Share

192. Part 13

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 01:02:01

Kemauan keras untuk dapat terus hidup membuat Sasak Padempuan tak sampai jatuh pingsan, walau rasa sakit merejam sekujur tubuhnya. Putaran angin puting beliung membuat tubuh si pemuda berputar-putar terhisap, dan terhempas mengikuti ke mana angin itu membawanya. Bukan saja tulang-belulangnya terasa telah hancur berantakan, Sasak Padempuan juga merasakan kepalanya amat pening bagai dipukuli palu godam. Namun, semangat hidup pemuda itu benar-benar bagai api yang terus menyala, sehingga membuatnya dapat mempertahankan kesadarannya.

Meski samar-samar Sasak Padempuan dapat melihat bagaimana keadaan puncak Bukit Silambar yang akan segera menyambut luncuran tubuhnya. Puncak bukit yang terletak cukup jauh dari perkampungan Suku Asantar itu dipenuhi bongkah-bongkah batu besar. Kalau tidak tersangkut di dahan pohon, pastilah tubuh Sasak Padempuan akan hancur berantakan bila jatuh di tanah berbatu-batu itu!

Menyadari nasibnya yang akan segera dijemput ajal, tak dapat lagi Sasak P

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   193. Part 14

    "Apa yang Sangkuk katakan memang masuk di akal. Tapi, bagaimana dengan Baraka? Kenapa dia turut menghilang? Apakah memang ada orang jahat yang tidak suka melihat kehadirannya di Perkampungan Suku Asantar ini? Dan, bermaksud mencelakakan pemuda itu?""Begitulah kira-kira. Menurut dugaanku, entah didahului dengan peristiwa apa, Sadeng Sabantar dijadikan semacam sandera oleh seseorang yang punya maksud tak baik terhadap Baraka. Silasati yang amat mencintai Sadeng Sabantar dipaksa untuk membawa Baraka keluar dari rumah ini. Lalu setelah Baraka jatuh ke tangan orang jahat itu, Silasati dan Sadeng Sabantar menjadi amat ketakutan karena merasa bersalah telah menjerumuskan seorang tamu terhormat macam Baraka. Dan, karena rasa bersalah itulah mereka tak berani menampakkan diri di Perkampungan Suku Asantar ini. Yang merasa ketakutan itu terutama Silasati. Kalau dia muncul, bukankah kau bisa mengorek keterangan dan memaksanya untuk bicara? Bukankah kau yang menjadi saksi perbuatan Silas

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • Pendekar Kera Sakti   194. Part 15

    Cusss...!"Akkhhh...!"Memekik parau lagi Sasak Padempuan. Gumpalan sinar merah berbentuk kerucut masuk perlahan ke tubuh Sasak Padempuan. Pada waktu masuk itulah Sasak Padempuan merasakan siksaan yang amat menyakitkan. Sekuat tenaga dia berusaha menahan rasa sakit itu. Karena kalau dia tak tahan dan sampai jatuh pingsan, maka sia-sialah usaha Danyangsuli yang hendak mengembalikan kekuatan ilmu sihirnya."Tahan, Padempuan! Sedikit lagi! Sedikit lagi!" seru Danyangsuli, tetap menyorongkan cincin mustikanya ke arah Sasak Padempuan.Tak ada yang dapat dilakukan Sasak Padempuan kecuali menjerit-jerit dan melonjak-lonjak bagai orang kesurupan. Namun tak lama kemudian, gumpalan sinar merah lenyap. Masuk semuanya ke tubuh Sasak Padempuan. Dan, Sasak Padempuan pun tak lagi tersiksa oleh rasa sakit. Rasa sakit yang semula merejamnya kini lenyap tanpa sisa. Bahkan, tubuhnya malah terasa amat ringan dan segar bugar!Angin yang berhembus di kala mentari bersin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Pendekar Kera Sakti   195. Raja Sihir

    Dengan peluh bercucuran, tubuh Danyangsuli tergolek lemas di lantai gua. Sedikit malas dia rapikan lagi letak pakaiannya. Sementara, Sasak Padempuan yang telah mengenakan kembali pakaiannya langsung berdiri berkacak pinggang. Tatapannya pada Danyangsuli berubah sinis dan terlihat amat menghina."Tidakkah kau sadar bila satu peristiwa besar telah terjadi padamu, Suli?" ujar si pemuda.Perlahan, Danyangsuli beringsut duduk. Dibalasnya tatapan Sasak Padempuan dengan segudang tanda tanya di hati."Jawab pertanyaanku, Suli! Tidakkah kau sadar bila satu peristiwa besar telah terjadi padamu?" ulang Sasak Padampuan."Peristiwa apa?" selidik Danyangsuli. "Kenapa sikapmu berubah begini aneh, Padempuan? Baru saja aku menuruti kemauanmu, apakah kau hendak balas kebaikanku ini dengan sikap anehmu itu!""Ha ha ha...!" tertawa bergelak Sasak Padempuan. "Belum pernah aku berjumpa dengan orang tolol sepertimu, Suli!! Kematianmu sudah di pelupuk mata, kenapa kau sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Pendekar Kera Sakti   196. Part 2

    Mendengus gusar Danyangsuli. Wajahnya yang cantik berubah garang dan tampak penuh nafsu membunuh. Lalu dengan bola mata melotot besar, dia berkata...."Boleh kau menyebut dirimu sebagai Raja Alam Sihir, tapi buktikan dulu kemampuanmu!"Untuk melepas hawa amarah dan kebenciannya, wanita berkulit kuning langsat itu menjulurkan kedua tangannya ke depan. Melihat sikapnya, jelas bila dia hendak mengeluarkan ilmu sihirnya. Hingga terlihat kemudian...."Naga Petinggi Neraka datang! Melumat habis tubuh sialmu itu, Padempuan! Hom asantarnas hawarnas... samlas...!"Aneh! Dari ujung sepuluh jari tangan Danyangsuli mengepul asap putih kemerahan. Kepulan asap itu semakin lama semakin menebal, lalu membentuk wujud seekor naga terbang yang siap mencabik-cabik tubuh Sasak Padempuan!Tahu ada bahaya mengancam jiwanya, cepat Sasak Padempuan menjulurkan kedua tangannya ke depan. Dengan bantuan daya gaib cincin 'Permata Kelelawar Dewa', dia keluarkan salah satu ilmu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22
  • Pendekar Kera Sakti   197. Part 3

    "Sedikit banyak, aku bisa merasakan apa yang tengah kau rasakan saat ini, Baraka...," ujar Danyangsuli, penuh kesungguhan."Jangan heran jika kau melihat keadaanku jadi seperti ini. Ini semua terjadi karena kebodohan dan kecerobohanku....""Kau yang membebaskan aku?" tanya Baraka."Ya," jawab Danyangsuli."Lalu..., kenapa kau terluka? Dan, siapa yang melukaimu? Bancakluka? Bancakdulina?" tanya Baraka lagi, agak tergagap. Iba juga hatinya melihat Danyangsuli yang terus meringis kesakitan. Tapi, haruskah dia memberi pertolongan? Sementara, dia tahu bila wanita itu adalah seorang ahli sihir yang amat berbahaya!"Tentu masih segar dalam ingatanmu, seorang pemuda bernama Sasak Padempuan....""Kenapa dengan dia?""Dialah yang telah membuatku seperti ini!""Dia? Bagaimana bisa? Bukankah kekuatan ilmu sihirnya telah dilenyapkan oleh para sesepuh Suku Asantar?""Ketahuilah..., sebenarnya Sasak Padempuan adalah kekasihku. Dan, sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Pendekar Kera Sakti   198. Part 4

    Di dalam sebuah rumah panggung besar, Bancakluka dan Bancakdulina duduk bersila dengan hati berdebar-debar. Sudah sepenanakan nasi lamanya mereka menunggu lima orang sesepuh suku yang tengah khusuk bersemadi.Di sisi kanan ayah dan anak itu tampak Bancaksika dan istrinya, yang tak lain dari orangtua Silasati. Sementara, di sisi kiri terlihat sepasang suami istri lain, sebaya dengan Bancaksika dan istrinya. Sepasang suami-istri yang tampak amat gelisah itu mengenakan pakaian bagus, terbuat dari bahan mahal. Yang wanita memakai perhiasan emas berlian di leher dan pergelangan tangannya. Dan, yang lelaki memakai hiasan cemeti emas di dada kiri. Keduanya adalah orangtua Sadeng Sabantar, salah satu keluarga terpandang di Suku Asantar. Mereka semua yang tengah duduk di atas anyaman tikar itu jelas menyimpan rasa tak sabaran. Rasa khawatir yang juga terpancar di sorot mata mereka.Lima orang sesepuh suku yang sedang duduk bersemadi memakai jubah hitam. Mereka bersedia menuruti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Pendekar Kera Sakti   199. Part 5

    Tak kuasa menahan rasa sakit yang merejam tubuhnya, Baraka menjerit keras sekali. Jeritan pemuda remaja itu terdengar amat panjang dan menyayat hati. Menggema di seluruh ruangan gua.Dari sekujur tubuh Danyangsuli yang tengah duduk bersandar pada dinding gua memancar sinar merah menyilaukan mata. Pancaran sinar merah itu lalu masuk ke tubuh Baraka melalui ubun-ubun!Semakin keras Baraka menjerit. Rasa sakit semakin merejam tubuh pemuda dari Lembah Kera itu. Namun sebelum kesadarannya hilang, sinar merah yang memancar dari tubuh Danyangsuli telah habis masuk ke tubuh Baraka. Sehingga, rasa sakit yang dirasakan Baraka lenyap dengan tiba-tiba."Maafkan aku, Baraka...," desis Danyangsuli."Aku telah memaksamu menerima kekuatan ilmu sihir ku....""Apa? Kau telah memindahkan kekuatan ilmu sihirmu ke tubuhku?" sahut Baraka, setengah tak percaya. Sifat lugu jelas tersirat di wajahnya."Begitulah. Kau sekarang mempunyai kekuatan ilmu sihir yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-23
  • Pendekar Kera Sakti   200. Part 6

    Berkerut kening Bancakluka melihat sebuah cermin berukir yang semula tergolek di bawah bantal. Cermin itu cuma selebar telapak tangan, berbentuk persegi empat. Ukiran pada keempat sisinya terlihat amat bagus, seperti ukiran pada cermin putri istana.Cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa'!"Astaga!"Tersentak kaget Bancakluka. Ketika memeriksa cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa', dia tidak melihat bayangan wajahnya di permukaan cermin itu.Bancakluka hanya dapat melihat bayang-bayang buram. Tentu saja keanehan itu membuat si pemuda kaget. Cermin 'Terawang Tempat Lewati Masa' memang bukan cermin sembarangan, melainkan cermin ajaib milik seorang manusia setengah ular bernama Ratu Perut Bumi, yang dipinjamkan kepada Pendekar Kera Sakti."Aku yakin cermin ini sebuah benda mustika...," pikir Bancakluka, tangannya yang memegang cermin tampak bergetar. "Tapi, bagaimana cermin ini bisa berada di sini? Hmmm.... Walau aku tak pernah melihat sebelumnya, aku yak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status