Kedua ular dari arah itu bergerak pelan-pelan mendekati Pendekar Kera Sakti, seakan menunggu peluang bagus untuk menyerang. Melihat si jantan bergerak lebih cepat dan beberapa kali menyemburkan uap racun yang dapat menghanguskan dinding batu itu, tangan Baraka segera bergerak menyentak ke depan.
Wuutt…! Claapp…!
Sinar putih perak melesat dari tangan itu. Jurus ‘Tapak Dewa Kayangan’ digunakan dengan cepat dan refleks sekali. Sinar putih itu menghantam kepala si jantan dan ….
Daar!
Kepala ular hancur bersama badannya menjadi serpihan serat-serat pendek seperti abon. Melihat si jantan dihancurkan, ular betina marah. Ia mampu melompat bagaikan terbang menyerang Baraka dengan badan gemuk dan kepala besarnya.
Wuuss…
Pendekar Kera Sakti tak punya kesempatan untuk menghindar ke samping kanan-kiri. Ia hanya melompat mundur tiga tindak menghindari serangan ular aneh tersebut. Kilatan cahaya putih perak diperguna
HATI Pendekar Kera Sakti sempat rasakan penyesalan cukup dalam setelah tuntutan batinnya tersalurkan bagai curahan air mancur di tengah kolam. Gemericik memawakan irama kedamaian. Tapi kedamaian di hati itulah yang segera berubah menjadi penyesalan yang menjengkelkan.“Brengsek betul air kolam itu, bikin aku jadi budak cintanya Dadanila! Kalau tahu begitu aku tak mau cuci muka dengan air kolam itu! Tapi… ya sudahlah. Toh segalanya sudah terlanjur, sudah terbuang tuntas, tak mungkin kutarik kembali. Ini juga karena kesalahanku, ceroboh dan kurang hati-hati dalam bertindak.”Beda lagi dengan pendapat hati wanita bermata jalang itu, “Luar biasa indahnya bercinta dengan Pendekar Kera Sakti. Kalau saja tiap saat dia mau cuci muka dengan air kolamku, atau tanpa menyentuh air kolam mau seperti tadi, wow….! Mungkin aku tak akan sempat menikmati sarapan hari ini sampai sarapan besok pagi. Dia lain daripada yang lain! Sampai sekarang tubuhku masih
Tiba-tiba Baraka bergerak cepat ke arah lain, kemudian menuju ke arah pintu gerbang. Dadanila berseru bagai luapan amarah yang terlontar dalam kepanikannya.“Baraka…! Berhenti kau! Heii….! Baraka…!”Pemuda itu tak mau hiraukan seruan Dadanila. Dengan jengkel sekali Dadanila tetap mengejar Baraka. Ia menggunakan jurus peringan tubuh saat mengejar hingga bisa berlari cepat dalam sekelebat. Tapi Baraka gunakan gerak ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’ yang ternyata lebih cepat dari gerakan Dadanila.“Lekas kita susul mereka, jangan sampai terjadi pertarungan di jalan!” kata Peluh Harum kepada Kutang Manja. Maka keduanya benar-benar lari menyusul Baraka dan Dadanila.Pengejaran Dadanila menemui jalan buntu. Bukan karena ia kehilangan jejak Baraka, tapi karena Pengemis Sakti Tongkat Merah tahu-tahu muncul di hadapan Dadanila, merentangkan kedua tangannya seperti anak kecil main gobak-sodor. Wajahnya men
Merasa dirintangi, Pengemis Sakti Tongkat Merah segera berpaling menatap Kutang Manja dan Peluh Harum. Matanya tampak ganas walau masih dalam batas pengekangan emosi di dalam dadanya. Ia melangkah dengan geram dan gigi menggeletuk mendekati Kutang Manja dan Peluh Harum. Tapi yang dipandang tajam justru Kutang Manja. Lalu tiba-tiba pipi Kutang Manja ditamparnya.Plaakk…!“Auh…!” Kutang Manja tidak menangkis atau menghindar kecuali hanya memekik.“Kenapa aku yang ditampar?”“Karena kau berani mencoba menghambat pengejaranku!”“Bukan aku, Paman! Ini nih… si Peluh Harum!”“Tidak mungkin!”“Betul, Paman! Bukan aku!”“Harus kamu!” Pengemis Sakti Tongkat Merah ngotot. “Sudah terlanjur kutampar kok mau bukan kamu, enak saja! Sini kutampar lagi kau!”“Jangan, Paman! Aku tak mau bikin perkara denganmu!”
