"Seribu Hukuman Langit!" teriak Arimbi mengerahkan serangan terkuat miliknya. Ribuan bulu perak melesat dari sepasang sayap Arimbi. Sangat cepat ke arah Siluman Ular Lumut Geni. Siluman itu tahu jika dia di serang dari belakang. Dia pun mengibaskan ekornya dengan keras. Dari kibasan ekor itu melesat gelombang angin kuning dengan dahsyat. Gelombang angin berwarna kuning itu pun menghantam semua bulu perak milik Arimbi hingga mental ke berbagai arah. Bahkan sebagian ada yang kembali ke arah Arimbi! Dengan cepat gadis itu mengelak. Namun sayang sekali kaki dan tubuhnya tersambar bulu perak miliknya sendiri.Gadis itu terpekik kesakitan saat bulu-bulu keras itu menembus dagingnya. Bima pun terlihat panik melihat kekasihnya yang terluka. Hal itu membuat nya lengah sehingga ekor ular besar itu berhasil menghantam tubuhnya dengan keras hingga dia menabrak pohon besar di belakangnya. Brak! Bima berteriak keras menahan sakit saat tubuhnya menghantam pohon besar. Tiba-tiba dari atas lan
Dengan sekuat tenaga Bima menangkis terjangan mulut Ular Lumut Geni tersebut. Tubuhnya terdorong keras hingga membuat tanah yang di pijaknya terbongkar."Kuat sekali...!" batin Bima. Dengan cepat kaki Bima bergerak menghantam tubuh bawah ular tersebut. Tapi percuma saja, karena tubuh ular itu keras bagaikan besi. Tendangan Bima hanya membuatnya tersentak saja. Karena tak mempan dengan tendangan, Bima sekuat tenaga melempar ular itu ke udara. Lalu pedang Darah di tangannya berkiblat cepat ke arah mata. Craaasss! Ternyata bagian mata tidak sekeras sisiknya. Ular itu menjerit kesakitan. Darah hijau menyembur dari luka di matanya. Bima mendapat petunjuk dengan melukai mata ular tersebut. "Hehe aku tau kelemahanmu sekarang," ucapnya senang. "Manusia sialan! Kau lukai mataku! Tak ada ada ampunan bagimu lagi!" teriak Ular Lumut Geni itu marah. Mulutnya menyembur kan api yang sangat banyak ke arah Bima. Wooossshhhh! Pepohonan terbakar hebat. Hutan yang gelap itu menjadi terang oleh
Bima melanjutkan perjalanannya sendiri. Dia menyusuri jalan kecil yang berbuat dari batu. Bima merasa aneh dengan jalan batu itu. Siapa yang mau membangun nya di tengah hutan yang di penuhi Iblis. Tak berapa lama dia berjalan, dia mendengar suara gemericik air tak jauh darinya. Dengan cepat Bima bergerak menuju asal suara air tersebut. Dan benar saja, dia melihat sungai kecil dengan air dangkal. Bima mendekat, dia keluarkan kekuatan api miliknya sehingga menerangi sungai yang gelap tersebut. "Airnya jernih... apakah ini bisa di minum? Aku sudah hampir mati kehausan," batin Bima. "Kamu tak perlu ragu, air itu adalah sumber yang baik. Para Iblis pun meminumnya, kau yang bukan lagi manusia murni tidak masalah meminum air tersebut," sahut Iblis Es yang merasakan keraguan dalam hati Bima. Setelah mendengar ucapan Iblis Es, tanpa ragu lagi Bima meminum air tersebut. Saat menimum nya, dia merasa ada yang aneh dengan rasa air tersebut. "Kenapa aroma air ini wangi...?" batin Bima lagi.
Kadal raksasa itu kembali menjulurkan lidahnya menyambar satu lagi Iblis Kambing yang masih berdiri ketakutan. Mereka bukannya tak mau kabur, tapi mereka tak bisa kabur. Karena di belakang mereka, tepatnya di balik pepohonan, tubuh Kadal itu menutupi jalan. Bahkan ekornya tembus hingga jarak puluhan tombak. Jika mereka kabur, sudah pasti tetap akan mati juga. Mereka mencari cara untuk pergi. Salah satu cara yang terlintas di kepala mereka adalah terjun ke dalam telaga kecil tersebut. Dua Iblis Kambing itu pun langsung melompat ke dalam telaga. Namun sayangnya satu dari mereka telah di sambar lidah panjang si kadal raksasa itu. Melihat Iblis Kambing yang masuk ke dalam telaga itu membuat si kadal langsung menceburkan kepala besar ke dalam telaga sehingga air itu bergelombang tinggi. Tiga gadis yang bersembunyi terseret oleh gelombang air tersebut. Celananya mereka terseret ke arah Bima yang sedang bersembunyi di balik semak belukar. Bima yang tengah menutupi mukanya agar tak meli
Para kadal berukuran cukup besar itu menerjang beramai-ramai. Dengan kekuatan tinggi Bima melepas ajian Bola Iblis ke arah gerombolan kadal tersebut. Bola dengan cahaya biru terang itu melesat dengan cepat ke arah para kadal. Dan saat bola itu menghantam tubuh mereka terdengar ledakan dahsyat. Blaaaarrrrr! Ledakan itu membuat puluhan kadal membeku dan mati seketika. Banyak pepohonan yang juga ikut membeku menjadi es terkena gelombang pukulan Sakti milik Bima. Namun karena jumlah mereka sangat banyak, masih banyak dari mereka yang menerjang ke arah Bima. Pemuda itu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun. Karena bagi Bima tekanan para kadal itu tidak seseram Ular Lumut Geni yang belum lama ini dia hadapi. Pedang di tangan kanan Bima bercahaya biru. Dengan cepat Bima melesat ke arah gerombolan para kadal tersebut. Gerakannya sangat cepat dan dengan mudahnya dia memotong makhluk-makhluk buas tersebut. Banyak jiwa yang tersedot masuk ke dalam pedang Darah milik Bima. Makhluk-makhlu
Kadal raksasa itu mencari keberadaan Bima yang telah membantai anak-anaknya. Namun dia kehilangan jejak. Bima menebar bubuk penghilang bau agar Kadal itu tak mencium keberadaannya. Saat itu dia tengah di rawat oleh tiga gadis Peri yang cantik. Mereka adalah Rukma, Sinta dan Intan. Ketiga Peri itu merasa berhutang nyawa kepada Bima sehingga mereka rela memberikan sebagian tenaga dalam mereka untuk menyembuhkan Bima. Padahal sebenarnya Bima bisa menyembuhkan diri dengan ilmu Ganti Rogo. Tapi karena ada tiga Peri itu Bima membiarkan mereka mengobatinya. Toh dia juga tidak merasa di rugikan. "Apakah kalian tidak malu tidak menggunakan pakaian?" tanya Bima. "Sejujurnya kami malu, tapi apa yang harus kami lakukan?" tanya Sinta. "Aku mempunyai beberapa lembar pakaian di buntalan kain itu. Kalian bisa berbagi, meski tidak cocok untuk wanita, tapi lebih baik daripada kalian tidak mengenakan apa pun," kata Bima sambil menunjuk buntalan kain miliknya. Sinta membuka buntalan itu. Ternyata m
Intan dan dua rekannya bersiap dengan ajian Sakti. Bima pun menghunus pedangnya dan menyiapkan satu pukulan Sakti di tangan kiri. Dari balik pohon terlihat sepasang mata merah menyala menatap mereka berempat. Bima merasakan aura yang kuat dari balik pohon tersebut. Dan saat sepasang mata merah menyala itu terlihat, Bima langsung melepas pukulan tangan kosong ke arah pohon. Wuuut! Gelombang angin tenaga dalam menderu dan menghantam pohon itu hingga hancur berantakan. Namun tak ada siapa pun di balik pohon tersebut. "Hati-hati! Aku merasakan dia bukan siluman biasa, kekuatannya mengerikan," ucap Bima mengingatkan. Ketiga gadis peri itu mengangguk. Mereka juga merasakan aura yang terasa sangat menekan. "Aura ini, mirip dengan siluman penghisap darah..." ucap Rukma. Kedua bola matanya menyala biru. "Siluman Penghisap Darah!?" tanya Bima. "Benar, aku mempunyai mata khusus yang bisa mengetahui kekuatan apa yang ada pada siluman," ucap Rukma. "Rukma adalah salah satu peri dengan ga
Kaki panjang Siluman Penghisap Darah berhasil menendang perut Intan dengan keras. Tubuh gadis peri tersebut terpental keras dan jatuh berguling di atas tanah. Bima masih gencar melakukan serangan. Meski beberapa kali cakar siluman tersebut mengenai tubuhnya namun dia bisa bertahan berkat perisai dari hawa gelap miliknya. Siluman itu semakin brutal menyerang Bima. Sesekali dia terbang dan menukik dengan cepat. Bima berhasil menangkis setiap serangan. Namun gerakan siluman yang sangat cepat berhasil menembus pertahanan nya. Siku siluman itu mendarat di dada Bima dengan keras. Tak hanya itu, setelah sikut itu menghantam perisai di dada Bima, dari dalam sikunya keluar satu tulang tajam berwarna hitam. Tubuh Bima terpental dan perisai di dadanya berlubang. Pemuda itu jatuh di atas tanah dengan keras. Dadanya terluka oleh serangan siku tajam makhluk tersebut. Sang siluman melompat ke udara lalu menukik ke arah Bima yang masih dalam terkapar di tanah. Rukma yang tahu hal itu segera mel
Ratu Azalea melompat dari atas tribun tamu kehormatan. Dia melihat Bima yang seperti terlihat kelelahan. Tubuh Ratu melayang di udara. Gaun putih nya berkibar membuatnya terlihat seperti bidadari yang tengah turun dari langit. Semua mata tertuju pada pesona sang ratu yang benar-benar mengalihkan pandangan mata mereka. Pandangan mata Bima mulai terasa kabur dan berkunang-kunang. "Gawat, aku seperti nya mulai tidur panjang..." batin Bima. Tiba-tiba satu tangan lembut memegangi tubuhnya. Lalu di susul aliran hangat yang masuk ke dalam tubuh Bima membuat mata pemuda itu kembali terbuka. Untungnya Bima masih bertahan pada wujud iblis. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Ratu..." batin Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Kakang harus segera istirahat," kata Ratu Azalea lalu memapah tubuh Bima keluar dari arena pertarungan. Moderator yang tahu akan situasi segera umumkan hadiah dari turnamen tersebut. Putri Anshi menatap ke arah Ratu Iblis Penggoda. "Bunda ratu, bagaimana ini? Pend
Aruna menjulurkan lidahnya yang panjang. Gerak-geriknya terlihat aneh. Bima segera mencabut pedang miliknya. Pedang Darah itu bersinar merah oleh aura api milik Bima. Dengan gerakan kilat Bima melesat ke arah Aruna. Pedang menebas dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata. Aruna yang seorang pendekar ranah Tulang Dewa bukanlah pendekar lemah yang mudah di serang. Dengan kekuatan darah miliknya, dia menangkis serangan Bima menggunakan pedang yang terbuat dari darah. Namun, Aruna belum tahu, jika pedang Darah milik Bima bisa menyedot atau menghancurkan senjata roh apa pun. Hanya dengan sekali tebas pedang yang terbuat dari darah itu terpotong oleh pedang milik Bima. Pada satu kesempatan, kaki Bima berhasil menendang dada Aruna dengan keras hingga lelaki Iblis Darah itu terpental cukup jauh. Darah keluar dari mulut Aruna. "Uhuk...!" Bima tersenyum kecil. Aruna berteriak marah. Dari dalam mulutnya keluar darah yang sangat banyak. Itu adalah darah yang tercipta dari kumpulan roh d
"Apa yang kau lakukan Raja Soka!?" seru Bima sambil meminta Raja Soka kembali duduk seperti semula. "Jangan bersujud padaku, sungguh aku merasa tidak suka sama sekali!" kata Bima. Raja Soka menunduk. "Batu itu harus bisa kembali lagi ke klan kami, jika tidak, aku takut akan ada yang berbuat licik menjadikan kami para Iblis sebagai budak..." kata Raja Soka. "Aku akan telusuri peta ini saat aku pergi ke dunia manusia," kata Bima. Raja Soka tersenyum. "Aku sudah tahu identitas mu, makanya aku sengaja memberikan peta itu padamu." kata Raja Baka. Bima menoleh ke arah Raja Baka."Apakah tidak apa-apa?" tanya Bima. "Tidak masalah, Raja dan Ratu sudah aku kasih tagu siapa sebenarnya dirimu saudara. Mereka tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan kau tetap bisa ikut pertarungan terakhir di turnamen," kata Raja Baka. Bima menatap ketiga Iblis itu silih berganti. "Baiklah," kata Bima lalu mengubah wujud iblisnya menjadi manusia kembali. Raja Soka dan Ratu Iblis Penggoda menatap takjub
Bima menatap peta tersebut dengan seksama. "Apakah kau tahu maksud dari peta ini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Ini adalah peta keberadaan Bunga Mahkota Ratu yang lain," kata Bima. "Bunga Mahkota Ratu?" tanya Ratu penasaran. "Benar, itu adalah bunga yang mengandung inti es dari Iblis Es. Aku pernah mendapatkannya sekali, tidak kusangka, ada peta petunjuk yang memudahkan diriku untuk mencarinya," kata Bima dengan wajah berseri. "Apakah bunga itu semacam pecahan kekuatan milik Iblis Es yang ada di dalam tubuhmu?" tanya Ratu lagi. "Tepat sekali, bahkan Iblis Es sendiri bilang padaku, tidak tahu berada dimana pecahan-pecahan tersebut. Bagaimana Raja Soka bisa mempunyai peta ini, aku harus menanyakannya," kata Bima lalu segera beranjak dari tempat dia duduk. "Aku ikut!" seru Ratu Azalea. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar menuju ke istana Ratu Iblis Penggoda. Raja Soka dengan senang hati menyambut kedatangan Bima dan Ratu Azalea. "Silahkan, aku sudah menununggumu
Lembu Ireng menatap tajam ke arah Buntala. Dua mulut yang ada pada dua sisi palu terlihat menganga lebar siap untuk menelan apa saja yang di hantam olehnya. "Apakah kau sudah rela Buntala? Meski kau mati, namun kau sudah cukup berguna," kata Lembu Ireng. Buntala tersenyum kecut. "Baiklah, ayo kita coba," ucap Buntala lalu menghentakkan Tombak Pelebur Nyawa miliknya. Aura petir biru menyebar di arena tersebut. Namun tidak mempengaruhi Lembu Ireng sama sekali. Buntala melombat mengikuti kecepatan gelombang kekuatan petir miliknya. Lembu Ireng terkejut saat melihat Buntala yang sudah berada di belakangnya. Tombak Pelebur Nyawa melesat dengan sekali tusuk ke arah punggung. Blaaarrrrr! Ledakan keras terjadi saat palu Pemakan Jiwa tiba-tiba bergerak melindungi Lembu Ireng. Buntala segera melompat ke belakang saat dari mulut palu aneh itu muncul aura berwujud tentake gurita yang menyerang ke arahnya. "Apa-apaan palu ini!?" batin Buntala sambil menatap waspada. "Buntala! Apa kau ma
"Bodoh!" ucap Bima membuat Balaraja merasa heran. "Apa yang kau katakan anak muda!? Dia bisa lepas dari serangan bukankah itu baik?" tanya Balaraja. Namun belum Bima menjawab pertanyaan nya mata dia terbelalak melihat tubuh Buntala terlempar kembali ke udara dalam keadaan perisai yang hancur lebur. Saat Buntala lepas dari Semburan Batu Hitam, dia langsung menerjang ke arah Lembu Ireng. Tanpa dia sadari, Lembu Ireng sengaja menghentikan Semburan Batu Hitam setelah melihat perisai Emas milik Buntala yang sebagian telah rusak. Apa yang dikatakan Bima bahwa Buntala bodoh adalah pendekar Iblis Tanduk Emas itu terlalu berambisi menyerang tanpa melihat perisai miliknya. Sementara tinju milik Lembu Ireng telah siap dengan Tinju Batu Hitam yang terkenal kuat itu. Saat Buntala datang menyerang, dengan cepat Lembu Ireng merunduk dan menyarangkan serangan tinju miliknya kearah perut Buntala. Blaaarrrrr! Serangan bertenaga dalam tinggi itu menghempas kan tubuh Buntala ke udara. Perisai Em
"Tombak Pelebur Nyawa!" seru Buntala sambil mengangkat tangannya ke atas. Dari atas langit terlihat cahaya Emas dengan aura panas membara. Satu sinar Emas melesat jatuh ke bawah. Meluncur dengan deras dan menghantam arena hingga arena bergetar hebat. Bum!Mata Lembu Ireng menatap tajam. Sesuatu yang tidak dia senangi telah datang. "Tombak sialan itu... Salah satu pusaka langit legendarid," kata Iblis Darah, Aruna dengan mata terbelalak. Bima mendengarkan ucapan Iblis itu tanpa menyahut. "Tombak Pelebur Nyawa adalah senjata langit terkuat di Klan kami. Sama halnya dengan senjata pedang milikku ini," kata Balaraja, Iblis Tanduk Emas yang ada di dalam tubuh Bima. "Sekuat apa senjata itu Balaraja?" tanya Bima. "Kekuatan Tombak Pelebur Nyawa ini bisa mengguncang langit dan bumi, salah satu senjata langit yang legendaris. Aku tak menyangka Buntala akan mendapatkan senjata sakti ini. Itu berarti dia adalah calon Raja di Klan saat ini!" kata Balaraja dengan senyum mengenbang."Calon Ra
Dengan kemenangan Bima tanpa pertarungan di arena membuat pertarungan segera diganti ke sesi selanjutnya. Kali ini adalah pertarungan Buntala dari Klan Iblis Tanduk Emas melawan Lembut Ireng dari Klan Iblis Tanduk Hitam. Kedua telah berada di atas arena. Saling bertatap mata dengan hawa membunuh masing-masing. "Pertarungan dimulai!" teriak moderator dari atas merak raksasa yang dia tunggangi. Lembu Ireng yang merasa lebih kuat segera menyerang lebih dulu. Gerakannya cepat meski tubuhnya sedikit lebih besar. Buntala tak mau kalah. Dia bertekat memenangkan pertarungan ini dan melawan antara Bima atau Aruna. Dia tak peduli lagi dengan peringatan mendiang leluhurnya. Yang dia tahu saat ini, dia akan berjuang hingga akhir. Tinju Lembu Ireng bergerak cepat bertubi-tubi ke arah Buntala. Dengan gerakan lincah Buntala mampu menangkis semua serangan. Semua penonton disuguhi pertarungan jurus jarak dekat yang begitu memukau. Keduanya sama-sama imbang dari segi jurus dan kekuatan pukulan.
Tubuh Utusan Neraka terbungkus oleh darah yang tiba-tiba bergerak seolah hidup. Utusan Neraka tak bisa mengelak dari serangan cepat tersebut. "Celaka! Itu adalah Ombak Darah! Cih! Picik sekali Iblis Darah ini!?" umpat Raja Soka marah. "Suamiku, tenanglah, jangan merusak suasana ini. Aku sungguh menikmati setiap pertarungan para pendekar ini. Kau sangat kekanak-kanakan." kata Ratu Iblis Penggoda. Raja Soka menggeram menahan amarah. Dia masih berharap Utusan Neraka bisa melepaskan diri dari jeratan Ombak Darah milik Aruna. "Setahuku, tak ada yang bisa lepas jika sudah terjebak di ajian Ombak Darah milik Klan Iblis Darah. Meski berusaha sekuat apa pun, darah itu akan terus menempel dan membungkus tubuh targetnya hingga tubuh yang masuk ke dalam perangkap itu meleleh menjadi darah dan darah itu menjadi senjata bagi penggunaan ajian itu," terang Ratu Iblis Penggoda. Semua merasa ngeri mendengar hal itu. "Itu artinya, Darah yang Aruna miliki adalah darah makhluk yang menjadi korban me