Japra menatap Lusia dan Wulani yang ngotot ingin membantunya. “Jangan Lusia, Wulani, di sana sangat berbahaya, kalian di sini saja dulu,” tolak Japra halus.
Kedua gadis cantik itu ingin menemani Japra masuk ke markas kaum pemberontak!
“Betul Lusia, Wulani, kamu berdua di sini saja, tenaga kalian lebih dibutuhkan di sini. Kita harus waspada, pasukan pemberontak tiba-tiba datang menyerbu!”
Ki Usu ikut mencegah kedua murid ‘ponakannya’ ini ikut Japra. Lusia dan Wulani ternyata bagian dari pasukan pelopor yang sangat di andalkan Panglima Uray.
Sebagai orang yang sudah pengalaman, Ki Usu apalagi Ki Ulai paham, Lusia dan Wulani sebenarnya diam-diam menyukai Japra.
Walaupun Japra tak tunjukan gaya pecicilannya. Walaupun kedua gadis cantik ini sebenarnya sudah buka ‘pintu’.
Itu karena Japra menghormati kedua gadis remaja yang sangat bersahaja ini…dan dia mendengar keduanya sudah punya tunangan!<
Padahal itu semua ulah Japra, yang secara lihai gunakan totokannya yang dahsyat melalui jentikan, sehingga membuat si prajurit pongah ini tak bisa bergerak lagi.Japra meneruskan makan buahnya sampai selesai, dia senyum-senyum tengil saja melihat ulah prajurit ini.Japra lalu berdiri dan setelah membayar dan minta kembaliannya buat si pelayan, dengan santuynya ia berlenggang kangkung keluar dari rumah makan ini.Terjadilah kehebohan, si prajurit ini terjengkang ke lantai, kursi tadi bahkan nemplok ke wajahnya, hingga hidungnya patah dan berdarah-darah.Kawan-kawannya pun ribut dan mulai mencari-cari Japra, tapi pemuda ini ngilang dan kini sudah enak-enakan beristirahat di sebuah penginapan.Namun, Japra terpaksa mangkel sendiri, saat mendengar ada keributan di luar, rupanya para rekan prajurit tadi mengetahui dia nginap di sini. Gara-gara kuda hitamnya ‘parkir’ di depan.Semenjak kuda hitamnya menghilang setelah dia di tawan Ki B
“Kamu…a-apakah Japra…!” Aura malah tak menggubris ucapan Sawon, dia kini sama kagetnya saat menatap Japra.“Apa kamu bilang Aura, dia ini si jongos Japra…!” kini Sawon menatap tajam wajah pemuda perlente ini.Tentu saja Sawon pangling, tak menyangka pemuda tampan ini adalah Japra. Seingatnya Japra dulu anak kecil yang kurus dan berpakaian seadanya dan selalu di ejeknya sebaga jongos di padepokan mereka.“Apa kabar Aura…Sawon, lama tak berjumpa, kalian ternyata makin cantik dan gagah saja!” tegur Japra duluan, memuji sekedar basa-basi, terutama ke Sawon.“Ihh benaran…kamu Japra, kok kamu berubah mirip…bangsawan!” ceplos Aura dan buru-buru turun dari kudanya lalu menghampiri Japra.Japra tentu saja terpesona, begitu dekat begini, Aura kini sudah menjelma menjadi gadis cantik jelita, lesung pipitnya pun makin menambah manisnya si cantik ini.Padahal Aura p
Japra telah mempergunakan Elang Mematuk Mangsa yang makin sempurna, setelah dia latih lagi, berkat petunjuk Ki Durga, yang langsung berikan latihan hebat untuk makin sempurnakan jurus pusaka bukit meratus milik Japra. Serangan didahului angin keras hingga terasa hawa amat dinginnya. Sawon yang tak mengira ini menjadi terkejut dan cepat-cepat dia pun mengelak sambil melompat ke kanan.Tapi terlambat, serangan Japra sangat cepat. Plakkk…kembali wajah Sawon kena tabok, saking kerasnya wajah Sawon langsung membiru.Tubuhnya bak berada di kolam es yang luar biasa dinginnya. Padahal jurus itu hanya seperempat saja Japra keluarkan, andai 100 persen, pasti Sawon mati membeku.Kali ini tubuh Sawon tak bergerak lagi, tubuhnya menggigil, giginya sampai mengemelutuk menahan hawa dingin tersebut.Sawon yang terkenal sombong dan sangat angkuh, karena menjadi anak kepala padepokan Ula Hitam dan kini jadi murid Ki Birawa hari ini kena batunya.
