Si kakek tersenyum, lalu secara tiba-tiba dari ujung kaki si kakek terjadi perubahan, perubahan itu makin merambat ke atas hingga merubah wujud sang kakek.
Kini di hadapan Naga Emas telah berdiri seekor kera berwarna putih. Lingkar tubuhnya lebih besar dari pohon beringin tua. Diatas kepala kera itu, tampak sebuah mahkota emas tersampir. Matanya tajam, namun mengandung kewibawaan dan kearifan.
“Aku Raja Kera Putih, kau siapa?”
“Aku adalah Naga Emas, dan yang disana itu adalah adikku, Baraka” kata Naga Emas seraya menoleh kearah sosok anak lelaki yang masih tergeletak pingsan.
“Baraka” ulang Raja Kera Putih lagi mengangguk-anggukkan kepalanya seraya mengelus-elus jenggotnya yang putih. “Jika tak salah dugaanku, adikmu itu adalah sang pewaris yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya selama seribu tahun...”
Hroaagghhh ... !
Naga Emas mengeluarkan raungan dahsyatnya seakan membenarkan apa yang diuca
Plashh!“Ahh...!”Baraka terperangah seraya menutup kedua matanya dengan pergelangan tangannya saat sinar berkilauan memancar keluar dari dalam kotak tersebut saat dibuka.Untunglah hal itu tak berlangsung lama, saat sinar itu memudar, Baraka menurunkan pergelangan tangannya. Dengan wajah yang masih terperangah. Baraka dapat melihat isi kotak kayu besar yang mengeluarkan aroma kayu cendana tersebut.Dua buah gelang emas!Ya isinya adalah dua buah gelang emas yang terdapat ukiran huruf-huruf yang Baraka sendiri tak tahu apa makna dari huruf-huruf tersebut.“Kedua gelang ini merupakan pusaka para dewa di masa lampau. Namanya Pusaka Gelang Brahmananda” jelas Raja Kera Putih.“Pusaka Gelang Brahmananda...” lagi-lagi Baraka mengulangi perkataan Raja Kera Putih dengan menggaruk-garuk kepala.“Benar, didalam gelang ini terdapat kekuatan maha dahsyat yang merupakan gabungan dari tenaga spritual
Praakkkhh!!!Batu berukuran 3x kerbau dewasa itu langsung hancur rengkah menjadi berkeping-keping itu dihantam oleh gelombang tenaga dalam itu.Baraka terpaku kagum melihat kedahsyatan serangannya. Sementara ditempatnya, Raja Kera Putih tampak tersenyum puas.Plok! Plok! Plok!Terdengar suara tepukan tangan diiringi pekikan riuh para kera-kera yang ada ditempat itu. Baraka memalingkan pandangannya ke arah Raja Kera Putih.“Hebat! Hebat sekali Baraka” puji Raja Kera Putih seraya berjalan mendekati Baraka.“Kau sudah berhasil menguasai kekuatan Gelang Brahmananda dengan sempurna” Lalu katanya lagi, “Ketiga kekuatan itu, Balasasra (Seribu Prajurit), Satadanawa (Seratus Raksasa) dan Balaraksha (Seribu Raksasa) adalah kekuatan maha dahsyat yang sangat sulit dicari tandingannya didunia persilatan. Hanya satu pesanku untukmu Baraka. Jangan Kau pergunakan ajian-ajian itu kalau tidak sangat ter
Wuuuttt! Wuuuttt!Energi cahaya keemasan melesat keluar dari gelang-gelang-Gelang Brahmananda yang ada ditangan Baraka, melesat cepat menuju kearah batu besar itu.Blaaarr!Batu besar itu langsung hancur berkeping-keping terkena energi keemasan dari gelang-Gelang Brahmananda. Baraka tersenyum melihatnya.Hiaaah...!Wungngng! Wungngng..! Wungngng...!Kembali Baraka mengerahkan jurusnya, kedua tangan dibentangkan, ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ berpencar kemana-mana.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi saat ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ itu menghantam bebatuan yang ada disekitar tempat latihan itu.Wungngng! Wungngng..! Wungngng...!Begitu Baraka menghentakkan kedua tangannya, ke-10 ‘Gelang Brahmananda’ kembali kearahnya dan masuk kembali kepergelangan tangannya. Baraka mengakhiri latihannya dengan w
"Kerahkan seluruh kehendak sucimu, Baraka!" kembali terdengar teriakan keras Raja Kera Putih.Wajah Baraka yang sejak tadi terlihat sangat tegang dan sedikit pucat, secara perlahan mulai terlihat tenang. Hal ini terjadi karena Baraka dapat merasakan getaran kekuatan energi Kuasa Dewanya sudah mulai berkurang. Baraka sudah mulai terbiasa dan bisa mengendalikannya secara perlahan.Kedua mata Baraka kembali terbuka, terlihat bagaimana kedua mata Baraka yang berkilat-kilat sinar keemasan. Perlahan tapi pasti, sosok Baraka mulai bangkit berdiri. Tangannya tidak lagi bergetar seperti tadi. Kini sosok Baraka sudah berdiri mantap dengan tangan kiri tergenggam yang terangkat didepan dada. Tatapan matanya tajam terarah pada batu besar yang berjarak 3 tombak dihadapannya."Hiaaah...!"Baraka berteriak dengan keras seraya memukulkan kepalan tangan kirinya kedepan.Wusss...!Gelombang hawa keemasan tanpa wujud menggebrak kedepan, melesat dengan
PEMUDA berbadan tegap serta berwajah tampan dengan pakaian seperti layaknya seorang satria itu masih melangkah menyusuri lorong-lorong gua, meninggalkan Lembah Kera yang semakin jauh. Pemuda itu tidak lain adalah Baraka. Kakinya terus menyelusuri lorong gua, mencari jalan keluar yang ditunjukkan oleh Raja Kera Putih. Kliwon tampak dengan setia memberikan petunjuk jalan bagi Baraka. Bila Baraka mengambil lorong yang salah. Maka Kliwon akan mengeluarkan suara kwuikannya.Lama pemuda itu menyelusuri lorong gua, hingga akhirnya matanya melihat sebuah sinar terang menyeruak masuk ke dalam."Hm, tentunya itu sinar dari luar. Tidak salah lagi, itu memang pintu gua," kata Baraka sambil mempercepat langkahnya menuju ke arah sumber sinar yang menerobos masuk. Lorong gua yang berliku, menjadikan sinar itu tidak tembus ke dalam. Dan tentunya orang lain tidak akan menyangka ada jalan keluar dari lorong itu.Benar juga dugaannya. Ketika tiba di mulut gua, terlihat laut yang l
"Sokalanang sialan!" umpat gadis bersenjata pedang yang dipanggil Kemuning."Mengingat begitu banyak kejahatan yang telah kau perbuat, enak betul kalau kau menyuruhku pergi. Kau seorang perampok hina! Justru kepalamulah yang harus kupenggal!"Kemuning menunjuk hidung Sokalanang dengan ujung pedangnya. Pakaiannya yang serba kuning tampak berkibaran tertiup angin, hingga tekuk-liku tubuhnya yang sintal membayang jelas di mata Sokalanang."Hmmm... Tubuhmu sungguh menggiurkan, Kemuning...," desis Sokalanang. "Andai kau bukan murid Dewi Pedang Halilintar, ingin rasanya aku bermain cinta denganmu. Ha ha ha...!""Jahanam! Bercintalah kau dengan malaikat kematian!"Sambil menggembor keras, Kemuning menerjang. Melihat tusukan pedang yang mengarah ke jantung, cepat Sokalanang menyabetkan goloknya ke depan!Trang...!Benturan senjata tajam terdengar lagi. Bunga api memercik. Kemuning mendengus gusar merasakan jemari tangan kanannya yang kesemuta
"Ya. Ya, begitulah," sahut Baraka, membenarkan tebakan Kemuning."Aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka ?""Kalau tidak ada kau, mungkin aku telah terbujur menjadi mayat. Oh ya, aku tadi sempat mendengar kau menyebutkan nama. Benarkah namamu Baraka?""Ya. Kau?""Aku Kemuning. Orang-orang biasa menyebutku sebagai Dewi Pedang Kuning. Tapi, kau jangan meremehkan kemampuanku. Aku memang kalah melawan perampok hina tadi. Kau harus tahu, aku memang belum menamatkan pelajaran dari guruku. Kalau mau tahu, guruku bergelar Dewi Pedang Halilintar.Mendengar ucapan Kemuning yang nyerocos panjang, Baraka cuma menjawab singkat, "Ya. Ya.""Eh, aku ingin tahu, siapa gurumu?"Baraka terdiam dengan wajah bingung, kepalanya digaruk-garuk seperti kegatalan. Kemuning tanpa sadar membekap mulutnya. Ia merasa kelepasan bertanya. Menanyakan guru seseorang yang baru dikenal adalah pertanyaan yang janggal dan aneh, bahkan agak
"He he he.....Bukankah tadi kau mengatakan kalian berempat iblis?" balik pemuda itu dengan maksud mengejek. Tangannya terus menggaruk-garuk kepala serta mulutnya cengengesan.Pemuda yang ternyata Baraka itu kembali berkata, "Ah, lucu.... Seharusnya orang seusia kalian belum pikun. Tapi... Yah, mungkin inilah dunia. Ternyata iblis pun bisa pikun...,"Merah membara wajah Empat Iblis dari Tenggarong mendengar ocehan pemuda sinting itu. Salah seorang dari mereka melontarkan paha ayam ke arah si pemuda, disertai tenaga dalam penuh."Nih untukmu, terimalah. Lalu pergi dari sini, jangan sampai kesabaran kami hilang"Paha ayam yang masih utuh itu melesat seperti mata anak panah ke arah si pemuda. Tapi dengan enteng, Baraka menangkapnya. Hal itu membuat Empat Iblis dari Tenggarong cukup terkejut. Sedang pemuda itu dengan santai menggeragoti daging ayam."Terima kasih, kau baik sekali...” kata Baraka seraya mengunyah paha ayam itu.“Terima