“He, eh…!” jawab gadis cantik itu. Rupanya gadis itu sengaja duduk di dahan depan Baraka, hingga jaraknya amat dekat dan berhadapan. Tapi kalau Baraka tidak berdiri, jarak mereka berjauhan. Karena Baraka berdiri dan gadis itu duduk, maka wajah dan tinggi tubuh mereka seakan sejajar.
Jantung Baraka berdetak-detak manakala ia begitu lama pandangi bibir sang gadis dan turun sampai ke dada yang wow itu. Untuk menghilangkan kekikukkan, Baraka ajukan pertanyaan pada sang gadis.
“Ngapain kau ada di sini?”
“Nongkrong aja, Kang.”
“Kamu anak buahnya Ratu Peri Malam, ya?”
Gadis itu gelengkan kepala. “Nggak kok!”
“Jadi, kamu siapa?”
“Maunya situ siapa?” ia ganti bertanya dalam nada menggoda.
Pendekar Kera Sakti sempat salah tingkah sendiri. “Kau pandai membuatku deg-degan. Ah….!”
“Kenapa mendesah? Nggak suka ya k
Mereka tertawa lirih dalam desah. Baraka sedikit palingkan wajah dan gadis itu mencaplok bibir Baraka dengan bersemangat.Clup…!Dikunyahnya bibir itu bak permen karet. Baraka merasakan debaran yang lebih indah lagi dari sebelumnya. Tapi sayang si gadis tak mau berlama-lama, sebab kali ini pertarungan di bawah sana timbulkan ledakan lagi yang mengguncangkan pepohonan, merontokkan dedaunan.Blegaaar…!“Yang kucari adalah Ratu kalian! Mana diaaa…!” Dadanila tampak marah sekali walau para pengawal makin bermunculan dari tempat yang tak diketahui pusatnya. Yang lenyappun banyak, tapi yang muncul juga banyak. Dadanila sedikit kewalahan menghadapi keroyokan mereka.“Ratu Peri Malam…! Hadapi aku, akan kulumat habis sekujur tubuhmu! Ini aku, Dadanila! Racun ‘Tua Bangka’mu bisa kusingkirkan. Sekarang nyawamu akan kusingkirkan pula, Ratu Peri Malam! Keluar kau…! Aku tahu kau ada di sekitar sini
“Jurus ‘Penumbuk Tulang’ tak ada yang bisa menandinginya, Dadanila!” kata Ratu Peri Malam membiarkan angin bertiup menyingkap jubahnya sehingga kondisi tubuhnya bagaikan sengaja dibiarkan terbuka dihembus angin.Lalu setelah melangkah dua tindak mendekati Dadanila, sang Ratu Peri Malam serukan suaranya lagi. “Kau boleh bangga bisa lolos dari racun ‘Tua Bangka’-ku itu Dadanila! Tapi kali ini tak akan bisa lolos dari sinar ‘Rajang Raga’-ku ini! Hiaaat…!”Dadanila ingin dirajang dengan sinar yang akan melesat dari sepuluh jari tangan Ratu Peri Malam. Tetapi sebelum sinar itu tampak melesat, dari atas pohon melesat sinar putih perak yang mengarah ke tangan sang Ratu Peri Malam.Zlaaapp…!Kecepatan gerakan sinar putih perak dari jurus ‘Tapak Dewa Kayangan’-nya. Pendekar Kera Sakti hampir saja memotong kedua tangan Ratu Peri Malam. Untung gerak refleks sang Ratu Peri Malam cuk
Kutang Manja melepaskan sinar kuning melesat di langit. Peluh Harum segera menghantam sinar kuningnya Kutang Manja dengan cahaya merah membara dari telapak tangannya. Maka meledaklah benturan itu dengan keras.Blegaaarrr…!Ledakan dahsyat itu mengguncangkan alam sekeliling. Kesadaran Baraka diperolehnya kembali akibat kejutan keras atas suara ledakan tadi. Kekuatan gaib yang telah merasuk dalam jiwa dan alam pikirannya terlepas lagi. Dan hal itu membuat Baraka buru-buru tarik diri ke belakang.“Monyet! Minta dibelah dua perempuan itu!” geram Ratu Peri Malam sambil memandang Kutang Manja dan Peluh Harum. Ia baru ingin lepaskan pukulan berbahayanya untuk Kutang Manja dan Peluh Harum. tetapi tiba-tiba Baraka berseru memanggil.“Arlina…!”Dengan spontan Ratu Peri Malam berpaling ke arah Baraka, langsung ingatannya tertuju kepada cumbuan mesra di atas pohon. Ratu Peri Malam pandangi Baraka dan tak jadi lepaskan puku
“Kenapa kau malah memberi spirit lawan! Ketua kita dong yang diberi semangat, goblok!”“O, iya…! Maaf, maaf… aku latah sih!”Baraka segera mendorong kedua tangannya dan menguatkan ototnya. Ratu Peri Malam sendiri juga ikut bersiap.Hyyaatttt...!Ratu Peri Malam mendahului menyerang kearah Baraka. Barakapun tak ingin ketinggalan.Heaaaa...!Baraka ikut melesat kedepan dan langsung melesatkan Gelang Brahmananda ditangannya kearah Ratu Peri Malam.Wings... Wings... Wings... Wings... Wings...!Gelang Brahmananda melesat cepat mengeluarkan sinar-sinar keemasan, berterbangan keberbagai arah menuju kearah Ratu Peri Malam. Ratu Peri Malam yang saat itu tengah melesat kearah Baraka dibuat terkejut melihat serangan aneh dan gencar yang dilancarkan oleh Baraka.Selagi di udara, Ratu Peri Malam berusaha untuk bergerak menghindari serangan-serangan Gelang Brahmananda yang berseliweran mengarah ke
TUBUH kurus mirip tulang dibungkus kulit segera naik ke atas sebongkah batu datar lebar. Rimbunan dedaunan bambu hutan membentuk lengkung bagai lorong beratap rimbun. Di bawah rimbunan dedaunan bambu hutan itulah batu datar setinggi dada orang dewasa itu tergeletak berlumut. Dan tubuh kurus tanpa baju kecuali hanya celana pangsi hitam segera duduk bersila dl atas batu tersebut."Kurasa tempat ini sangat cocok untuk bertapa! Selain suasananya tenang, hawa angkernya terasa meniup-niup tengkuk kepalaku," pikir orang tersebut.Lalu ia mulai memejamkan mata perlahan-lahan setelah posisi duduknya terasa enak. Tapi pikirannya masih sempat bicara pada diri sendiri, "Wah, kalau tadi dari rumah bawa bantal enak juga, ya? Jadi pantatku tidak sakit duduk di atas batu ini. Sayang sekali aku tadi lupa membawa bekal nasi dan oseng-oseng pete. Coba kalau aku tak lupa membawanya, pasti tempat bersuasana ini sangat cocok sekali buat dipakai menikmati nasi putih dan oseng-oseng pete saja
Sambil melangkah dan membatin, Baraka kembali berseru dalam keadaan menengok ke kiri,"Banjiirr..!"Rombongan sesepuh desa dan si orang kurus mendekati Baraka. Pendekar Kera Sakti mulai kerutkan dahi sedikit sebagai tanda bahwa ia menaruh curiga dengan mendekatnya rombongan orang tua itu."Anak muda, benarkah kau melihat tanggul sungai jebol?!" sapa sesepuh desa itu.Baraka makin kerutkan dahinya."Jebol?! Siapa bilang tanggul sungai jebol?!"Rombongan sesepuh desa saling pandang. Orang kurus yang tadi mau bertapa itu jadi sorotan mata mereka. Orang itu bingung sendiri. Ia berkata kepada sesepuh desa, "Sumpah mati, Wak Kober! Pemuda inilah yang tadi mengabarkan bencana tersebut pertama kalinya. Aku dengar sendiri, Wak!"Sesepuh desa berkata lagi kepada Baraka, "Anak muda, kumohon kau jangan berlagak bego, nanti bego tujuh turunan baru tahu rasa kau! Katakan saja yang sejujurnya, apa yang telah kau lihat di daerah selatan sana?!"
Temannya itu bernama Bocang. Entah apa maksudnya kok diberi nama Bocang, mungkin singkatan dari Bohongan Kencang atau apa, Baraka tak mau tahu soal nama itu. Yang jelas ia pernah punya kenalan bernama Bocang dan tinggal di desa tersebut. Baraka ingat rumahnya, karena dia pernah datang ke rumah Bocang dua kali, saat Bocang pingsan dari jatuhnya dan saat Bocang mengundang Baraka untuk kondangan dalam rangka sunatan adik Bocang."Lho, apa Nak Baraka belum tahu," kata tantenya Bocang yang juga tinggal serumah dengan anak itu."Belum tahu soal apa, Bibi?""Bocang kan sudah meninggal.""Hah...? Meninggal?!""Iya. Sudah empat puluh hari ini. Kami mau selametan empat puluh harinya nanti malam. Kalau Nak Baraka mau hadir, silakan hadir nanti malam. Kebetulan nanti malam kami panggil dukun segala untuk menghadirkan rohnya Bocang."Baraka kerutkan dahi memandangi bibinya Bocang yang masih berusia sekitar tiga puluh lima tahun, tapi masih belum menikah
"Tak salah lagi," ucap Baraka dalam renungan, "...itu pasti suara si Iblis Dedemit. Pantas kalau kau pun dikejar-kejar Raga Paksa, karena sebenarnya kau pun akan dipaksa agar menunjukkan di mana letak kuburan si Iblis Dedemit Itu. Bukan sekadar ingin dibunuhnya!""Mungkin saja begitu, sebab Bocang ceritakan hal itu sampai sekecil-kecilnya sih. Kalau aku kan nggak pernah cerita sama siapa-siapa, kecuali hanya kepada sembilan orang di kedai Ki Somat!" Katok Banjir bicara bagai orang tak berdosa, Baraka hanya tersenyum dan geleng-gelengkan kepala. Terpesona oleh kebodohan Katok Banjir.-o0o-BERKAT kelihaian Pendekar Kera Sakti merayu, akhirnya Katok Banjir bersedia antarkan Baraka ke Bukit Jengkal Demit. Anak itu masih ingat jalan menuju ke kuburan si Iblis Dedemit. Memang pada mulanya Katok Banjir takut disuruh kembali ke kuburan itu, maklum wajahnya sendiri sudah seperti kuburan, jika ia bercermin sering takut dengan wajah sendiri. Tapi secara tak langsung Barak
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak