Share

Pejabat Baru

Penulis: Omesh
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-25 17:33:32

Setelah membahas banyak hal, termasuk rencana Bagaskoro yang bersekutu dengan negeri Buntala. Menteri Supala mengajak Bayu untuk pamit meninggalkan istana, dengan kesepakatan dua hari lagi Bayu akan ikut hadir di Balairung Istana menggunakan penyamaran.

Di Balairung Istana tampak semua menteri dan adipati sudah berkumpul di sana, mereka berbisik-bisik membicarakan seseorang yang berpakaian ala saudagar berusia setengah baya, dengan rambut mulai memutih tapi tubuhnya masih terlihat kekar dan kuat. Orang ini berdiri di dekat Menteri Supala. Kemudian Penasihat Raja Bagaskoro hadir ke ruangan, pandangannya juga langsung tertuju pada Bayu yang menyamar sebagai saudagar. Demikian juga Bayu, inilah kesempatannya melihat lagi wajah orang yang mengatur kudeta sehingga ayahandanya terbunuh. Dulu Bayu melihat Bagaskoro seperti raksasa tapi sekarang tubuhnya tidak kalah tinggi bahkan ia jauh lebih kekar dari Bagaskoro.

Tak lama Raja Bhanu memasuki Balairung Istana, dan duduk di singgasananya. Se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Cahaya   Tanggung Jawab

    Sebelum tengah hari, cukup banyak petani yang datang ke gudang, mereka saling bertanya-tanya, apa yang terjadi. Bayu berdiri dan mengangkat tangan untuk menenangkan mereka, kemudian berkata, “Saudara-saudara, namaku Rendra, aku adalah Pemeriksa Lapangan yang diangkat langsung oleh Raja Bhanu.” menunjukkan lencana dan surat pengangkatannya, lalu melanjutkan, “Mulai sekarang potongan untuk pajak tanah adalah seperempat bagian dari hasil panen. Jadi kalian tidak perlu menyuap para petugas pajak ini untuk mendapat keringanan potongan pajak. Bila masih ada yang melakukan kecurangan, nasibnya akan seperti ini.” Bayu membaca mantra, pedang cahaya muncul di tangannya, lalu diayunkannya ke lantai gudang, ‘crrrkkkk’, pelan suaranya tapi akibatnya, lantai gudang terbelah dengan rapi, “Lantainya jangan diperbaiki! Ini adalah peringatan bagi siapa pun yang melakukan kecurangan di sini,” ancam Bayu. Semua orang takjub dan takut, tapi para petani gembira tanah mereka akan memberikan hasil lebih ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Pendekar Cahaya   Kejutan

    Sang Adipati pura-pura terkejut, “Oh benarkah Tuan? Damanik bagaimana bisa seperti itu?”Surya Damanik menjawab dengan terbata-bata, “Mm ... maafkan saya Tuan, tapi saya menjabat di sini belum terlalu lama, si Kadar ini yang sudah bekerja sebelum saya.”Si Hidung Bengkok yang bernama Kadar itu gelagapan, ia tak menduga dirinya akan menjadi tersangka utama, “Ta ... tapi semuanya hamba lakukan sudah sejak dulu dan hamba pikir Tuan Adipati yang memerintahkannya.”Adipati Tunggul Seta murka, “Kurang ajar! Kau menganggapku melanggar aturanku sendiri. Damanik, tangkap dia! Penjarakan dulu, setelah diadili kita tentukan hukumannya.”Kemudian sang Adipati kembali menghadap pada Bayu, “Maaf Tuan Rendra, saya tidak becus mengawasi anak buah, sehingga terjadi kecurangan di depan mata saya, tapi saya berjanji akan menyelesaikan masalah ini sebaik-baiknya.”Bayu tersenyum sinis melihat sandiwara yang diperagakan di hadapannya, “Aku perintahkan saat ini juga umumkan di seluruh wilayah Tuan pajak ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Pendekar Cahaya   Rahasia Pedang Pengisap Bintang

    Si Wanita juga berkata, “Bayu ..., kau sudah pulang.”Sesaat waktu seakan berhenti, dua orang hanya saling menatap, lalu entah mendapat keberanian dari mana, Bayu memeluk Kirani, “Kira, aku merindukanmu ...”Kirani menyandarkan wajahnya di dada Bayu, “Apakah Kak Laras sudah ...” Kirani tidak melanjutkan ucapannya, tapi Bayu tahu maksudnya, ia menganggukkan kepala, “Ya, dengan senyum di wajahnya. Dan pesan terakhirnya adalah aku diharuskan untuk mencarimu, kemudian Laras ingin aku menikahimu.” Wajah Kirani memerah. Tiba-tiba di belakang mereka terdengar suara, “Ehem, kalian sudah saling mengenal rupanya,” ucap Putri Safira mengejutkan dua insan yang sedang melepas rindu itu. Bayu melepaskan pelukannya, dan menjawab dengan gugup, “Eh Bunda, i ... iya kami sudah kenal koq.”Putri Safira hanya tersenyum maklum, lalu berkata, “Ayo, Bunda sudah menyiapkan makanan untuk kita, lanjutkan ngobrolnya sambil makan saja.”Kirani mengikuti Putri Safira, sedangkan Bayu mengganti bajunya yang tertun

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Pendekar Cahaya   Pertandingan Lagi

    Karena perut mereka sudah menuntut untuk diisi, Bayu dan Kirani mendatangi sebuah rumah makan. Di sini ternyata selera makanan mereka hampir sama, Bayu dan Kirani sama-sama menyukai masakan yang berbahan sayur daripada daging. Karena itulah mereka memesan tumis sayuran dan tahu masak saus tiram serta dua porsi nasi.Ketika Bayu dan Kirani sedang menikmati makanan yang mereka pesan, dua orang yang duduk di meja seberang mereka, bercakap-cakap dengan suara cukup keras, “Apakah yang kau maksud semacam pertandingan untuk memilih komandan pasukan pengawal Raja yang baru diadakan beberapa waktu lalu?” tanya salah seorang pada temannya.“Ya, tetapi ini lebih berbobot, karena pemenangnya akan menjadi pemimpin dunia persilatan yang diakui oleh Raja langsung,” jawab temannya.“Tetapi mengapa baru kali ini pertandingan semacam itu diadakan?” tanya orang itu lagi.“Ini disebabkan karena menurunnya kemampuan Raja Antakara dalam ilmu kanuragan. Dahulu Raja Antakara selalu memiliki ilmu kanuragan ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-27
  • Pendekar Cahaya   Dua Istri

    Benar ia adalah si Pipi Bakpau, Mahen. Setelah mengetahui siapa yang memanggilnya, wajah Mahen berubah cerah, mulutnya membentuk sebuah tawa yang lebar, walaupun sambil mengunyah makanan, ia berkata, “Syukurlah, Bayu. Tepat sekali aku bisa bertemu denganmu di sini.”Bayu menjawab, “Mengapa setiap bertemu denganmu selalu berada di dekat makanan?”“Hehe, sama juga denganmu selalu tidak pernah jauh dari wanita cantik,” ucap Mahen sambil matanya melirik ke arah Kirani.“Oh ya Mahen, kenalkan ini Kirani,” ujar Bayu mengenalkan. Mahen mengusapkan tangannya ke celana sebelum mengulurkannya memberi salam pada Kirani. Sambil menjabat tangan Mahen, Kirani tertawa dan berkata, “Hihi, kau lucu sekali, masa membandingkan aku dengan kue bolu.”Mahen terkejut, wajahnya tersipu, “Astaga! Jadi benar kau bisa membaca pikiran orang lain. Wah, wah, wah malang sekali nasibmu Bayu. Kau tidak bisa selingkuh darinya.”“Ngaco kau! memangnya aku tukang selingkuh,” omel Bayu.“Lalu bagaimana dengan ...?” Mahen

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Pendekar Cahaya   Pertemuan Para Pejuang III

    Saat rumput masih basah oleh embun, di ufuk matahari pun masih mengintip malu-malu. Tiga ekor kuda berderap menantang angin. Bayu, Kirani dan Mahen memacu kudanya, menyalakan gairah kehidupan fana. Bayu di depan diikuti Kirani dan Mahen di belakangnya. Di rumah Wira, sudah berkumpul tokoh-tokoh persilatan yaitu Tuan Bisma, Ketua Klan Golok Naga, Tuan Paskalis Ketua Perguruan Tongkat Tunggal, Tuan Bimantoro, Ketua Perguruan Tinju Besi dan Tuan Dewangga yang tidak membuka perguruan. Bersama dengan Wira mereka menunggu kedatangan Menteri Supala.Sesaat kemudian dua ekor kuda tampak berhenti di depan klinik milik Wira. Menteri Supala diiringi Nayaka turun dari kuda dan bergabung dengan yang lain, di ruang tengah. Mereka duduk mengelilingi meja, yang di atasnya terdapat piring yang berisi beberapa macam jajanan khas rakyat Antakara. Tak lama pembantu Wira membawa nampan dengan dua buah teko dan beberapa cangkir di atasnya. Wira mempersilakan tamu-tamunya untuk menikmati hidangan yang ters

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-28
  • Pendekar Cahaya   Separuh Rencana

    Hingga seseorang mengucapkan salam dari luar. “Permisi!” Lalu seorang dengan tubuh gempal muncul di halaman tengah. Wira langsung bertanya, “Hei Mahen! Apakah kau bertemu dengan Bayu?”“Aku di sini Paman,” ucap Bayu yang baru masuk bersama Kirani.Wira menyambut Bayu, “Bagus Bayu, kau bisa hadir hari ini, aku mengira baru besok atau lusa kau akan tiba.”“Aku bertemu dengan Mahen di luar Hutan Ayun-ayun Paman. Lalu kami langsung ke sini,” jelas Bayu. Wira mempersilakan Bayu dan Kirani masuk menemui para tokoh yang lain. Semua orang memandang ke arah Kirani. Bayu merasakannya, maka ia memperkenalkan gadis itu, “Para Paman, perkenalkan, ini adalah Kirani calon istriku.” Wajah Kirani memerah, ia membungkuk hormat pada semua orang, dan berkata, “Salam Paman, maaf bila aku mengganggu jalannya pertemuan ini, aku akan menunggu di luar saja.”Tuan Bisma tertawa, “Hahaha, engkau adalah calon istri Bayu, berarti keponakanku juga, ayo duduklah, ikuti pertemuan ini, kita adalah keluarga.”Menteri

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • Pendekar Cahaya   Kembali ke Agartha

    Karena sudah menjelang malam terpaksa Bayu dan Kirani menunda perjalanannya kembali ke Agartha sampai besok pagi. Malam itu Bayu sekamar dengan Mahen, sedangkan Kirani tidur di kamar yang biasa dipakai Bayu dulu.Karena Mahen sering bertugas sebagai mata-mata, maka Bayu memberikan buku dari biksu Pradipa yang berisi ilmu merias wajah. Bayu menjelaskan tentang kata-kata dan istilah yang belum dimengerti oleh Mahen. Beberapa obat yang digunakan untuk mengubah warna kulit juga diberikan pada Mahen. Bayu berkata, “Semoga ilmu ini bisa membantu dalam menjalankan tugasmu sebagai mata-mata.”“Terima kasih Bayu, tapi apakah ada ilmu yang bisa membuatku terlihat lebih kurus?” tanya Mahen sambil tertawa-tawa.“Ada, namanya ilmu Tahan Lapar,” jawab Bayu kesal, tapi ia tertawa juga melihat wajah sahabatnya yang langsung berubah memelas.Bayu dan Kirani sudah terlihat melintasi jalan-jalan ibukota pagi-pagi sekali. Keadaan sangat tenang bagaikan kesunyian sebelum badai menerjang. Perjalanan ke gun

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29

Bab terbaru

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

  • Pendekar Cahaya   Mati Suri

    Sementara di negeri Buntala, Raja Darpa memimpin sendiri pasukannya didampingi oleh menantunya, Prastowo. Keberangkatan pasukan justru saat lewat tengah hari, mereka memperkirakan memasuki wilayah Antakara ketika matahari mulai tenggelam. Walaupun jalan masuk ke Antakara sudah disiapkan mereka tetap berusaha untuk tidak menarik perhatian penduduk. Hutan perbatasan Surya Selatan dan Surya Timur akan dijadikan markas sementara mereka sebelum menyerang ke istana.Mahen dan Nayaka yang sudah melihat pergerakan Pasukan Buntala, segera kembali untuk melaporkan hasil pengintaiannya kepada Raja Bhanu melalui pengawalnya. ***Bayu membuka matanya dan bertanya, “Di mana ini John?”“Kau baru saja kuangkat keluar dari arena pertandingan,” jawab John.Lalu Bayu bertanya lagi, “Apakah ada yang curiga dengan kematianku?”“Sepertinya tidak, salah satu juri sudah memberi tanda bahwa kau sudah mati pada Bagaskoro,” ungkap John.“Bagus! Berarti sekarang saatnya untuk rencana berikutnya,” ujar Bayu, sam

  • Pendekar Cahaya   Kalah

    Pada saat genting seperti itu, seseorang meloncat ke atas panggung, sambil berkata, “Kau sudah menang Baroto, Lepaskan Tuan Dewangga, akulah yang kau tantang sebetulnya bukan.” Bayu membungkuk hormat pada Tuan Dewangga, “Maafkan kelancanganku Paman.”“Tidak apa-apa Bayu, aku justru berterima kasih padamu, berhati-hatilah si Kodok Bau ini tenaga dalamnya sangat hebat,” jawab Tuan Dewangga lesu. Baroto tertawa bangga, lalu berkata dengan tidak sabar, “Ayo cepat! Kalau mau ngobrol di warung saja.”“Silakan Baroto, aku sudah siap,” ucap Bayu.Baroto berkata dengan pongah, “Karena kau masih muda, kuberi kesempatan untuk menyerang dulu.”Bayu tidak sungkan lagi, dari pertarungan Baroto tadi ia melihat jurus kodoknya sedikit lebih lambat bila harus berbalik arah. Karena itu Bayu langsung menggunakan jurus udara dan bergerak ringan ke belakang Baroto yang sudah memasang kuda-kuda jurus kodoknya. Tenaga dalam Bayu terkumpul di tangan membentuk bola tenaga, lalu dilontarkannya ke arah Baroto.

  • Pendekar Cahaya   Tidak Mencolok

    Pemuda itu memang Bayu, ia mendekati ujian tahap ke-dua. Dirangkulnya batu besar itu dengan kedua tangannya, lalu dikerahkannya tenaga dan batu itu pun terangkat di atas kepalanya. Bayu sengaja tidak mau menunjukkan semua ilmunya, ini adalah bagian dari rencananya. Tapi tetap saja penonton memberikan dukungannya dan saling bertanya siapakah pemuda ini.Pada ujian terakhir Bayu hanya mengambil satu pisau dan melemparkannya, tepat mengenai sasaran. Meskipun dinyatakan lolos, tapi tak ada gerakan atau hasil yang menghebohkan. Menteri Supala mendekatinya dan bertanya, “Apakah perlu kuumumkan identitasmu Bayu?”Bayu menggeleng, “Jangan Paman, cukup asal Bagaskoro tahu siapa diriku.”Maka di kalangan penonton mulai beredar desas-desus bahwa pemuda itu adalah Pangeran Bayu putra dari Raja Arkha. Berita ini pun sampai ke telinga Bagaskoro, segera ia memerintahkan orang untuk memanggil Baroto. “Sobat, pemuda yang baru saja lolos adalah targetmu. Tampaknya kali ini kau salah menilai orang. Men

DMCA.com Protection Status