"Ya. Ya, begitulah," sahut Baraka, membenarkan tebakan Kemuning.
"Aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka ?"
"Kalau tidak ada kau, mungkin aku telah terbujur menjadi mayat. Oh ya, aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka?"
"Ya. Kau?"
"Aku Kemuning. Orang-orang biasa menyebutku sebagai Dewi Pedang Kuning. Tapi, kau jangan meremehkan kemampuanku. Aku memang kalah melawan perampok hina tadi. Kau harus tahu, aku memang belum menamatkan pelajaran dari guruku. Kalau mau tahu, guruku bergelar Dewi Pedang Halilintar.
Mendengar ucapan Kemuning yang nyerocos panjang, Baraka cuma menjawab singkat, "Ya. Ya."
"Eh, aku ingin tahu, siapa gurumu?"
Baraka terdiam dengan wajah bingung, kepalanya digaruk-garuk seperti kegatalan. Kemuning tanpa sadar membekap mulutnya. Ia merasa kelepasan bertanya. Menanyakan guru seseorang yang baru dikenal adalah pertanyaan yang janggal dan aneh, bahkan agak
"He he he.....Bukankah tadi kau mengatakan kalian berempat iblis?" balik pemuda itu dengan maksud mengejek. Tangannya terus menggaruk-garuk kepala serta mulutnya cengengesan.Pemuda yang ternyata Baraka itu kembali berkata, "Ah, lucu.... Seharusnya orang seusia kalian belum pikun. Tapi... Yah, mungkin inilah dunia. Ternyata iblis pun bisa pikun...,"Merah membara wajah Empat Iblis dari Tenggarong mendengar ocehan pemuda sinting itu. Salah seorang dari mereka melontarkan paha ayam ke arah si pemuda, disertai tenaga dalam penuh."Nih untukmu, terimalah. Lalu pergi dari sini, jangan sampai kesabaran kami hilang"Paha ayam yang masih utuh itu melesat seperti mata anak panah ke arah si pemuda. Tapi dengan enteng, Baraka menangkapnya. Hal itu membuat Empat Iblis dari Tenggarong cukup terkejut. Sedang pemuda itu dengan santai menggeragoti daging ayam."Terima kasih, kau baik sekali...” kata Baraka seraya mengunyah paha ayam itu.“Terima
Crak!“Akh...!” jerit orang itu sambil melepaskan goloknya dari genggaman lalu beralih memegangi kemaluannya yang pecah. Orang itu melotot sesaat, kemudian terjerembab dengan tubuh bergelinjang sekarat lalu mati.Ketiga temannya tersentak. Tubuh mereka tegang menyaksikan kematian salah seorang teman mereka. Kemarahan mereka kian membeludak. Kemudian dengan mendengus, ketiganya kembali menyerang ke arah Baraka dengan membabi buta.Hal itu sebenarnya sangat menguntungkan bagi Baraka karena mereka tak mempedulikan keselamatan diri sendiri. Dada mereka dipenuhi nafsu untuk segera membinasakan pemuda sinting yang telah membunuh salah satu temannya."Kurencah tubuhmu, Bocah Edan""Heaaa..."Pemuda sinting itu menggaruk-garuk kepala. Setelah cengengesan, sekali lagi pantatnya ditepuk, yang membuat pengeroyoknya semakin marah dan langsung menggebrak dengan babatan golok."Mampus kau..." bentak orang kedua dari Empat Iblis dari Ten
"Memang benar apa yang Ketua katakan," tukas Kapak Iblis, bernada menjilat. Kemudian setelah melihat ketuanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala, Kapak Iblis melanjutkan kata-katanya. "Kalau boleh kami tahu, rencana apa yang hendak Ketua sampaikan pada kami dan harus kami laksanakan?"Wasesa tidak langsung menjawab, tapi dia kini berjalan ke samping kanan. Matanya menatap ke dinding, di mana sebuah lukisan seorang wanita cantik bernama Dewi Salindri terpajang. Ditatapnya wajah yang cantik jelita dan membuatnya begitu tergila-gila dalam lukisan itu.Semua terdiam, tanpa seorang pun berbicara. Sedangkan Nyi Bangil menjadi geram menyaksikan Wasesa memandangi lukisan itu. ‘Kau benar-benar bajingan, Wasesa Kau permainkan aku Kau jadikan aku pelampias nafsumu Huh, tunggulah pembalasanku’ Geramnya dalam hati.Wasesa membalikkan tubuh dan kembali memandang ketujuh kaki tangannya sambil berkata. "Apakah kalian telah mendengar bahwa besok akan datang
Sepuluh pendekar Cina itu terus mengawasi pesisir di mana sebentar lagi kapal mereka akan merapat. Mereka kelihatannya waspada, mungkin karena kejadian di laut tempo hari saat kapal mereka diserang sekelompok bajak laut.Mereka yakin kalau bajak laut yang masih hidup dan tidak sempat mereka tangkap telah melapor pada pimpinannya. Tidak tertutup kemungkinan, kalau kedatangan mereka diawasi oleh kawanan perompak itu."Waspadalah, tentunya bajak laut yang tempo hari lolos telah melaporkan pada pimpinannya. Tidak tertutup kemungkinan, kedatangan kita diawasi mereka," kata seorang pendekar bertubuh tinggi tegap dalam bahasa Cina. Tentunya pendekar ini yang menjadi pemimpin dari sembilan pendekar lainnya.Di dada pemimpin pendekar dari daratan Cina itu tertera sebuah lambang seekor naga berwarna hijau dengan sepasang pedang menyilang. Gambar itu mengandung arti kalau pendekar itu berasal dari Perguruan Naga Hijau, sebuah perguruan besar di Cina yang banyak menghasilka
