MERASA waktunya pendek, Pendekar Kera Sakti terpaksa harus bisa menemukan cincin itu dengan cepat, jangan sampai saat ia menggeledah almari ketahuan Ratu Cadar Jenazah. Udah nggak asyik aja deh kalau sampai ketahuan begitu. Malunya nggak ketulungan. Tapi rupanya mencari 'Cincin Daki Dewa' itu bukan semudah mencari meja di antara para kursi,
Cempuk, tempat menyimpan perhiasan dari logam kuningan memang sudah ditemukan Baraka. Tapi isinya bermacam-macam perhiasan. Repotnya lagi Baraka harus bisa memilih cincin yang tepat. Repotnya lagi di dalam cempuk itu ternyata Ratu Cadar Jenazah mempunyai tiga puluh empat cincin. Busyet! Bisa dibayangkan bagaimana repotnya memilih satu cincin di antara tiga puluh empat cincin?
"Batunya berwarna hitam bening!" ingat Baraka. "Ya, memang sih, cirinya dari 'Cincin Daki Dewa' adalah berbatu hitam. Tapi sang Ratu ternyata mempunyai delapan beias cincin berbatu hitam. Mau nggak mau Baraka agak gugup juga saat mengobrak-abrik kedelapan belas
Tangan si perempuan terulur dalam posisi telapak tangan tengadah, tanda meminta sesuatu. Baraka berkerut dahi, berlagak bingung melihat sikap si pelayan pendek itu."Apa maksudmu sih?""Cempuk itu memang kau pulangkan pada tempatnya, tapi yang kau selipkan di sabuk pinggangmu itu mana? Harus dipulangkan juga!""Ah, nggak ada kok!""Jangan bohong! Kalau aku keluar dan teriak maling, kau pasti dikepung prajurit dan digebuki sambil diarak keliling alun-alun!""Ah, kamu ini apa-apaan sih? Aku kan sudah bilang, bahwa...""Serahkan kembali yang kau selipkan di sabuk pinggangmu itu, Baraka ganteng!" tangannya masih tengadah meminta."Berani sumpah serapah deh, aku nggak sembunyiin apa-apa di sabuk pinggangku.""Aku keluar nih.. ! Aku teriak maling, ya!"Pelayan itu mau keluar, tapi buru-buru ditarik Baraka, "Eeeh.. jangan dong!"Pelayan itu segera ditarik menjauhi pintu. Rupanya pelayan itu tadi sempat melihat saat cinci
Pada saat itu batin Baraka sampai berkata, "Kayak tokek panik kalau gini?"Lolos dari kepungan para prajurit, Baraka segera melesat ke atas tembok benteng. Dari sana ia seperti seekor harimau kumbang yang melompat dan bersalto beberapa kali di udara. Dalam sekejap sudah berada di stamping Payung Cendana.Jlegg..!"Baraka...!" Payung Cendana terkejut dengan suara pelan, karena ia sedang menahan sakit di bagian dadanya yang ingin memuntahkan darah untuk yang kedua kalinya. Ki Parma Tumpeng pun terbatuk-batuk walau ia sadar bahwa Baraka sudah ada di situ.Bunga Taring Liar menarik napas begitu melihat Baraka, merasa lega. Tapi matanya segera mengarah kepada Ratu Cadar Jenazah penuh waspada. Pedangnya masih di tangan dan siap serang jika sang Ratu Membahayakan keselamatan gurunya.Kecurigaan mulai membakar murka sang Ratu. Suaranya terlepas lantang kepada Baraka. "Baraka, kembali ke kamar.""Untuk apa?" ujar Baraka dengan seenaknya. Ia berplkir,
"Celaka! Cincin itu sudah ada di tangan Saliyem!" pikir Baraka penuh keheranan."Kapan ia mengambilnya dariku? Oh, mungkin.. mungkin pada saat ia berlagak memelukku, ia sempatkan diri untuk mencopet cincin itu dari pinggangku! Kurang ajar babu satu itu! Pantas dia tadi bilang aku akan sial. Rupanya ia sudah berhasil mencopet cincin itu dari pinggangku! Benar-benar sialan pelayan bergigi mancung itu.""Saliyem, serahkan cincin itu! Lekas serahkan!"Wuttt...!Saliyem melompat dalam gerakan salto mundur. Lincah sekali babu bergigi keriting duren itu. Dengan senyum yang nggak pernah bisa dibilang manis itu, Saliyem berkata keras, "Kalahkan Pendekar Kera Sakti itu, baru saya serahkan cincin ini!""Kau jangan main-main, Saliyem!" bentak sang Ratu.Rembulan Pantai muncul langsung berseru, "Gusti, cincinnya sedang dicari oleh Saliyem dan.. dan.. lho, kok dia sudah ada di sini!" Rembulan Pantai menatap Saliyem dengan heran dan terperanjat bingung.
