Bayu bergegas ke penginapan yang pernah diinapinya juga.Setibanya di penginapan itu Bayu segera bertanya pada petugas penerima tamu, “Maaf Pak, apakah di sini ada seorang gadis cantik yang menginap sendirian? Usianya sedikit lebih tua dari saya.”“Betul ada, sudah tiga hari ia menginap di sini, tapi baru saja nona itu menyelesaikan pembayarannya dan meninggalkan penginapan ini.”“Aduh terlambat! Terima kasih Pak.” Bayu buru-buru menunggangi kudanya, kemudian dipacunya secepat mungkin ke arah Barat. Ia ingat Laras pernah mengatakan bahwa ia tinggal di perbatasan Surya Barat dan Selatan. Kuda hitamnya berlari sangat cepat, Bayu hanya memikirkan untuk bisa menyusul Laras. Tiupan angin yang menampar wajahnya tak dihiraukannya. Pandangannya lurus ke depan berharap dijumpainya seorang gadis cantik bertubuh indah, Laras. Karena gadis inilah yang akan membawanya pada gadis lain yang telah mengacaukan pikirannya. Bayu juga tidak tahu apa yang dirasakannya terhadap Kirani. Ia pernah kecewa ka
Bayu memandang Kirani dengan pandangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Lalu ia menggenggam tangan Kirani dan dicurahkannya seluruh isi hatinya, lewat pikiran. “Kira, kurasa aku sudah jatuh cinta padamu. Aku mengikutimu ke Buntala hanya sekedar ingin memastikan kau baik-baik saja. Saat tahu bahwa Prastowo sudah menikah, aku yakin kau akan sangat kecewa, tapi aku justru merasa lega. Dan ketika mendengar kabar kau sakit, aku sudah memutuskan, walaupun kau tidak bisa membalas perasaanku ini, tapi dengan bantuan mesin ini, setidaknya darahku akan terus mengalir dalam tubuhmu. Jadi Ingatlah aku selalu Kira.” Kirani meneteskan air mata, ia merasakan ketulusan Bayu dan berkata, “Tapi Bayu, setelah ini aku yang akan menyesal sepanjang hidupku, andai saja Tuhan masih memberi kesempatan ...” Bayu hanya menunjukkan sebuah senyuman tulus tersungging di bibirnya. Lalu Bayu minta bantuan Laras untuk mendudukkan Kirani, Bayu duduk di belakangnya dan menempelkan tangan di punggung Kirani te
Sementara Bayu yang sudah pulih sebagian tenaga dan kesadarannya, tetap masih berbaring di samping Laras, ia berkata, “Maafkan aku Laras, selama ini tidak pernah kusadari begitu mulianya cintamu padaku. Mulai saat ini, aku Bayu, berjanji akan mendampingimu selamanya.” Lalu Bayu mencium kening Laras sambil berkata, “Aku mencintaimu Laras.” Tak dapat menahan rasa haru dan bahagia, Laras meneteskan air mata, pengorbanannya selama ini tak sia-sia. Ungkapan rasa cinta Bayu yang tulus, benar-benar melambungkan hatinya. Tubuhnya terasa lebih segar, seolah ia masih bisa melakukan apa saja terutama melayani Bayu yang sudah dianggapnya sebagai suami, memasak untuk Bayu, mencucikan pakaiannya, menari untuknya bahkan bercinta dengannya. Bayu melingkarkan lengan di tubuh Laras, kemudian menariknya hingga berhadapan dengannya. Pandang mata mereka bertemu, mata Laras masih basah, Bayu mencium mata itu, seakan ingin menghapus semua kesedihan dan penderitaan yang membayang di sana. Laras memejamkan
Hanya beberapa hari hidup bersama Laras, tapi saat kehilangan dia, Bayu merasakan kesedihan yang luar biasa, wajahnya tampak murung, dan terlihat semakin dewasa. Ia sebenarnya ingin terus menemani Laras walaupun hanya pusaranya, tapi kewajibannya sebagai seorang Pangeran Antakara menyadarkannya untuk kembali berjuang menyelamatkan negerinya.Setelah Bayu pamit dan mengingatkan lagi pesan Laras untuk mewariskan semua miliknya pada Bunga. Bayu kembali menuntun kuda hitamnya keluar dari kandang dan menungganginya menuju ke daerah perbatasan Surya Timur dan Surya Selatan. Menurut Menteri Supala melalui daerah inilah pasukan Buntala akan menyerang ibukota Antakara. Tapi Bayu yakin pasukan Buntala tidak akan semudah itu menaklukkan Antakara. Selain pasukannya yang kuat, di Antakara banyak perguruan-perguruan ilmu kanuragan yang dengan sukarela akan bangkit melawan serbuan negeri lain.Perjalanan Bayu kali ini dilakukan dengan kecepatan sedang saja. Kesempatan ini digunakannya untuk memperha
Hehe, aku bisa membantumu meringankan pajak yang harus kau bayar dari hasil panenmu. Seharusnya kau membayar pajak sebesar setengah dari hasil panenmu. Tetapi sebagian bisa kubantu dengan membayar pajaknya seperempat bagian saja.” Suradi menjelaskan seluk beluk pembayaran pajak disitu.Bayu kembali bertanya, “Apakah aku boleh tahu setengah bagian pajak yang sah itu, untuk apa saja Pak?”“Pajak yang sah itu dibagi dua, setengah disetorkan ke pusat sedangkan setengahnya untuk pejabat daerah dan biaya operasional di sini termasuk upah kami,” jelas Suradi secara terus terang.Bayu terkejut mendengar besarnya pajak yang harus ditanggung oleh para petani. Tapi wajahnya tak berubah ketika ia berkata pada Suradi, “Baiklah Pak akan kusampaikan pada Pamanku, dan aku akan menghubungi Bapak lagi dalam waktu dekat ini.”“Kapan pun aku siap untuk membantumu Ubay,” ucap Suradi mantap.Esoknya, Bayu sudah berada di dalam ruang kerja Menteri Supala.Sang Menteri berkata, “Memang para pejabat daerah it
Sebelum Bayu menjawab, Mawar sudah mendahului memperkenalkannya, “Dia adalah Pangeran Bayu, adik sepupumu Kanda.”Raja Bhanu terkejut, diamatinya wajah Bayu, memang ada kemiripan dengan pamannya Raja Arkha. Tanpa rasa curiga sang Raja mendekati Bayu dan memegang bahunya, “Adi, benarkah ini engkau Bayu?”Bayu membungkuk hormat, jawabnya, “Benar Yang Mulia, hamba Bayu.”Tak terduga sang Raja memeluknya, “Ah ... Adi, maafkan kesalahan Ayahku, keluargaku sungguh berdosa besar padamu. Apakah kau datang untuk mengambil kembali hakmu Adi?”“Maaf Yang Mulia, tidak sekali pun terlintas dalam pikiran hamba untuk mengambil alih takhta,” ucap Bayu dengan tulus. Raja Bhanu terharu, “Apakah engkau masih mendendam dan tidak menganggap aku sebagai saudara Adi? Panggillah aku selayaknya kau memanggil kakakmu.”Bayu tidak menyangka reaksi sang Raja justru tidak menganggapnya sebagai ancaman melainkan sangat akrab dan masih menganggapnya sebagai saudara. Ini mengingatkan akan hubungan ayahandanya dan P
Setelah membahas banyak hal, termasuk rencana Bagaskoro yang bersekutu dengan negeri Buntala. Menteri Supala mengajak Bayu untuk pamit meninggalkan istana, dengan kesepakatan dua hari lagi Bayu akan ikut hadir di Balairung Istana menggunakan penyamaran.Di Balairung Istana tampak semua menteri dan adipati sudah berkumpul di sana, mereka berbisik-bisik membicarakan seseorang yang berpakaian ala saudagar berusia setengah baya, dengan rambut mulai memutih tapi tubuhnya masih terlihat kekar dan kuat. Orang ini berdiri di dekat Menteri Supala. Kemudian Penasihat Raja Bagaskoro hadir ke ruangan, pandangannya juga langsung tertuju pada Bayu yang menyamar sebagai saudagar. Demikian juga Bayu, inilah kesempatannya melihat lagi wajah orang yang mengatur kudeta sehingga ayahandanya terbunuh. Dulu Bayu melihat Bagaskoro seperti raksasa tapi sekarang tubuhnya tidak kalah tinggi bahkan ia jauh lebih kekar dari Bagaskoro. Tak lama Raja Bhanu memasuki Balairung Istana, dan duduk di singgasananya. Se
Sebelum tengah hari, cukup banyak petani yang datang ke gudang, mereka saling bertanya-tanya, apa yang terjadi. Bayu berdiri dan mengangkat tangan untuk menenangkan mereka, kemudian berkata, “Saudara-saudara, namaku Rendra, aku adalah Pemeriksa Lapangan yang diangkat langsung oleh Raja Bhanu.” menunjukkan lencana dan surat pengangkatannya, lalu melanjutkan, “Mulai sekarang potongan untuk pajak tanah adalah seperempat bagian dari hasil panen. Jadi kalian tidak perlu menyuap para petugas pajak ini untuk mendapat keringanan potongan pajak. Bila masih ada yang melakukan kecurangan, nasibnya akan seperti ini.” Bayu membaca mantra, pedang cahaya muncul di tangannya, lalu diayunkannya ke lantai gudang, ‘crrrkkkk’, pelan suaranya tapi akibatnya, lantai gudang terbelah dengan rapi, “Lantainya jangan diperbaiki! Ini adalah peringatan bagi siapa pun yang melakukan kecurangan di sini,” ancam Bayu. Semua orang takjub dan takut, tapi para petani gembira tanah mereka akan memberikan hasil lebih ba
Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu
Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti
Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga
Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m
Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan
Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M
Sementara di negeri Buntala, Raja Darpa memimpin sendiri pasukannya didampingi oleh menantunya, Prastowo. Keberangkatan pasukan justru saat lewat tengah hari, mereka memperkirakan memasuki wilayah Antakara ketika matahari mulai tenggelam. Walaupun jalan masuk ke Antakara sudah disiapkan mereka tetap berusaha untuk tidak menarik perhatian penduduk. Hutan perbatasan Surya Selatan dan Surya Timur akan dijadikan markas sementara mereka sebelum menyerang ke istana.Mahen dan Nayaka yang sudah melihat pergerakan Pasukan Buntala, segera kembali untuk melaporkan hasil pengintaiannya kepada Raja Bhanu melalui pengawalnya. ***Bayu membuka matanya dan bertanya, “Di mana ini John?”“Kau baru saja kuangkat keluar dari arena pertandingan,” jawab John.Lalu Bayu bertanya lagi, “Apakah ada yang curiga dengan kematianku?”“Sepertinya tidak, salah satu juri sudah memberi tanda bahwa kau sudah mati pada Bagaskoro,” ungkap John.“Bagus! Berarti sekarang saatnya untuk rencana berikutnya,” ujar Bayu, sam
Pada saat genting seperti itu, seseorang meloncat ke atas panggung, sambil berkata, “Kau sudah menang Baroto, Lepaskan Tuan Dewangga, akulah yang kau tantang sebetulnya bukan.” Bayu membungkuk hormat pada Tuan Dewangga, “Maafkan kelancanganku Paman.”“Tidak apa-apa Bayu, aku justru berterima kasih padamu, berhati-hatilah si Kodok Bau ini tenaga dalamnya sangat hebat,” jawab Tuan Dewangga lesu. Baroto tertawa bangga, lalu berkata dengan tidak sabar, “Ayo cepat! Kalau mau ngobrol di warung saja.”“Silakan Baroto, aku sudah siap,” ucap Bayu.Baroto berkata dengan pongah, “Karena kau masih muda, kuberi kesempatan untuk menyerang dulu.”Bayu tidak sungkan lagi, dari pertarungan Baroto tadi ia melihat jurus kodoknya sedikit lebih lambat bila harus berbalik arah. Karena itu Bayu langsung menggunakan jurus udara dan bergerak ringan ke belakang Baroto yang sudah memasang kuda-kuda jurus kodoknya. Tenaga dalam Bayu terkumpul di tangan membentuk bola tenaga, lalu dilontarkannya ke arah Baroto.
Pemuda itu memang Bayu, ia mendekati ujian tahap ke-dua. Dirangkulnya batu besar itu dengan kedua tangannya, lalu dikerahkannya tenaga dan batu itu pun terangkat di atas kepalanya. Bayu sengaja tidak mau menunjukkan semua ilmunya, ini adalah bagian dari rencananya. Tapi tetap saja penonton memberikan dukungannya dan saling bertanya siapakah pemuda ini.Pada ujian terakhir Bayu hanya mengambil satu pisau dan melemparkannya, tepat mengenai sasaran. Meskipun dinyatakan lolos, tapi tak ada gerakan atau hasil yang menghebohkan. Menteri Supala mendekatinya dan bertanya, “Apakah perlu kuumumkan identitasmu Bayu?”Bayu menggeleng, “Jangan Paman, cukup asal Bagaskoro tahu siapa diriku.”Maka di kalangan penonton mulai beredar desas-desus bahwa pemuda itu adalah Pangeran Bayu putra dari Raja Arkha. Berita ini pun sampai ke telinga Bagaskoro, segera ia memerintahkan orang untuk memanggil Baroto. “Sobat, pemuda yang baru saja lolos adalah targetmu. Tampaknya kali ini kau salah menilai orang. Men