Han Jin tersentak mendapat serangan tiba-tiba itu. Beruntung dia tetap waspada, sehingga dengan memiringkan tubuhnya ke samping, serangan itu dapat dihindarinya. Kemudian, tanpa berpikir panjang, pendekar dari Cina itu balas menyerang dengan menusukkan pedangnya ke tubuh lawan yang meluruk ke depan.Kapak Iblis tersentak kaget, hampir saja pedang di tangan lawan menghunjam ulu hatinya, kalau saja ia tidak cepat berkelit dengan memutar tubuh. Sementara tangan yang memegang sepasang kapak turut bergerak menangkis tusukan.Tring!Dua buah senjata beradu keras. Memercikkan pijaran api di udara. Lalu kedua pemilik senjata itu dengan cepat melompat ke belakang. Wajah Kapak Iblis berubah pucat ketika tangannya tergetar akibat benturan senjata tadi. Dia sadar kalau lawannya bukan orang sembarangan.Tenaga dalam lawan ternyata berada dua tingkat di atasnya. Benar-benar tidak terduga oleh Kapak Iblis, kalau lawannya yang masih kelihatan muda itu memiliki tenaga dal
Mendengar aba-aba itu, lebih dari lima puluh orang dengan spontan berlompatan keluar dari persembunyian mereka diikuti oleh empat pimpinan mereka. Dengan semangat tinggi mereka menyerbu ke arah kapal. Seperti telah direncanakan, sekitar lima puluh orang anak buah itu segera membantu Tuak Iblis menghadapi sembilan pendekar dari Cina itu.Sedangkan empat pemimpin mereka kini mengurung pemimpin pendekar muda dari Cina yang sudah diketahui berilmu tinggi.Pertarungan yang tadinya tidak seimbang kini bertambah seru, karena banyak para penyerang mengalami kematian.Bahkan dua orang pemimpin mereka entah bagaimana nasibnya. Semangat para penyerang yang tadinya telah melemah, kembali berkobar. Mereka dengan berani mencoba merangsek sembilan pendekar muda dari Cina, walau untuk itu mereka harus mengorbankan nyawa. Sebab, sembilan pendekar muda dari Cina itu ternyata bukan lawan enteng. Ilmu mereka semuanya setara, membuat gerakan mereka terlihat demikian kompak dan cepat
Pedangnya digerakkan dengan membentuk putaran di atas kepala. Sementara tangan kirinya yang tidak bersenjata, turut menghempas pukulan dahsyat ke depan, sedangkan kaki kanannya dengan gerakan tak kalah gesit, menyepak ke belakang. Sungguh sebuah gerakan yang sangat hebat. Jarang orang bisa melakukan gerakan-gerakan seperti itu. Hampir semua anggota tubuhnya merupakan senjata ampuh.“Heaaa....!”Keempat penyerang kembali harus membuka mata menyaksikan gerakan yang aneh dan dahsyat itu. Akan tetapi, tak ada kesempatan lagi bagi mereka untuk menarik serangan karena jarak antara mereka dengan Han Jin telah demikian dekat.Trang!Benturan senjata mereka dengan pedang Han Jin terjadi, menciptakan percikan api dan keterkejutan keempat penyerangnya. Tangan mereka seperti kesemutan.Sementara itu, Han Jin rupanya mengalami luka dalam yang cukup parah akibat benturan tadi. Hingga dari sudut bibirnya meleleh darah kehitaman. Han Jin menggeleng-gel
Pendekar malang itu memekik dengan mata melotot. Tangannya berusaha mencabut tombak yang menancap di punggungnya, namun maut telah mendahului. Tubuhnya limbung, kemudian jatuh terkulai tanpa nyawa.Kepanikan datang mendera keenam pendekar muda dari Cina yang masih hidup, terlebih ketika mereka mendengar jeritan yang menyayat. Ketika mata mereka melirik ke arah kakak seperguruan mereka yang tengah menderita luka dalam, mata mereka membelalak khawatir.Han Jin terlihat memegangi kepalanya yang melelehkan darah, tersabet pedang di tangan Pedang Akhirat. Han Jin masih berusaha mempertahankan diri, akan tetapi darah yang banyak keluar menjadikannya tak mampu. Tubuhnya ambruk dan mati.Tuak Iblis yang melihat gelagat itu dengan segera memberi semangat pada sisa-sisa anak buahnya yang masih berjumlah dua puluh lima orang."Habiskan mereka"Pertarungan jelas semakin tidak seimbang dengan hilangnya rasa percaya diri pada keenam pendekar muda dari Cina itu.