SEORANG pemuda berwajah ganteng bin tampan tampak tengah duduk bersemadi diatas sebuah batu putih. Di hadapannya terbentang gugusan jurang tanpa dasar. Gelap gulita. Karena memang keadaan waktu tengah malam. Melihat ciri dan perawakannya, pemuda yang berusia sekitar dua puluh dua tahun ini tak lain adalah Baraka, si Pendekar Kera Sakti adanya. Wajahnya tampak tegang. Entah ada apa gerangan?Sebenarnya sudah dua hari dua malam Baraka melakukan tapa semadinya, hal ini berawal dari beberapa malam yang lalu. Baraka bermimpi bertemu dengan Hyun Jelita, sosok bidadari yang kecantikannya nggak ada yang menyamai di alam semesta ini. Anehnya, dalam pertemuan kali ini. Sang bidadari jelita tampak menangis tanpa mengucapkan apa-apa. Yang membuat Baraka heran pada sosok bidadari jelita itu adalah tidak adanya sekuntum bunga mawar asli yang biasanya ada di belahan dadanya yang menyembul dengan indahnya. Hampir setiap malam Baraka bermimpi yang sama, hingga di malam terakhir, Hyun Jelita m
Dengan langkah seenaknya Setan Bodong mendekati sang murid. Matanya memandang tajam dan penuh curiga. Karena pada saat itu, Baraka tidak segera menyelesaikan semadinya, melainkan melanjutkan semadinya dengan cara memejamkan mata, dan kedua tangan tetap terletak lurus di kedua lututnya yang bersila. Kedua tangan itu sama-sama menggenggam walau tak terlalu kencang."Baraka, berhentilah! Aku mau bicara padamu!"Baraka masih diam, sepertinya tidak mendengar ucapan sang Guru. Tiga kali kata-kata itu dilontarkan dengan nada semakin keras, tapi Baraka tetap diam tak bergerak sedikit pun kecuali pernapasannya."Keras kepala kau ini, hah?!" Bentak Setan Bodong.Baraka masih tidak bergeming bagaikan patung batu. Setan Bodong bergerak ke depan, jaraknya tujuh langkah dari tempat Baraka bersila. Dengan jengkel ia lemparkan tongkatnya ke arah dada Baraka.Tongkat itu meluncur dengan ujung bagian bawahnya terarah ke dada Baraka seperti anak panah.Tiba-ti
"Sejujurnya saya katakan, sukma saya telah bertemu dangan seorang wanita cantik yang sangat menarik hati. Wanita itu berwajah duka. Tapi dia tidak mau menyebutkan apa penyebab dukanya itu. Dia sempat menangis ketika jatuh dalam pelukan saya. Dan saya biarkan dia menangis sambil menyandarkan kepalanya di dada saya. Hati saya menjadi turut berduka, seakan merasakan kesedihan yang lebih dalam dari kesedihan yang disandangnya. Apa artinya itu, Kek?"Setan Bodong terkekeh-kekeh menertawakan kata-kata Baraka. Sang murid menjadi berkerut dahi ditertawakan demikian. Hatinya menjadi dongkol dan ingin berontak karena merasa dilecehkan oleh sang Guru.Beberapa saat setelah sang Guru puas tertawa, ia pun berkata. "Itulah perempuan yang bakal menjadi jodohmu kelak, Baraka. Rupanya sukmamu yang nakal menerobos sejarah hidupmu di masa mendatang, dan menemukan wanita yang menjadi jodohmu.""Begitukah?""Ya," Jawab Setan Bodong sambil melirik ke samping, memandangi sang m
"Aku mengerti, Dewi Murka. Baiklah kalau kau menghendaki kita bersatu."Masih ingatkah para pembaca dengan kedua gadis cantik jelita ini. Selendang Maut dan Dewi Murka. Keduanya adalah murid Nyai Guru Betari Ayu dari Perguruan Merpati Wingit. Keduanya memang diutus oleh Nyai Betari Ayu ke Bukit Kayangan untuk menemui Setan Bodong, guna menjernihkan suatu masalah. Tapi keduanya tak menyangka jika kehadirannya di Bukit Kayangan akan disambut oleh sikap bermusuhan dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama julukan Pujangga Kramat. Pelayan setia Setan Bodong itu adalah orang yang mudah curiga.Tak satu pun manusia yang berada di sekitar wilayah air terjun itu yang luput dari sasaran kecurigaan. Bahkan seorang penggembala kambing pun pernah menjadi sasaran kecurigaan, sehingga penggembala kambing itu nyaris mati di tangan Pujangga Kramat.Dan, kali ini kehadiran Selendang Maut serta Dewi Murka pun dianggapnya suatu niat yang jahat, walaupun di ujung pertem
Selendang Maut sendiri berkata kepada Dewi Murka saat berdiri di sampingnya."Dia punya pelapis di dalam dadanya. Pasti dia melapisi dengan suatu gelombang berkekuatan baja. Mestinya dia punya dada sudah hangus dan terbakar, tapi nyatanya hanya membekas merah saja!""Apakah kau sudah menyerah?" Tanya Dewi Murka berkesan mengejek."Kalau kau sudah kewalahan menghadapi dia, biarlah aku yang maju!""Selendang Maut tak pernah mengenal kata menyerah!" Geram Selendang Maut yang mempunyai nama asli Larasati."Kalau begitu, silakan kau lanjutkan pertarunganmu. Aku akan menjadi penonton yang baik."Dewi Murka tersenyum sinis, meremehkan kemampuan Selendang Maut. Tetapi sikapnya itu tidak dihiraukan oleh Selendang Maut. Perempuan itu segera bergerak maju dengan selendang putih dikalungkan di lehernya."Pujangga Kramat, satu kali lagi kau menentang kemauanku bertemu dengan Setan Bodong, kupatahkan batang lehermu memakai Selendang Mautku ini!"
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak