Share

15. Raja Meru

last update Huling Na-update: 2024-04-25 01:02:04

Terlebih ketika Wasesa menghajarnya dengan pukulan maut 'Pasir Baja'nya yang mengandung racun jahat.

"Yudha, terimalah kematianmu. Hiaaa...!"

Deggg!

"Aaakh..." Yudha menjerit sejadi-jadinya, ketika pukulan Wasesa menghantam tubuhnya. Matanya mendelik, memandang ke arah Wasesa dan teman-temannya yang tergelak-gelak.

"Bajingan Pengecut... Kubunuh kalian..."

Yudha berusaha bangkit untuk menyerang. Namun baru beberapa langkah, tubuhnya telah ambruk. Dari mulutnya melelehkan darah segar kehitaman.

Melihat suaminya mati, Dewi Salindri yang masih merasakan sakit, dengan cepat mengambil golok suaminya. Lalu dihunjamkan golok itu ke dadanya.

"Kakang...," Dewi Salindri berusaha menggenggam tangan suaminya. Setelah dapat, dia pun terkulai tanpa nyawa dengan dada tertembus golok sang Suami.

"Dewi..." Wasesa berusaha mencegah, tapi terlambat. Semuanya telah terjadi. Dipandanginya dua sosok mayat bekas kakak seperguruan yang ada di hadapanny

Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   16. Kitab Pamungkas Eyang Jaya Dwipa

    Si kakek tersenyum, lalu secara tiba-tiba dari ujung kaki si kakek terjadi perubahan, perubahan itu makin merambat ke atas hingga merubah wujud sang kakek.Kini di hadapan Naga Emas telah berdiri seekor kera berwarna putih. Lingkar tubuhnya lebih besar dari pohon beringin tua. Diatas kepala kera itu, tampak sebuah mahkota emas tersampir. Matanya tajam, namun mengandung kewibawaan dan kearifan.“Aku Raja Kera Putih, kau siapa?”“Aku adalah Naga Emas, dan yang disana itu adalah adikku, Baraka” kata Naga Emas seraya menoleh kearah sosok anak lelaki yang masih tergeletak pingsan.“Baraka” ulang Raja Kera Putih lagi mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mengelus-elus jenggotnya yang putih. “Jika tak salah dugaanku, adikmu itu adalah sang pewaris yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya selama seribu tahun...”Hroaagghhh ... !Naga Emas mengeluarkan raungan dahsyatnya seakan membenarkan apa yang diuca

    Huling Na-update : 2024-04-25
  • Pendekar Kera Sakti   17. Pusaka Gelang Brahmananda

    Plashh!“Ahh...!”Baraka terperangah seraya menutup kedua matanya dengan pergelangan tangannya saat sinar berkilauan memancar keluar dari dalam kotak tersebut saat dibuka.Untunglah hal itu tak berlangsung lama, saat sinar itu memudar, Baraka menurunkan pergelangan tangannya. Dengan wajah yang masih terperangah. Baraka dapat melihat isi kotak kayu besar yang mengeluarkan aroma kayu cendana tersebut.Dua buah gelang emas!Ya isinya adalah dua buah gelang emas yang terdapat ukiran huruf-huruf yang Baraka sendiri tak tahu apa makna dari huruf-huruf tersebut.“Kedua gelang ini merupakan pusaka para dewa di masa lampau. Namanya Pusaka Gelang Brahmananda” jelas Raja Kera Putih.“Pusaka Gelang Brahmananda...” lagi-lagi Baraka mengulangi perkataan Raja Kera Putih dengan menggaruk-garuk kepala.“Benar, didalam gelang ini terdapat kekuatan maha dahsyat yang merupakan gabungan dari tenaga spritual

    Huling Na-update : 2024-04-26
  • Pendekar Kera Sakti   18. Pusaka Para Dewa

    Praakkkhh!!!Batu berukuran 3x kerbau dewasa itu langsung hancur rengkah menjadi berkeping-keping itu dihantam oleh gelombang tenaga dalam itu.Baraka terpaku kagum melihat kedahsyatan serangannya. Sementara ditempatnya, Raja Kera Putih tampak tersenyum puas.Plok! Plok! Plok!Terdengar suara tepukan tangan diiringi pekikan riuh para kera-kera yang ada ditempat itu. Baraka memalingkan pandangannya ke arah Raja Kera Putih.“Hebat! Hebat sekali Baraka” puji Raja Kera Putih seraya berjalan mendekati Baraka.“Kau sudah berhasil menguasai kekuatan Gelang Brahmananda dengan sempurna” Lalu katanya lagi, “Ketiga kekuatan itu, Balasasra (Seribu Prajurit), Satadanawa (Seratus Raksasa) dan Balaraksha (Seribu Raksasa) adalah kekuatan maha dahsyat yang sangat sulit dicari tandingannya didunia persilatan. Hanya satu pesanku untukmu Baraka. Jangan Kau pergunakan ajian-ajian itu kalau tidak sangat ter

    Huling Na-update : 2024-04-26
  • Pendekar Kera Sakti   19. Tenaga Sakti Kuasa Dewa

    Wuuuttt! Wuuuttt!Energi cahaya keemasan melesat keluar dari gelang-gelang-Gelang Brahmananda yang ada ditangan Baraka, melesat cepat menuju kearah batu besar itu.Blaaarr!Batu besar itu langsung hancur berkeping-keping terkena energi keemasan dari gelang-Gelang Brahmananda. Baraka tersenyum melihatnya.Hiaaah...!Wungngng! Wungngng..! Wungngng...!Kembali Baraka mengerahkan jurusnya, kedua tangan dibentangkan, ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ berpencar kemana-mana.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi saat ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ itu menghantam bebatuan yang ada disekitar tempat latihan itu.Wungngng! Wungngng..! Wungngng...!Begitu Baraka menghentakkan kedua tangannya, ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ kembali kearahnya dan masuk kembali kepergelangan tangannya. Baraka mengakhiri latihannya dengan w

    Huling Na-update : 2024-04-26
  • Pendekar Kera Sakti   20. Akhir Penempaan

    "Kerahkan seluruh kehendak sucimu, Baraka!" kembali terdengar teriakan keras Raja Kera Putih.Wajah Baraka yang sejak tadi terlihat sangat tegang dan sedikit pucat, secara perlahan mulai terlihat tenang. Hal ini terjadi karena Baraka dapat merasakan getaran kekuatan energi Kuasa Dewanya sudah mulai berkurang. Baraka sudah mulai terbiasa dan bisa mengendalikannya secara perlahan.Kedua mata Baraka kembali terbuka, terlihat bagaimana kedua mata Baraka yang berkilat-kilat sinar keemasan. Perlahan tapi pasti, sosok Baraka mulai bangkit berdiri. Tangannya tidak lagi bergetar seperti tadi. Kini sosok Baraka sudah berdiri mantap dengan tangan kiri tergenggam yang terangkat didepan dada. Tatapan matanya tajam terarah pada batu besar yang berjarak 3 tombak dihadapannya."Hiaaah...!"Baraka berteriak dengan keras seraya memukulkan kepalan tangan kirinya kedepan.Wusss...!Gelombang hawa keemasan tanpa wujud menggebrak kedepan, melesat dengan

    Huling Na-update : 2024-04-27
  • Pendekar Kera Sakti   21. Awal Perjalanan

    PEMUDA berbadan tegap serta berwajah tampan dengan pakaian seperti layaknya seorang satria itu masih melangkah menyusuri lorong-lorong gua, meninggalkan Lembah Kera yang semakin jauh. Pemuda itu tidak lain adalah Baraka. Kakinya terus menyelusuri lorong gua, mencari jalan keluar yang ditunjukkan oleh Raja Kera Putih. Kliwon tampak dengan setia memberikan petunjuk jalan bagi Baraka. Bila Baraka mengambil lorong yang salah. Maka Kliwon akan mengeluarkan suara kwuikannya.Lama pemuda itu menyelusuri lorong gua, hingga akhirnya matanya melihat sebuah sinar terang menyeruak masuk ke dalam."Hm, tentunya itu sinar dari luar. Tidak salah lagi, itu memang pintu gua," kata Baraka sambil mempercepat langkahnya menuju ke arah sumber sinar yang menerobos masuk. Lorong gua yang berliku, menjadikan sinar itu tidak tembus ke dalam. Dan tentunya orang lain tidak akan menyangka ada jalan keluar dari lorong itu.Benar juga dugaannya. Ketika tiba di mulut gua, terlihat laut yang l

    Huling Na-update : 2024-04-27
  • Pendekar Kera Sakti   22. Murid Dewi Pedang Halilintar

    "Sokalanang sialan!" umpat gadis bersenjata pedang yang dipanggil Kemuning."Mengingat begitu banyak kejahatan yang telah kau perbuat, enak betul kalau kau menyuruhku pergi. Kau seorang perampok hina! Justru kepalamulah yang harus kupenggal!"Kemuning menunjuk hidung Sokalanang dengan ujung pedangnya. Pakaiannya yang serba kuning tampak berkibaran tertiup angin, hingga tekuk-liku tubuhnya yang sintal membayang jelas di mata Sokalanang."Hmmm... Tubuhmu sungguh menggiurkan, Kemuning...," desis Sokalanang. "Andai kau bukan murid Dewi Pedang Halilintar, ingin rasanya aku bermain cinta denganmu. Ha ha ha...!""Jahanam! Bercintalah kau dengan malaikat kematian!"Sambil menggembor keras, Kemuning menerjang. Melihat tusukan pedang yang mengarah ke jantung, cepat Sokalanang menyabetkan goloknya ke depan!Trang...!Benturan senjata tajam terdengar lagi. Bunga api memercik. Kemuning mendengus gusar merasakan jemari tangan kanannya yang kesemuta

    Huling Na-update : 2024-04-27
  • Pendekar Kera Sakti   23. Dewi Pedang Kuning

    "Ya. Ya, begitulah," sahut Baraka, membenarkan tebakan Kemuning."Aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka ?""Kalau tidak ada kau, mungkin aku telah terbujur menjadi mayat. Oh ya, aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka?""Ya. Kau?""Aku Kemuning. Orang-orang biasa menyebutku sebagai Dewi Pedang Kuning. Tapi, kau jangan meremehkan kemampuanku. Aku memang kalah melawan perampok hina tadi. Kau harus tahu, aku memang belum menamatkan pelajaran dari guruku. Kalau mau tahu, guruku bergelar Dewi Pedang Halilintar.Mendengar ucapan Kemuning yang nyerocos panjang, Baraka cuma menjawab singkat, "Ya. Ya.""Eh, aku ingin tahu, siapa gurumu?"Baraka terdiam dengan wajah bingung, kepalanya digaruk-garuk seperti kegatalan. Kemuning tanpa sadar membekap mulutnya. Ia merasa kelepasan bertanya. Menanyakan guru seseorang yang baru dikenal adalah pertanyaan yang janggal dan aneh, bahkan agak

    Huling Na-update : 2024-04-28

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Kera Sakti   1066. Part 5

    "Iblis Raja Naga!" gumam Mega Dewi percaya dengan firasat yang dimiliki Ki Empu Sakya. Ia semakin kagum terhadap ketinggian ilmu orang tua bertubuh kecil itu."Sekarang apa yang harus kita lakukan, Ki?""Ke goa! Aku punya goa tempatku bertapa dulu. Mudah-mudahan belum tertutup reruntuhan batu.""Aku ikut, ya Ki?" usul Angon Luwak."Apakah kau tak akan dicari oleh orangtuamu?""Orangtuaku yang suruh aku memberitahukan padamu tentang kedatangan orang itu, Ki," jawab Angon Luwak dengan lugu."Baiklah kalau kau memaksa mau ikut. Tapi tempatnya tinggi. Kalau kau lelah mendaki tak ada orang yang sanggup menggendongmu.""Aku akan berjalan sendiri. Ki," kata Angon Luwak dengan penuh semangat. Bocah itu sangat kagum dengan Ki Empu Sakya, juga menyukai petualangan di rimba persilatan.Cerita-cerita tentang tokoh golongan putih yang pernah dan sering dituturkan oleh Ki Empu Sakya memacu jiwa bocah itu untuk masuk ke dunia persilatan golon

  • Pendekar Kera Sakti   1065. Part 4

    Bruuk!"Uhg...! Sial! Pinggangku bisa bengkak atau patah kalau begini!" gerutu Ki Bwana Sekarat sambil mencoba bangkit kembali. Tapi pada saat itu, Sabit Guntur yang merasa tak akan mampu melawan Ki Bwana Sekarat segera lompat ke kuda bekas tunggangan Nenggolo. Dengan menggunakan satu tangan ia memacu kudanya, melarikan diri, meninggalkan tempat tersebut. Ki Bwana Sekarat sengaja tak mau mengejarnya, karena tulang punggungnya terasa ngilu sekali.Bertepatan dengan hilangnya Sabit Guntur, muncul sesosok bayangan yang berkelebat ke arah Ki Bwana Sekarat. Dengan cepat Ki Bwana Sekarat siap-siap kibaskan kipasnya untuk merobek kulit tubuh bayangan yang baru datang. Namun gerakan itu segera tertahan karena Ki Bwana Sekarat segera mengetahui bahwa bayangan yang datang ke arahnya itu adalah sosok tubuh Pendekar Kera Sakti."Ki Bwana Sekarat...!""Ah, Gusti Manggala Yudha... Kenapa baru sekarang munculnya?" gerutu Ki Bwana Sekarat. Ia bersungut-sungut sambil menc

  • Pendekar Kera Sakti   1064. Part 3

    "Gggrrr...!" Gaok Lodra benar-benar merasa dipermainkan nafsu amarahnya.Sementara itu, Nenggolo dan Sabit Guntur mulai tak sabar menunggu hasil pemeriksaan Gaok Lodra. Nenggolo pun berseru keras, "Apa yang kau temukan di sana, Gaok Lodra!!""Aahg...!" terdengar suara pekik pendek tertahan dari dalam kerimbunan semak itu. Suara pekik tertahan yang pendek itu membuat Sabit Guntur menggerutu sambil bersungut-sungut."Kurang ajar! Disuruh memeriksa keadaan malah buang hajat dulu!""Memang menjengkelkan pergi bersama Gaok Lodra. Sebentar-sebentar cari tempat buat buang hajat." Nenggolo menimpali.Tapi beberapa saat kemudian terdengar langkah kuda dan ringkikan yang pelan. Kaki kuda menerabas semak ilalang. Nenggolo dan Sabit Guntur sudah pasang wajah geram dan cemberut. Nenggolo sempat berkata kepada Sabit Guntur, "Jangan terlalu dekat dengannya kalau dia habis begitu! Pasti tak pernah bersih dan menjengkelkan!"Nenggolo palingkan wajah, buang m

  • Pendekar Kera Sakti   1063. Part 2

    Ilmu peringan tubuh yang dimiliki Ki Bwana Sekarat bukan ilmu tingkat rendah. Tak heran jika ia mampu bergerak secepat badai menerabas semak belukar memotong arah untuk bisa menghadang tiga utusan Gunung Sesat itu. Gerakan larinya yang cepat itu membuat tubuhnya bagaikan ditiup angin semilir dan rasa kantuknya datang lagi. Matanya pun mulai mengecil dan kepala mulai terangguk-angguk, namun langkah larinya tetap cepat tak berkurang sedikit pun.Bruus...!Serumpun pohon pisang diterjangnya. Wajahnya tersabut daun pisang. Perih. Tapi justru membuat kantuknya jadi hilang. Matanya pun terbuka kembali dengan terang. Ketika tiba di perbatasan desa, rasa kantuk itu sama sekali lenyap dan membuat tubuh Ki Bwana Sekarat tampak tegar. Ia menunggu tiga utusan yang menurut perkiraannya tidak lama lagi akan datang melalui jalan tersebut.Beberapa saat kemudian, suara deru kuda mulai terdengar di kejauhan. Makin lama semakin jelas, pertanda derap kaki kuda itu makin mendekati

  • Pendekar Kera Sakti   1062. KITAB SUKMA SUKMI

    KALAU saja Pendekar Kera Sakti kala itu tidak berbalik arah dan meneruskan langkahnya, maka ia akan bertemu dengan Ki Bwana Sekarat di kaki bukit Cadas Putih. Itupun kalau mata Baraka cukup awas, sebab siang itu Ki Bwana Sekarat ternyata tertidur di atas sebuah pohon berdaun lebat. Pohon itu mempunyai dahan yang berjajar rapat dan enak dipakai untuk tidur. Orang yang doyan tidur itu tidak mau menyia-nyiakan tempat seperti itu, tak heran jika dalam waktu cepat ia sudah tidur dengan dengkuran yang amat lirih. Dengkuran itu tak terdengar dari jalanan di bawah pohon tersebut.Ketika jalanan itu dipakai lewat tiga kuda, tak satu pun dari ketiga penunggang kuda tersebut mendengar dengkuran Ki Bwana Sekarat. Bahkan tiga orang itu sempat beristirahat di bawah pohon tersebut karena tak jauh dari sana ada sendang kecil berair jernih. Mereka menyempatkan cuci muka dan minum air sendang itu. Tiga orang tersebut adalah para utusan dari Gunung Sesat yang dikuasai oleh tokoh golongan hitam

  • Pendekar Kera Sakti   1061. Part 19

    "Mulut ember, sesumbar seenaknya saja. Akan kubuktikan bahwa aku bisa melangkahi mayatmu tujuh kali bolak-balik!""Lakukanlah! Aku sudah siap menerima seranganmu. Citradani!""Heaaat...!" Citradani lompat ke depan, tubuhnya berputar cepat melayangkan tendangan kipasnya.Wuuutt...! Tendangan itu dihindari oleh Tandak Ayu.Kejab berikutnya Tandak Ayu berhasil pukul punggung Citradani dengan sentakan telapak tangannya.Duuuhg...!"Uhhg...!" Citradani tersentak ke depan, darah muncrat dari mulutnya. Hal itu membuat Baraka sempat cemas. Kirana sudah gatal, tak sabar ingin ikut terjun ke pertarungan itu. Tetapi ia menahan diri mengingat pertarungan itu adalah urusan pribadi meraka masing-masing.Rupanya Citradani masih kuat walau telah menyemburkan darah segar dari mulutnya. Terbukti ia segera berbalik menghadap ke arah lawannya dengan pedang dicabut dari sarungnya.Sraaang...! Rupanya Tandak Ayu tak mau kalah serang, ia pun mencabut

  • Pendekar Kera Sakti   1060. Part 18

    "Kkkau... kau jelmaan kelinci buruanku yang dulu pernah kutangkap itu?""Benar. Sekarang kau tahu wujudku, karena... karena kau telah menyuruhku mencium pipimu, Pemuda Tampan."Baraka semakin malu dan tersipu. Untuk menutupi rasa malunya ia tertawa bagaikan orang menggumam. Wajahnya dipalingkan ke arah lain sesaat, lalu kembali lagi memandang Tandak Ayu ketika gadis itu mendekatinya. "Apakah sekarang kau masih berani menggelitik perutku?"Baraka semakin salah tingkah. Rasa sesal dan malu bercampur menjadi satu, menimbulkan rasa geli sendiri di dalam hatinya."Kalau kau masih ingin menggelitikku, silakan!" Tandak Ayu menantang dengan semakin maju. Matanya memandang nakal, penuh godaan yang mendebarkan hati setiap lelaki. Senyumnya pun merupakan senyum pemikat, yang hampir-hampir membuat Baraka nekat mendekati wajah itu."Maaf, aku tak tahu kalau kau kelinci jelmaan," kata Baraka sambil melangkah ke batang pohon. Pundak dan lengannya disandarkan di b

  • Pendekar Kera Sakti   1059. Part 17

    SEKALIPUN Baraka mengetahui bahwa Raja Maut pergi ke Pulau Blacan, tapi Wiratmoko sarankan tak perlu mengejarnya ke sana. Menurut Wiratmoko lebih baik cari dulu Ki Bwana Sekarat, siapa tahu membawa pesan lebih penting dari mengejar Raja Maut ke Pulau Blacan."Biarkan dia berhadapan dengan Nyai Demang Ronggeng di Pulau Blacan. Dia pasti akan dikubur hidup-hidup oleh Nyai Demang Ronggeng!" kata Wiratmoko yang membuat Baraka sempat terperanjat."Jadi, Nyai Demang Ronggeng bersemayam di Pulau Blacan?""Ya. Dan aku tahu bahwa Nyai Demang Ronggeng punya kesaktian yang mampu membuat Raja Maut tumbang atau melarikan diri terbirit-birit.""Seberapa dekat kau mengenal Nyai Demang Ronggeng?""Tidak terlalu dekat. Hanya mendengar ceritanya dari mulut ke mulut!""Pantas jika Iblis Raja Naga ingin membunuh Ki Bwana Sekarat, rupanya Raja Maut yang bergelar Iblis Raja Naga itu juga mengkincar kematian Nyai Demang Ronggeng. Padahal Nyai Demang Ronggeng dan K

  • Pendekar Kera Sakti   1058. Part 16

    "Apa salahku pergi dengan gadis itu?""Dia kekasihku! Dia calon istriku?" sentak Raden Udaya mulai menampakkan kemarahannya. Tetapi Baraka justru tersenyum geli. Ia garuk-garuk kepalanya bagai tak peduli kemarahan lawannya. Ia kelihatan tak khawatir sedikit pun walau telah dikepung oleh Gandra dan Rangku yang masing-masing telah mencabut senjatanya berupa trisula dan kapak dua mata."Paman Gandra, hajar dia! Beri pelajaran supaya tahu adat!"Gandra ingin maju menyerang, tapi tiba-tiba punggungnya bagaikan ada yang menendang dengan sangat kuat. Pukulan jarak jauh dilepaskan seseorang dari tempat persembunyian. Pukulan itu membuat Gandra terhentak dengan napas tertahan dan badan melengkung ke depan. Ketika badan itu kembali tegak, tahu-tahu darah mengalir dari mulut lelaki berkumis lebat itu."Paman Gandra! Kenapa kau!" Raden Udaya kaget dan menjadi tegang."Keparat! Mau coba-coba melawan orang kadipaten kamu, hah! bentak Rangku kepada Baraka.

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status