“He, eh…!” jawab gadis cantik itu. Rupanya gadis itu sengaja duduk di dahan depan Baraka, hingga jaraknya amat dekat dan berhadapan. Tapi kalau Baraka tidak berdiri, jarak mereka berjauhan. Karena Baraka berdiri dan gadis itu duduk, maka wajah dan tinggi tubuh mereka seakan sejajar.Jantung Baraka berdetak-detak manakala ia begitu lama pandangi bibir sang gadis dan turun sampai ke dada yang wow itu. Untuk menghilangkan kekikukkan, Baraka ajukan pertanyaan pada sang gadis.“Ngapain kau ada di sini?”“Nongkrong aja, Kang.”“Kamu anak buahnya Ratu Peri Malam, ya?”Gadis itu gelengkan kepala. “Nggak kok!”“Jadi, kamu siapa?”“Maunya situ siapa?” ia ganti bertanya dalam nada menggoda.Pendekar Kera Sakti sempat salah tingkah sendiri. “Kau pandai membuatku deg-degan. Ah….!”“Kenapa mendesah? Nggak suka ya k
Mereka tertawa lirih dalam desah. Baraka sedikit palingkan wajah dan gadis itu mencaplok bibir Baraka dengan bersemangat.Clup…!Dikunyahnya bibir itu bak permen karet. Baraka merasakan debaran yang lebih indah lagi dari sebelumnya. Tapi sayang si gadis tak mau berlama-lama, sebab kali ini pertarungan di bawah sana timbulkan ledakan lagi yang mengguncangkan pepohonan, merontokkan dedaunan.Blegaaar…!“Yang kucari adalah Ratu kalian! Mana diaaa…!” Dadanila tampak marah sekali walau para pengawal makin bermunculan dari tempat yang tak diketahui pusatnya. Yang lenyappun banyak, tapi yang muncul juga banyak. Dadanila sedikit kewalahan menghadapi keroyokan mereka.“Ratu Peri Malam…! Hadapi aku, akan kulumat habis sekujur tubuhmu! Ini aku, Dadanila! Racun ‘Tua Bangka’mu bisa kusingkirkan. Sekarang nyawamu akan kusingkirkan pula, Ratu Peri Malam! Keluar kau…! Aku tahu kau ada di sekitar sini
“Jurus ‘Penumbuk Tulang’ tak ada yang bisa menandinginya, Dadanila!” kata Ratu Peri Malam membiarkan angin bertiup menyingkap jubahnya sehingga kondisi tubuhnya bagaikan sengaja dibiarkan terbuka dihembus angin.Lalu setelah melangkah dua tindak mendekati Dadanila, sang Ratu Peri Malam serukan suaranya lagi. “Kau boleh bangga bisa lolos dari racun ‘Tua Bangka’-ku itu Dadanila! Tapi kali ini tak akan bisa lolos dari sinar ‘Rajang Raga’-ku ini! Hiaaat…!”Dadanila ingin dirajang dengan sinar yang akan melesat dari sepuluh jari tangan Ratu Peri Malam. Tetapi sebelum sinar itu tampak melesat, dari atas pohon melesat sinar putih perak yang mengarah ke tangan sang Ratu Peri Malam.Zlaaapp…!Kecepatan gerakan sinar putih perak dari jurus ‘Tapak Dewa Kayangan’-nya. Pendekar Kera Sakti hampir saja memotong kedua tangan Ratu Peri Malam. Untung gerak refleks sang Ratu Peri Malam cuk
Kutang Manja melepaskan sinar kuning melesat di langit. Peluh Harum segera menghantam sinar kuningnya Kutang Manja dengan cahaya merah membara dari telapak tangannya. Maka meledaklah benturan itu dengan keras.Blegaaarrr…!Ledakan dahsyat itu mengguncangkan alam sekeliling. Kesadaran Baraka diperolehnya kembali akibat kejutan keras atas suara ledakan tadi. Kekuatan gaib yang telah merasuk dalam jiwa dan alam pikirannya terlepas lagi. Dan hal itu membuat Baraka buru-buru tarik diri ke belakang.“Monyet! Minta dibelah dua perempuan itu!” geram Ratu Peri Malam sambil memandang Kutang Manja dan Peluh Harum. Ia baru ingin lepaskan pukulan berbahayanya untuk Kutang Manja dan Peluh Harum. tetapi tiba-tiba Baraka berseru memanggil.“Arlina…!”Dengan spontan Ratu Peri Malam berpaling ke arah Baraka, langsung ingatannya tertuju kepada cumbuan mesra di atas pohon. Ratu Peri Malam pandangi Baraka dan tak jadi lepaskan puku
“Kenapa kau malah memberi spirit lawan! Ketua kita dong yang diberi semangat, goblok!”“O, iya…! Maaf, maaf… aku latah sih!”Baraka segera mendorong kedua tangannya dan menguatkan ototnya. Ratu Peri Malam sendiri juga ikut bersiap.Hyyaatttt...!Ratu Peri Malam mendahului menyerang kearah Baraka. Barakapun tak ingin ketinggalan.Heaaaa...!Baraka ikut melesat kedepan dan langsung melesatkan Gelang Brahmananda ditangannya kearah Ratu Peri Malam.Wings... Wings... Wings... Wings... Wings...!Gelang Brahmananda melesat cepat mengeluarkan sinar-sinar keemasan, berterbangan keberbagai arah menuju kearah Ratu Peri Malam. Ratu Peri Malam yang saat itu tengah melesat kearah Baraka dibuat terkejut melihat serangan aneh dan gencar yang dilancarkan oleh Baraka.Selagi di udara, Ratu Peri Malam berusaha untuk bergerak menghindari serangan-serangan Gelang Brahmananda yang berseliweran mengarah ke