Semua musuh Japra menyadari, lawan mereka kali ini bukan pendekar sembarangan, kalau maju satu persatu, mereka sadar pasti keok.
Tanpa malu mereka pun maju serentak. Tak tanggung-tanggung semuanya gunakan senjata. Tujuan mereka hanya satu, bunuh Japra!
Ki Anom menggunakan senjatanya berupa golok besar yang ampuh dan sudah ratusan orang tewas terkena sabetan goloknya ini.
Pendekar Codet keluarkan sebatang pecut besi yang biasanya ia libatkan di pinggang sebagai sabuk. Kini dia gunakan sebagai senjata.
Ki Birawa juga langsung keluarkan jurusnya yang paing ampuh, yakni jurus halilintar, dia tak perlu senjata, karena sangat percaya diri dengan kelihainnya.
Saat keluarkan jurus ini, terdengar suara meledak-ledak seperti halilintar yang menyambar-nyambar ke arah Japra.
Jenderal Bugi tak mau kalah, dia menggunakan senjatanya yang kelihatan sederhana namun sesungguhnya tidak kalah ampuhnya.
Dia gunakan golok tipis, tak bisa dipandang ri
Tiba-tiba, seorang panglima pemberontak memerintahkan ribuan pasukan mundur di halaman itu dan majulah 100 orang pemanah."Bersiap...seranggg!" komando sang panglima ini.Tasss….ratusan anak panah meluncur bak kilat ke arah Japra, pemanah-pemanah berpengalaman ini sudah memperhitungkan, agar tak kena Ki Birawa Cs.“Bangsaattt, benar-benar licik,” batin Japra yang sangat murka bukan main, di saat dia sibuk menghindari dan membalas serangan Ki Birawa Cs yang benar-benar berbahaya.Ratusan anak panah yang ternyata beracun, tercium dari bau amis saat panah-panah meluncur deras ke arahnya. Japra-pun harus berjibaku menghindari serangan maut ini.Keadaan Japra terpojok di sana-sini, sulit baginya lolos. Akibatnya Japra lupakan pesan Ki Durga, agar jangan melawan para prajurit, karena bukan lawan sebanding.Tapi dalam kondisi begini apa boleh buat, pikir JapraKelompok pemanah ini juga bukan sekali melakukan itu, tap
Amukan Japra yang luar bisa dan menggegerkan malam ini, aksinya langsung jadi buah bibir seluruh pasukan pemberontak di benteng itu.Hampir 200 pasukan pemberontak meregang nyawa. Ini merupakan kerugian besar yang diderita pasukan pemberontak!Ki Birawa Cs juga menderita luka dalam yang tak kalah sakitnya, akibat serangan balasan Japra.Panglima pasukan pemberontak yang luar biasa marah sekaligus ngeri melihat sepak terjang Pendekar Bukit Meratus ini, dia lalu perintahkan semua pasukan bersiaga dan menjaga benteng ini dari penyusup.Sang panglima juga kirim utuan ke Kotaraja Hilir Sungai, selain minta tambahan pasukan, juga minta di kirim jagoan-jagoan hebat, antisipasi penyusup yang kehebatannya seperti Japra.Apalagi setelah Ki Samonang kini sudah tak ada lagi di tawanan, karena dibebaskan Japra. Penjagaan super ketat pun dilakukan di semua sudut benteng tersebut.“Benar-benar luar biasa, aku yakin dialah penemu pusaka bukit meratus,
Japra lalu menarik tanga Aura dan mengajaknya duduk di kursi, di mana di meja tadi buah-buahan tadi di santapnya.“Maaf…aku tadi kelaparan, makanya buah kamu habis kumakan,” kata Japra bicara perlahan, sambil cium pakaiannya yang bau keringat.Bertarung mati-matian dengan Ki Birawa Cs dan ribuan pasukan pemberontak membuat seluruh pakaian Japra basah keringat.Aura yang tadi kaget kini berbalik senyum kecil, kekaguman masih terlihat di wajah cantiknya.“Kupikir…kamu sudah pergi jauh meninggalkan benteng ini,” sahut Aura, juga sengaja memelankan suaranya.“Aku…sangat kelelahan dan tenagaku terkuras habis. Tak mungkin pergi, pasti kepergok ribuan pasukan. Aku tak ingin membunuhi semua pasukan itu, makanya aku menyelinap ke sini. Tak kusangka, justru ini kamar kamu,” sahut Japra dan kembali minum air putih, meredakan haus di tenggorokannya.“Kamu hebat sekali Japra, tak kusangka Ki
Ki Palung pun menerima keputusan raja yang tak bisa dibantah. Lalu bersama Ki Boka salah satu orang kepercayaannya, dia pergi dengan keluarganya dari pusat kerajaan dan tinggal di Lereng Bukit Meratus.Niat awalnya memang ingin pensiun dan tak mau tahu lagi soal kerajaan..!Tapi, Ki Palung yang sakit hati dan Ki Boka, malah perdalam ilmu kanuragannya pada seorang tokoh pendekar golongan putih.Yang dulu dikenalnya secara tak sengaja, saat masih jadi Wakil Panglima Kerajaan dan masih berhubungan baik hingga kini.Makin hebatlah kesaktiannya setelah berguru pada tokoh ini. Namun lama-lama, terpengaruh keadaan kerajaan membuatnya mulai berubah!Walaupun tinggal sangat jauh dari pusat kerajaan, Ki Palung diam-diam tetap pantau perkembangan.Dia makin kecewa melihat kelakuan para pejabat kerajaan yang seenak hati dan rakus memungut pajak tinggi pada rakyat.“Kita rampok saja pajak-pajak yang diambil pejabat serakah itu Ki Palun
Aura benar-benar melindungi Japra, tak pernah ada yang menyangka, orang yang paling di cari-cari seluruh pasukan pemberontak, justru ngedon di kamar gadis cantik keponakan Ki Boka ini.Hubungan keduanya juga makin dekat, Aura bahkan makin menyukai Japra, yang tak sungkan beri petunjuk dan menyempurnakan jurus halilintar-nya yang dipelajari dari Ki Birawa.Aura sampai pucat wajahnya saat tahu jurus hebat beracun itu justru bisa meracuninya kalau tenaga dalamnya tak kuat.Japra juga latih Aura bagaimana titik lemah jurus-jurus hebat ini.Hingga di hari ke 3, Japra salurkan hawa murninya dan Aura melongo, saat asap berwarna kelabu keluar dari ubun-ubun kepalanya.Tanda racun dalam tubuhnya pelan-pelan keluar. Tanpa mereka sadari, justru gara-gara asap itulah, Sawon yang sejak lama naksir sepupunya ini mulai curiga.“Aura, kenapa ada asap tipis berbau busuk keluar dari kamarmu, kamu sedang apa?” terdengar suara Sawon di luar kamar.
