ini, Baraka?""Untuk melawanmu!" jawab Baraka dengan tegas tapi berkesan enak didengar. Sang Ratu hanya melebarkan senyum."Haruskah kita bermusuhan, Baraka?""Sayembaramu telah membuat suatu tantangan tersendiri bagiku!""Kubatalkan sayembara itu!""Tetap saja kau menantangku!""Demi dewa apa saja, aku nggak berani menantangmu sekarang.""Buktinya kau biarkan jubahmu terbuka begitu?"Sang Ratu tersipu malu sambil merapikan jubah. Baraka melengos sambil tertawa dengan suara gumam. "Rasa-rasanya kita perlu berdamai, Baraka.""Kalau kau mau menjadi baik, aku mau berdamai denganmu.""Menjadi baik? Kau pikir aku sakit?""Ya. Jiwamu sakit sehingga kau berad

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Pendekar Kera Sakti   464. Part 13

    Makanya nggak heran kalau sang Ratu nggak mau tidur. Nggak heran juga kalau sang pendekar tampan itu kebingungan dan akhirnya jengkel sendiri, karena kesempatan mencuri cincin itu nggak pernah ada. Hanya saja, ketika matahari muiai merayap lebih tinggi lagi, Baraka punya keberuntungan lain yang di luar dugaan.Wulandita mau keluar kamar, maklum kamar mandi waktu itu nggak ada yang di dalam ruang tidur. Jadi harus keluar ruangan kalau mau ke kamar mandi. Pada saat sang Ratu buka pintu dan menutupnya kembali, tiba-tiba Rembulan Pantai menghampirinya dengan sedikit tegang. Baraka sengaja mencuri dengar di dekat pintu, untuk meyakinkan apakah sang Ratu sudah melangkah ke kamar mandi atau belum. Ternyata yang ia dengar adalah percakapan antara sang Ratu dengan Rembulan Pantai."Ki Parma Tumpeng dan Payung Cendana datang, Gusti Ratu!"Yang kaget bukan sang Ratu, tapi malah Baraka sendiri. Ia baru ingat bahwa keberadaannya di dalam almari itu telah membuat kedua tokoh

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Pendekar Kera Sakti   465. Part 14

    "Kalau maksudmu kemari untuk merampas tempat ini lagi, jelas itu suatu hal yang mustahil, Parma Tumpeng!" kata sang Ratu dengan seenaknya, karena ia menganggap usianya sebenarnya sama dengan Ki Parma Tumpeng."Aku kemari bukan untuk membicarakan tempat ini!" ujar Ki Parma Tumpeng. "Ada masalah yang lebih penting lagi dari itu. Perlu kau ketahui, muridku Balak Lima ada di luar menunggu kemunculanku, dan muridnya Payung Cendana yang bernama Bunga Taring Liar juga menunggu di luar gerbang. Dalam waktu seratus hitungan aku nggak muncul, mereka akan menyerang masuk dan mengobrak-abrik tempat ini!"Ratu Cadar Jenazah sunggingkan senyum sinis. "Kamu pikir aku takut dengar ancamanmu? Nggak usah pakai mengancam segala deh! Jelaskan dulu persoalannya!"Payung Cendana yang menjawab dengan tegas, "Baraka ada di sini! Sekarang kuminta kau keluarkan dia! Pasti dia sudah tertangkap olehmu!""Eh, jangan menuduh sembarangan, ya!" sang Ratu mulai berang, sebab di sit

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Pendekar Kera Sakti   466. Part 15

    Clapp...! Sinar biru sejengkal keluar dari ujung telunjuk Ratu Cadar Jenazah. Sinar itu kecil dan gerakannya cepat. Tapi agaknya Ki Parma Tumpeng nggak kalah siap. Dari tangan kanannya yang bertelapak membuka keluar sinar agak besar warna merah lebar.Clapp...! Tangan itu tak digerakkan ke depan, hanya membuka di samping, tapi gerakan sinarnya tergolong cepat dan menghantam sinar birunya Wulandita.Blarrr.. !Asap mengepul tebai akibat ledakan di pertengahan jarak itu. Tebalnya asap mengganggu pandangan Ki Parma Tumpeng, sehingga ia nggak bisa lihat apa yang dilakukan oleh lawannya.Tahu-tahu seberkas cahaya biru mirip bola berduri itu melesat menerobos ketebalan asap, mengarah kepada Ki Parma Tumpeng.Wusss ..."Eit..! Gawat!" Ki Parma Tumpeng sentakkan tongkat ke tanah.Dug..!Wuttt.. !Tubuhnya melesat ke atas dalam keadaan masih tegak berdiri tegak lurus. Dari atas sana barulah dia melihat Wulandita sedang rapatkan kedua tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Pendekar Kera Sakti   467. Part 16

    "Kalau kau masih nekat ingin masuk menemui sang Ratu, kau harus melangkahi mayatku tujuh kali! Perlu kau ketahui, siapa pun tak kuinginkan bertemu dengan Wulandita, karena dia calon istriku!?"“Mulut besarmu itu memang perlu dirobek pakai ujung pedangku, Panji Gosip! Dari dulu tak pernah ada jeranya menyebar gosip dan membual di sana-sini" geram Bunga Taring Liar.Gadis ini belum keluar taringnya. Kalau sudah keluar taringnya, naah.. bahaya sekali tuh. Malaikat Bisu yang jadi guru dan ketua dari Perguruan Tanduk Singa saja mati di ujung pedangnya, apalagi cuma Panji Gosip yang belum banyak pengalamannya di rimba persiiatan. Tapi agaknya Panji Gosip nggak takut sedikit pun menghadapi Bunga Taring Liar, ia menerjang maju dengan pisau kembarnya yang masing-masing panjangnya dua jengkal itu.Wut, wut, wut.. !Panji Gosip kibaskan pisaunya dengan cepat. Kedua tangan yang masing-masing memegang pisau itu bergerak terus tiada hentinya. Sepertinya gerakan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Pendekar Kera Sakti   468. Part 17

    MERASA waktunya pendek, Pendekar Kera Sakti terpaksa harus bisa menemukan cincin itu dengan cepat, jangan sampai saat ia menggeledah almari ketahuan Ratu Cadar Jenazah. Udah nggak asyik aja deh kalau sampai ketahuan begitu. Malunya nggak ketulungan. Tapi rupanya mencari 'Cincin Daki Dewa' itu bukan semudah mencari meja di antara para kursi,Cempuk, tempat menyimpan perhiasan dari logam kuningan memang sudah ditemukan Baraka. Tapi isinya bermacam-macam perhiasan. Repotnya lagi Baraka harus bisa memilih cincin yang tepat. Repotnya lagi di dalam cempuk itu ternyata Ratu Cadar Jenazah mempunyai tiga puluh empat cincin. Busyet! Bisa dibayangkan bagaimana repotnya memilih satu cincin di antara tiga puluh empat cincin?"Batunya berwarna hitam bening!" ingat Baraka. "Ya, memang sih, cirinya dari 'Cincin Daki Dewa' adalah berbatu hitam. Tapi sang Ratu ternyata mempunyai delapan beias cincin berbatu hitam. Mau nggak mau Baraka agak gugup juga saat mengobrak-abrik kedelapan belas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Pendekar Kera Sakti   469. Part 18

    Tangan si perempuan terulur dalam posisi telapak tangan tengadah, tanda meminta sesuatu. Baraka berkerut dahi, berlagak bingung melihat sikap si pelayan pendek itu."Apa maksudmu sih?""Cempuk itu memang kau pulangkan pada tempatnya, tapi yang kau selipkan di sabuk pinggangmu itu mana? Harus dipulangkan juga!""Ah, nggak ada kok!""Jangan bohong! Kalau aku keluar dan teriak maling, kau pasti dikepung prajurit dan digebuki sambil diarak keliling alun-alun!""Ah, kamu ini apa-apaan sih? Aku kan sudah bilang, bahwa...""Serahkan kembali yang kau selipkan di sabuk pinggangmu itu, Baraka ganteng!" tangannya masih tengadah meminta."Berani sumpah serapah deh, aku nggak sembunyiin apa-apa di sabuk pinggangku.""Aku keluar nih.. ! Aku teriak maling, ya!"Pelayan itu mau keluar, tapi buru-buru ditarik Baraka, "Eeeh.. jangan dong!"Pelayan itu segera ditarik menjauhi pintu. Rupanya pelayan itu tadi sempat melihat saat cinci

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1045. Part 3

    Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer

  • Pendekar Kera Sakti   1044. Part 2

    Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli

  • Pendekar Kera Sakti   1043. IBLIS RAJA NAGA

    SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu

  • Pendekar Kera Sakti   1042. Part 17

    Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke

  • Pendekar Kera Sakti   1041. Part 16

    "Memenggal dengan hanya melihat...!" gumam Nyai Cungkil Nyawa sambil merenung dalam kebimbangan."Jubah itu... pasti jubah itu yang membuatnya dapat begitu!"Pendekar Kera Sakti segera ikut bicara, "Apa kelemahan jubah itu, Nyai?""Kelemahannya...!" Nyai Cungkil Nyawa berpikir beberapa saat, kemudian menjawab, "Tidak ada kelemahannya! Kecuali jika jubah itu dilepas, baru orang itu menjadi lemah!""Kalau begitu, biarlah aku yang menghadapinya," kata Pendekar Kera Sakti dengari tegas dan mantap. Semua mata memandang ke arah Baraka, termasuk Ratna Prawitasari.Tiba-tiba terdengar suara menyahut, "Aku yang menghadapi!"Semua berpaling ke arah orang yang menyahut pembicaraan itu. Ternyata Rangka Cula sudah berdiri dalam jarak tujuh tombak dari tempat mereka. Nyai Cungkil Nyawa menggeram benci, ia ingin bergerak maju, tapi tangan Baraka menahannya dan berkata, "Mundurlah semua! Ini bagianku...!"Semua menuruti kata Baraka. Mereka mundur den

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status