“Wajar saja Ki Samonang keok, yang mengeroyok sakti semua,” batin Japra, sekaligus gemas sekali dengan sifat pengecut Ki Birawa Cs.“Oh ya Japra, aku mau balik ke markas dulu yaah, kapan-kapan jalan donk ke sana, biar kita kaya dulu lagi, bisa berlatih bersama!” bujuk Aura, lagi-lagi lemparkan senyum manisnta buat pendekar sakti ini.“Hmm….iya, tentu teman-teman seperguruan kita dulu itu sudah kayak kita saat ini ya…! Eeh bentar, kalau aku ke sana, aku nggak tahu bagaimana situasi markas itu?” akal cerdik Japra pun jalan.Lagi-lagi tanpa curiga Aura pun jelaskan situasi markas tersebut, bahkan tanpa ragu dia sebutkan di mana letaknya Ki Samonang di tahan.Kini Aura pun pamit dan kembali menaiki kudanya. Makin naik berlipat-lipatlah kecantikan Aura di mata Japra.“Kamu…cantik sekali naik kuda putih itu Aura,” puji Japra, hingga wajah Aura bersemu merah.“Ihh ganjen kam
Serangan gelap berhenti, Japra hanya bisa terpaku di tempatnya, karena Ki Birawa, Ki Boka, Ki Anom, Pendekar Codet, termasuk Temanggung Odol dan Jendera Bugi, tak ketinggalan Dua Kembar Setan, sudah berdiri tak jauh dari tempatnya saat ini.Mereka bergerak tanpa keluarkan suara, ini membuktikan musuh-musuh besar Japra juga alami kemajuan hebat ilmu kanuragannya.Japra kini sadar, aksinya sudah ketahuan musuh-musuh besarnya, tapi dia tak gentar. Dia sudah terlanjur masuk ke sarang macan!“Ki Samonang, duluanlah pergi, biar aku yang menahan ke 8 orang ini. Cepatlah sebelum ribuan pasukan pemberontak berdatangan,” bisik Japra.“Kamu…hati-hatilah, aku percaya kamu mampu tahan Ki Birawa cs, aku pergi dulu!”Setelah berkata begitu, Ki Samonang yang sudah agak baikan, melompat cepat dan menghilang di kegelapan malam.Japra pun lega. Kini dia pun bisa tenang menghadapi musuh-musuh besarnya.Melihat Ki Samo
Semua musuh Japra menyadari, lawan mereka kali ini bukan pendekar sembarangan, kalau maju satu persatu, mereka sadar pasti keok.Tanpa malu mereka pun maju serentak. Tak tanggung-tanggung semuanya gunakan senjata. Tujuan mereka hanya satu, bunuh Japra!Ki Anom menggunakan senjatanya berupa golok besar yang ampuh dan sudah ratusan orang tewas terkena sabetan goloknya ini.Pendekar Codet keluarkan sebatang pecut besi yang biasanya ia libatkan di pinggang sebagai sabuk. Kini dia gunakan sebagai senjata.Ki Birawa juga langsung keluarkan jurusnya yang paing ampuh, yakni jurus halilintar, dia tak perlu senjata, karena sangat percaya diri dengan kelihainnya.Saat keluarkan jurus ini, terdengar suara meledak-ledak seperti halilintar yang menyambar-nyambar ke arah Japra.Jenderal Bugi tak mau kalah, dia menggunakan senjatanya yang kelihatan sederhana namun sesungguhnya tidak kalah ampuhnya.Dia gunakan golok tipis, tak bisa dipandang ri
Tiba-tiba, seorang panglima pemberontak memerintahkan ribuan pasukan mundur di halaman itu dan majulah 100 orang pemanah."Bersiap...seranggg!" komando sang panglima ini.Tasss….ratusan anak panah meluncur bak kilat ke arah Japra, pemanah-pemanah berpengalaman ini sudah memperhitungkan, agar tak kena Ki Birawa Cs.“Bangsaattt, benar-benar licik,” batin Japra yang sangat murka bukan main, di saat dia sibuk menghindari dan membalas serangan Ki Birawa Cs yang benar-benar berbahaya.Ratusan anak panah yang ternyata beracun, tercium dari bau amis saat panah-panah meluncur deras ke arahnya. Japra-pun harus berjibaku menghindari serangan maut ini.Keadaan Japra terpojok di sana-sini, sulit baginya lolos. Akibatnya Japra lupakan pesan Ki Durga, agar jangan melawan para prajurit, karena bukan lawan sebanding.Tapi dalam kondisi begini apa boleh buat, pikir JapraKelompok pemanah ini juga bukan sekali melakukan itu, tap
Amukan Japra yang luar bisa dan menggegerkan malam ini, aksinya langsung jadi buah bibir seluruh pasukan pemberontak di benteng itu.Hampir 200 pasukan pemberontak meregang nyawa. Ini merupakan kerugian besar yang diderita pasukan pemberontak!Ki Birawa Cs juga menderita luka dalam yang tak kalah sakitnya, akibat serangan balasan Japra.Panglima pasukan pemberontak yang luar biasa marah sekaligus ngeri melihat sepak terjang Pendekar Bukit Meratus ini, dia lalu perintahkan semua pasukan bersiaga dan menjaga benteng ini dari penyusup.Sang panglima juga kirim utuan ke Kotaraja Hilir Sungai, selain minta tambahan pasukan, juga minta di kirim jagoan-jagoan hebat, antisipasi penyusup yang kehebatannya seperti Japra.Apalagi setelah Ki Samonang kini sudah tak ada lagi di tawanan, karena dibebaskan Japra. Penjagaan super ketat pun dilakukan di semua sudut benteng tersebut.“Benar-benar luar biasa, aku yakin dialah penemu pusaka bukit meratus,