Kedatangan Japra setelah 3 hari menghilang usai menyelamatkan Ki Samonang, bertepatan dengan kedatangan 10 ribu pasukan Kerajaan Daha.Lusia, Wulani, termasuk Panglima Uray dan 3 Pendekar Golok Putih lega, saat Japra muncul tiba-tiba bak hantu saja, tanpa kurang satu apapun.Bahkan kini di pinggangnya sudah ada Golok Emas.3 Pendekar Golok Putih kini sudah anggap Japra adik ‘seperguruan’, karena Japra juga jadi murid Ki Durga yang di juluki si Dewa Persilatan.Kehebatan Japra sudah menyebar ke seantero pasukan Kerajaan Daha, sehingga semuanya kini senang, penolong Ki Samonang sudah datang lagi bergabung dengan mereka.Imbasnya semangat pasukan ini naik belipat-lipat dan yakin kali ini pasukan mereka bisa mengalahkan pasukan pemberontak.Aksi Japra yang bikin kocar kacir ribuan pasukan pemberontak sampai ke pasukan ini. Inilah kehebatan Panglima Uray yang diam-diam kirim mata-matanya, untuk melihat pasukan musuh.Sampai melongo Panglima Uray mendengar laporan anak buahnya yang jadi mat
Ki Birawa cs bukan main marahnya, pasukan pemberontak gagal pertahankan dua kadipaten yang sempat dikuasai hampir setahunan ini.Kadipaten Balongin dan Kadipaten Hilir Utara kembali ke pangkuan Kerajaan Daha. Pasukan pemberontak gagal mempertahankan kedua kadipaten ini, walaupun sudah bertahan habis-habisan, sampai lebih separu pasukan pemberontak meregang nyawa.“Bangsaat…ini semua gara-gara si murid murtad,” kutuk Ki Birawa yang hampir tewas saat bentrok dengan Japra di medan tempur.Saat itu Japra melihat Ki Birawa cs sedang mengamuk dan membabati pasukan Kerajaan Daha, melihat banyaknya yang tewas, Japra murka bukan main.Japra pun melompati ribuan kepala pasukan pemberontak.Blarrrrr…jurus Elang Mematuk Mangsa langsung Japra kerahkan dengan tenaga penuh.Akibatnya Ki Birawa, Ki Anom, Ki Boka, Pendekar Codet dan Temanggung Odol termasuk Jenderal Bugi terlempar bak daun kering tertimpa angin. Tak sanggup menahan jurus dahsyat pendekar muda ini.Mereka langsung muntah darah dan men
Tanpa di duga Mahapatih Takalo mengangguk.“Dulu…mereka itu anak buahku yang sangat kuandalkan, tapi ambisi besar untuk mendapatkan pangkat tinggi, membuat mereka mendukung Putri Reswari dan kini mereka jadi bagian dari pemberontakan ini dan jadi musuh besar Kerajaan Daha.” Cetus Mahapatih sambil menghela napas, seakan sayangkan ulah kedua mantan anak buahnya itu.Lalu Jenderal Takalo menjelaskan panjang lebar, keduanya saat menjabat juga punya masalah besar, yakni diam-diam lakukan korupsi.Sehingga saat akan diadili keduanya lalu memilih kabur dan bergabung dengan Ratu Reswari. Japra pun kini paham, kenapa dua orang tersebut kita bergabung dan mendukung Ratu Reswari.“Kenalkah mahapatih dengan orang yang membawa hamba saat bayi tersebut dan di kejar-kejar keduanya..?” dengan hati berdebar-debar Japra bertanya lagi.Mahapatih Takalo lama menatap wajah Japra, tapi...seakan ada yang disembunyikan, si jenderal ini lalu hela nafas panjang.“Aku tak bisa berterus terang…ini rahasia mahara
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia